Ampy Ang terbangun di dalam sebuah gua batu dengan cahaya obor yang sedikit redup. Sebuah Gua yang memiliki begitu banyak intan permata dengan beberapa pekerja yang tampak lelah terus menggali benda berharga itu.Gadis itu menyadari sepasang mata merah milik pria bertopeng yang berada di sisinya terus mengawasinya. Tubuh Ampy Ang diikat oleh tali, tapi bukan tali biasa. Sebuah tali cahaya yang apabila seorang semakin meronta untuk bisa lepas, maka tali itu akan semakin kencang mengikatnya."Kau, bermarga Ang, kan?" tanya pria itu. Sorot matanya begitu tajam, membuat Ampy Ang enggan menatapnya.Apa yang sedang pria ini pikirkan? Apakah dia mengenal seseorang dari Keluarga Ang? Batin Ampy masih mengunci mulutnya rapat-rapat.Melihat Ampy Ang terus terdiam, rupanya Master King menyadari bahwa ia tidak akan mendapatkan infomasi apapun. Pria itu perlahan menyentuh wajah Ampy Ang sembari mengingat masa lalunya."Wajah ini, aku sangat merindukannya. Sosok wanita hebat yang tak bisa kulupakan
Pada tengah malam di sel tahanan Kerajaan Wong. Renggin Ang berubah pikiran, karena yang datang pada malam ini, ternyata bukan hanya Lan Cang, tapi juga Beru Ang. Dia dan Li Lin menunggu di sekitar tahanan hampir memakan waktu satu jam."Renggin Ang, dia bukanlah saudaramu. Kau tidak akan mengasihaninya, kan?" ujar Li Lin."Aku sudah mengetahuinya dari Singka Wang beberapa saat yang lalu. Tapi, aku harus memastikan, apakah jiwa Beru Ang benar-benar sudah lenyap, atau hanya ditenggelamkan begitu dalam di alam bawah sadarnya."Renggin Ang menghebuskan napas kasar hingga beberapa kali. Dia sangat khawatir dengan keadaan adiknya saat ini. Namun, dia juga tidak bisa mengabaikan wasiat sang ratu."Semoga Ampy Ang baik-baik saja," ujar Renggin Ang memejamkan mata sembari sedikit mengangkat kepalanya."Mengapa kau tidak mengutusku untuk mencari Ampy Ang saja?" tanya Li Lin."Tidak. Aku sangat membutuhkan kemampuanmu untuk mengintai orang-orang itu.""Kalau begitu, biar aku saja yang mencari A
Setelah menunggu cukup lama di kaki gunung dan tidak kunjung mendapatkan suatu tanda apapun dari Renggin Ang, tiba-tiba muncul firasat tidak menyenangkan di hati Li Lin. Timbul rasa cemas dalam dirinya. Dia pun akhirnya pergi untuk mengecek apa yang terjadi dari kejauhan.Pertarungan sengit antara Renggin Ang dan Mu Bai mengguncang daratan Wilayah Lan. Ternyata, Mu Bai adalah pangeran pertama Kerajaan Bai sekaligus putera mahkota. Namun, karena kesetiaannya kepada Master King, yaitu gurunya. Dia memberikan posisi putera mahkota kepada adik ketiganya yang bernama Fan Bai."Di-dia ...!" Badan Li Lin sedikit gemetar. Masa lalunya terbayang-bayang ketika Mu Bai dengan kejamnya menusuk kedua bola matanya tanpa belas kasih. Pria itu sama sekali tidak memiliki rasa iba terhadap siapapun."Aku tidak menyangka bahwa kau cukup sulit dihadapi, Pangeran Pertama Kerajaan Bai!" ucap Renggin Ang kepada Mu Bai.Mu Bai menyeringai menampakkan gigi taringnya. "Ha ha ha. Wilayah yang telah dikuasai ole
Mu Bai segera membentuk pertahanan dengan kedua lengannya untuk menangkis lesatan pedang kayu milik Li Lin. Tubuhnya terdorong kuat menghantam pepohonan yang berada di belakang. Debu debu serta dedaunan kering beterbangan memenuhi tempat itu."Ba Rong, ayo kejar!"Li Lin melompat menunggangi roh hewan spiritualnya dan berlari menghampiri Mu Bai. Kini, pria bengis itu tentu tergeletak tak berdaya. Dia mendarat di sebuah batu besar dengan hantaman yang sangat keras, sampai membuat batu tersebut retak. Sang pedang kayu menancap kokoh di dadanya. Cairan merah segar pun keluar mengalir deras dari tancapan sang pedang hingga menetes ke tanah."Uhuk!"Pria itu terbatuk memuntahkan darah. Matanya remang-remang melihat sosok anak lelaki sedang berlari ke arahnya.Anak itu berhenti dan melangkah mendekatinya seraya berkata, "Saatnya membayar hutang!"Li Lin menggunakan teknik penyatuan dengan roh hewan spiritual pada kedua tangannya. Tangan kecil itu sedikit membesar dan tumbuh kuku pada setiap
