Shushu terbangun menatap wajah Juanxi yang terlelap begitu tenangnya. Dia tampan. Hanya itu yang bisa diakui Shushu. Dia merasa malu ketika mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Shushu tidak terlalu ingat apa yang menyebabkannya sesak nafas di depan pintu rumah Juanxi. Dia merasa bingung, kenapa ingatannya terhapus?
Hanya saja ia tak bisa melamun terlalu lama. Dia tak tahu ini jam berapa, yang ia tahu ini hari kerja. Dia melihat ke arah jam digital yang mengantung di dinding. Sudah pukul setengah enam pagi.
Masa tidur Shushu itu tidak teratur. Terkadang ia bangun tengah malam, pagi buta, siang hari, atau sore hari. Pokoknya ia akan terbangun secara otomatis ketika tubuhnya sudah merasa cukup tidur. Sedari awal juga waktu ia terlelap tidak selalu melulu di malam hari. Tergantung kapan dirinya selesai dengan pekerjaannya.
Sekarang ia tak bisa kembali tidur. Jadi ia memutuskan untuk memasak sarapan. Dia tidak tahu, apak
Setelah Juanxi mengganti pakaiannya dengan terburu-buru, ia keluar dari kamar dan melihat Shushu masih betah duduk di sofanya sembari menggambar dengan kertas yang ia temukan. Juanxi menduga kertas dan pensil itu diambil Shushu dekat printer di ruang tengah. Biasanya Juanxi melakukan pekerjaan yang terburu-buru di meja panjang itu.“Apa kau akan pergi kerja?” tanyanya menghentikan kegiatannya. Juanxi terkejut dirinya tidak diabaikan kehadirannya kali ini. “Ya,” jawabnya.“Kapan menikahnya?” tanya Shushu lagi.“Ah, benar, hari ini?” tanya Juanxi lagi dengan ragu-ragu.“Kau terlihat akan sibuk hari ini?” ungkap Shushu dengan ragu-ragu juga.“Sebenarnya tidak terlalu. Namun aku sudah membuat janji,” ungkapnya lagi. Juanxi melihat Shushu diam saja tak merespon dan menatapnya dengan begitu tenang. Sehingga membuatnya tak nyaman, “Bagaimana kalau kau ikut denganku? Ini berkaitan dengan kasusmu,” ucapnya lagi.“Oke,” jawab Shushu. Kemudian ia melenggang pergi keluar lebih dahulu. Tentunya un
Shushu baru pertama kali masuk ke ruang tamu tertutup di Kantor Polisi Kota B ini. Dia melihat-lihat sekelilingnya dengan cermat. Kesannya sederhana namun juga terlihat sedikit mewah dengan adanya karpet yang melapisi permukaan lantainya. Pasti para cleaning service-nya rajin menyedot debu setiap hari. Hanya itu yang dia pikirkan.Dinding di ruangan itu dihiasi dengan berbagai penghargaan dan foto wajah orang yang penting. Shushu tak mengenalnya, namun ia menyukai struktur wajah mereka yang unik. Itu membuatnya ingin menggambar mereka.Penyidik Huang mentap keponakannya dengan curiga. Lalu menatap Shuhsu yang sibuk melihat-lihat ruangan dengan tenang. Dia ingat betul semalam Juanxi bilang pertemuannya ini untuk membahas soal Shushu yang ke Binbin Club dan kecurigaannya bahwa Shushu mencoba mencari bukti dengan caranya. Tapi malah terjerumus masalah baru. Dia tak menyangka Juanxi akan membawa Shushu ke tempat ini juga.“Nona Shushu duduklah,” sapa Penyidik Huang dengan ramah.“Terima k
Sebenarnya Shushu merasa bingung kenapa dirinya harus berdiam diri di ruangan itu seorang diri setelah diminta untuk menjelaskan kejadian kenapa ia sampai menyelidiki soal bisnis.Shushu masih ingat wajah Penyidik Huang dan Juanxi saat mereka mendengar pemikirannya, “Setelah memesan bisnis permen pertama kali. Saya menyimpulkan maling rumah Ka Quo Xin yang punya permen, dia ada di binbin club. Jadi aku ke sana setiap hari untuk bertemu dengannya. Namun bertemu terduga pembuat permen. Jika aku berteman dengan pembuatnya mungkin aku bisa menemukan yang membobol rumah Ka Quo Xin. Jadi aku selidiki, tapi bisa jadi pembuat permen ada kaitannya dengan Zhou.co? Bukankah dasar perusahaan mereka farmasi?”Namun setelah mendengar penjelasan Shushu, mereka bedua diam saja. Lalu keduanya pergi meninggalkannya. Jadi Shushu penasaran apakah dirinya mengatakan sesuatu yang salah. “Memang benar sih, bisnis permen itu tak ada hubungannya de