Beberapa saat sebelum Ampy Ang terlepas dari ikatan yang mengikatnya. Dia terus menggeliat dan berusaha untuk melepaskan diri. Seberapa pun ia kerahkan energi spiritualnya, tetap sulit untuk terlepas. Tiba-tiba, datang seorang wanita tua menjerit berlari ketakutan."Aaaaargh! Berhenti! Kalian para manusia biadab lepaskan aku!" jeritnya sembari menunjuk-nunjuk tanpa ada sesuatupun yang ia tunjuk.Apakah dia mengalami gangguan mental? Pikir Ampy Ang.Terlintas dalam pikiran Ampy Ang untuk membuka ikatannya dengan kekuatan mental. Gadis itu memejamkan mata dan memusatkan kekuatan pada jiwanya. Ternyata, sesuatu yang mengikatnya itu adalah sebuah dinding pembatas yang tiba-tiba muncul di alam bawah sadarnya.Kemudian, Ampy Ang menghancurkan dinding itu dan dia pun terbebas. Gadis itu menenangkan si wanita tua dan membawanya pergi dari tempat itu."Tenanglah, Bibi. Ikutlah bersamaku! Kita akan pergi dari tempat terkutuk ini," ujar gadis itu.Letak persembunyian yang rumit, dapat dipahami d
Jleb!"Aaaaargh!"Teriakan Li Lin semakin keras. Darah segar mengucur deras dari lubang mata sebelah kirinya."Pejamkan mata kananmu dan tahanlah! Rasa sakit ini tidak akan lama," ucap Renggin Ang.Beberapa detik berlalu. Secara berangsur, tekanan di kepala Li Lin berkurang dan menyusut. Dia merasa lebih baik. Hal ini dikarenakan Renggin Ang membuang gumpalan darah yang menekan kepalanya dengan menusuk mata kirinya.Kemudian, Renggin Ang mengikatkan kain untuk menutupi mata Li Lin dan memberikan beberapa pil tenaga."Istirahatlah selama satu hari. Aku akan membukakan kain penutup ini untukmu," ujar Renggin Ang.Pada keesokan harinya, setelah Li Lin beristirahat selama satu hari penuh, Renggin Ang membuka kain tersebut dan berkata."Buka mata kananmu secara berlahan!"Remang-remang, buram ...Li Lin mengedipkan matanya beberapa kali dan mendapati penglihatannya semakin jernih."Aku ... aku bisa melihat!" ujarnya girang.Meskipun hanya satu mata, tapi itu benar-benar tanpa bantuan kekuat
Pada malam hari sebelum Ampy Ang dan Xue An Qin bertemu. Waktu itu, Xue An Qin telah mendapat petunjuk, bahwa akan ada seorang pria hebat yang membantu Kerajaan Ye untuk memulai peperangan dengan Kerajaan Qin dan Zu. Pria tersebut adalah orang dulu pernah terbayang dalam pikirannya saat gadis itu baru pertama kali bertemu dengan Li Lin."Dia adalah orang yang paling dibenci oleh Kakak Li!" gumam Xue An Qin mengingat kembali bayangan lelaki itu dalam benaknya.Gadis itu sudah mengabarkan apa yang akan terjadi kepada sang ayah dan juga Raja Zu. Hal ini agar mereka selalu siap dan waspada karena peperangan bisa kapan pun terjadi.Tanpa sengaja, Xue An Qin terlelap dalam keheningan malam. Dia pun bermimpi akan kehancuran Kerajaan Qin dan Zu. Mayat-mayat ada dimana-mana, mayat Raja Zu, mayat Yang Zu, mayat Xing Zu, mayat Kakek Li bahkan dia dihadapkan oleh mayatnya sendiri.Tubuhnya gemetar. Dia berjongkok menyentuh mayatnya sendiri sembari menangis. "Kita semua akan mati ... kita semua ak
Ketika Master King hendak menghancurkan dinding es lapisan ke tujuh, Shen Tie Er meminta Mamo agar ia menarik Ai Lang ke bawah.Mamo menggunakan belalainya untuk menyedot Ai Lang, sehingga Ampy Ang, Yang Zu, dan Xue An Qin terjatuh tepat ke punggung gajah besar itu.Untuk mengulur waktu, Shen Tie Er mengurung Master King di dalam sebuah bola es. Meskipun gadis itu tau bahwa bola es itu akan hancur dalam sekejap mata, dia tetap melakukannya berkali-kali.Setelah semua aman berada di daratan padang pasir tanpa sepengetahuan Master King, Shen Tie Er melesatkan seekor burung es yang cukup besar dari balik dinding es lapisan ketujuh ke arah selatan dengan sangat cepat. Whuuuuuuuuush!"Heh! Jangan harap kalian bisa kabur dariku!" ucap Master King.Sesuai prediksi. Trik ini dilakukan untuk mengelabui Master King. Pria itu mengejar burung es ke arah selatan dan Shen Tie Er kembali bersembunyi di hamparan badai padang pasir bersama Ampy Ang, Yang Zu, dan Xue An Qin."Itu trik yang sangat bagu