“Tidak mungkin!” hardik Ding Pong yang masih tidak percaya. “Kau sudah menipu kami!” sambungnya.Dengan cepat Shushu melempar tasnya ke arah Ding Pong. “Heh. Padahal kau sendiri yang bilang gambaran di kertas itu bukan aku yang menggambar dan kau melihatku ke rumah turis asing itu. Apa kau lupa!” sanggah Shushu dengan cepat.“Kau kan bisa mengatakan yang sebenarnya!” kesal Ding Pong yang tak suka perilaku Shushu. Dia menaruh tas Shushu di sampingnya. “Bahkan aku mengeluarkan uang banyak untuk mengoleksinya juga. Dua yuan itu kekayaan anak SD tahu!” lanjutnya.“Kalian dikasih sangu dua yuan saja waktu kecil?” timpal Juanxi. Sebenarnya ia menimpali percakapan keduanya sebab tidak suka melihat pribadi Shushu yang berubah drastis.“Lagian tidak ada yang percaya waktu aku bilang begitu kok!” kesal Shushu yang mengabaikan J
Shushu terbiasa dilupakan dalam sebuah pertemuan atau diskusi. Jadi inilah sebabnya ia lebih suka berinteraksi melalui email saja.Posisi duduk dirinya bersebelahan dengan Juanxi yang berseberangan dengan Ding Pong. Pria dengan style ke Arab-Arab-an itu duduk seorang diri pada sofa yang cukup panjang. Sedangkan Penyidik Huang duduk di sofa utama di samping kiri Juanxi, dan sudah pasti di sisi kanan Ding Pong.Terlihat memang dia yang paling ujung dari ketiga yang asik berdiskusi. Dia diam dengan tenang mendengarkan mereka semua. Tidak bergerak sama sekali, hanya mengamati pergerakan Penyidik Huang, Juanxi, dan Ding Pong.“Ah, untuh hal tersebut masih belum pasti. Sebab saya akan jelaskan dengan tim devisi lain rencana ini. Jadi, jika memang akan berlaku seperti itu, saya akan mengabari Juanxi untuk mendampingi Nona Shushu melakukan press conference,“ ucap Penyidik Huang.“Baik
Shushu dan Juanxi berpisah setelah mereka mendaftarakan pernikahan mereka. Juanxi sempat menawarkan untuk mengantar Shushu pulang. Namun wanita itu menolak sebab ia ingin mampir ke toko buku terlebih dahulu.Kini Shushu sudah memeluk lima buku tentang keluarga, dua diantara lima itu judulnya ialah Harmonis Bersama Keluarga Besan, dan Cara Mencari Teman Dalam Keluarga Mertua. Sisanya kalian bisa menebak sendiri. Shushu benar-benas sudah bertekad menjalankan perannya sesuai yang diingin Pihak A, alias Huang Juanxi.Dia malu bila Juanxi melihat buku-buku itu. Ini pertama kalinya Shushu menjadi istri dan ia menyadari bahwa kemampuan sosialnya kurang. Jadi ia ingin belajar.Setelah membeli buku-buku tersebut, Shushu kembali ke hotel dimana dirinya pertama kali tidur bersama Juanxi. Tentunya untuk menanyakan apakah mereka melihat kalungnya yang hilang. Shushu ingin memberikan informasi itu kepada Penyidik Huang, dan Juanxi.
“Ka Shushu, apa kau kenal dengan pelayan baru kami?” tanya Ning Ning dengan berbisik. Kini keduanya tengah kembali menikmati waktu pribadi mereka di ruangan itu. Shushu hanya menggelengkan kepalanya. “Anu, saya pernah lihat Ka Shushu membawa buku sketsa di dalam tasnya. Apa mungkin kakak punya pena dan kertas untuk menggambar sekarang?” tanyanya lagi.Shushu diam saja tak paham dengan permintaan Ning Ning yang mendadak. Kenapa ia ingin menggambar ketika mereka sedang makan seperti ini?Shushu tidak banyak bertanya dan mengeluarkan pensil dan buku kecil yang selalu ia bawa kemana-mana. Terkadang jika ia bosan dia akan menggambar di buku-buku kecil itu.“Waah, keren sekali! Sudah aku duga Ka Shushu memang jago menggambar,” ucap Ning Ning sembari membuka beberapa lembar awal buku itu.“Hanya iseng saja kok,” jawab Shushu dengan santai. Ia hanya menatap gelagat Ning Ning yang cukup rahasia. Pasalnya Ning Ning langsung menulis sesuatu pada lembar kosong di kertas itu.“Aku suka banget deng
“Nona Ding, saya takut bisnis saya akan bangkrut jika Anda selalu menang,” ucap Bos Luo, wanita tua berambut putih dengan bentuk badan yang terjaga. Dia mengenakan sebuah gaun berwarna silver polos yang memperlihatkan belahan paha kirinya. Itu terlihat seksi. Walaupun kulitnya sudah berkeriput menunjukan usianya.Shushu yang mendengar itu hanya bisa tertawa saja. Ning Ning merankul lengannya sembari mengipasi Shushu dengan kipas kain. Dia terlihat sangat telaten dan khawatir melihat Shushu yang berkeringat.Bos Luo menatap keduanya dan mengira keduanya sudah resmi menjadi pasangan lesbian. Nyatanya, hanya Ning Ning yang memang menyukai Shushu secara sepihak.“Kalian menggunakan trik khusus yang terlihat dengan jelas. Kau harus membuat trik baru agar aku bisa kalah,” jawab Shushu. Dia membahas para wasit yang melakukan trik agar para pemain kalah. Hanya saja Shushu mengetahui hal-hal itu dari berba