Kalo lo lihat langsung, si Natasha, anaknya modelannya kaya gue beda tipislah. Kesannya pendiem, introvert dan nggak banyak omong. Tadinya waktu Nana komplein, gue bisa cukup mengerti keadaan Natasha. Namanya juga anak baru, fresh graduated lagi. Mungkin masih terlalu idealis. Nggak nyatet? Ya mungkin sungkan aja harus nyatet di tengah penjelasan senior. Ada kan emang, tipe yang harus fokus sama satu hal yaitu mendengarkan misalnya?
Dan hebatnya, dia bisa akrab sama Sania, gara-gara mereka satu kampung dari Medan dan juga rumahnya searah, beda kompleks doang. Padahal Sania itu meskipun emang carmuk banget orangnya, dia nggak gampang deket sama orang. Temennya satu-satunya cuma si Rahma. Apalagi sejak jadi new mom, dia kayanya males banget ngobrol lama-lama sama orang, pasti kepotong merah ASI atau neleponin nanny-nya di rumah.
Meskipun jelas-jelas Natasha anak orang kaya, keliatan banget dari fashionnya yang bermerk, tapi taste dia untuk mix and match kurang oke. Suka
Kehidupan para pelakor di kantor gue, eh tunggu, sadis nggak sih gue sebut mereka pelakor? Ya emang belum secara pasti terang-terangan mengakui sama gue, tapi ya udahlah ya. Pokoknya kehidupan Bu Cla maupun Bu Angel kayaknya adem ayem aja. Mau siapapun ngegosipin mereka, mereka tetep naik daun. Mereka bahkan semakin moncer dengan masing-masing project yang mereka cari. Entah gimana caranya. Gue jujur nggak peduli. Cowok yang deket sama mereka bisa aja jadi andil sama kesuksesan mereka dapet project. Dua-duanya kan nggak main-main jabatannya.Jadi, di kantor gue pun, gossip soal mereka selalu dinanti tapi cepet nguap begitu aja kalo udah itungan hari berlalu. Termasuk tentang gossip baru soal Bu Angel yang notabene punya apartemen baru.Dia nawarin, kalau misalkan gue atau salah satu timnya butuh tempat buat meeting tapi lebih casual, dia bisa nyediain di apartemen dia yang emang udah di setting home office. Ada meja meeting, mesin teh, mesin kopi bahkan meja meeting ya
Suatu siang yang terik dan kebetulan gue baru kelar meeting di customer dan bersiap menuju customer berikutnya bersama tim gue, telepon gue berdering. Ternyata Bu Ana.“Mba, kamu udah arah sini belom?” tanya Bu Ana, ada nada panik di suaranya.“Hmmm, baru mau order taksi online, Bu. Ada apa ya?” tanya gue balik sambil memberi isyarat pada salah satu tim gue, Yudha untuk jangan order taksi online dulu.“Hmmm, saya ada meeting dadakan. Bisa di post poned minggu depan nggak ya?” tanya Bu Ana. “Maaf ya, biasaaa, direktur nggak bisa ditebak!”“Ohhh, oke, nggak masalah. Nanti kita atur lagi deh Bu di grup WA ya,” sahut gue cepat.Tak perlu waktu lama, Bu Ana dan gue segera mengakhiri percakapan via telepon. Yudha dan Ronald menatap gue dengan lekat-lekat, menunggu instruksi selanjutnya. Pak Muh, akhirnya langsung balik lagi ke lantai atas customer kami, buat ngecek para tim engineer yang masih a
Tak sampai di situ, kecurgiaan Pak Adnan mengharuskan Pak Marjan disidang bersama di suatu hari di hari kamis, pertengahan bulan November 2018. Saat itu hujan deras di luar. Gue tadinya mau pulang on time nggak jadi. Beberapa karyawan yang beruntung bisa segera pulang sama-sama nebeng yang bawa mobil. Yang nggak beruntung kaya gue cuma bisa menunggu sampai hujan selesai.Bu Angel masih meeting bareng Okan. Anwar udah ngibrit pulang, meskipun dia naik motor, dia yang penting on time. Hujan nggak masalah. Rahma juga udah pulang bareng Sania naik taksi online, barengan Maria, si anak sekretaris, yang kebetulan searah.Gue baru sadar, nggak banyak yang tinggal. Nana dan Victor nebeng Hanna pulang. Hanna tentu saja nggak menawari gue, hahaha. Mereka emang mau mampir ke salah satu restoran BBQ Korea non halal. Menyadari nggak banyak yang tinggal, gue akhirnya ke lounge. Mau main PS bentar sama nungguin hujan.Di lounge sendiri cuma ada sedikit orang. Sepasang anak eng
Seminggu setelahnya, memasuki akhir bulan November 2018, informasi cuti Natal sudah keluar. Banyak yang udah booked hari untuk cuti panjang. Kebanyakan sih pada ngambil sampai tahun baru sekalian. Terutama yang perantau. Gue sendiri nggak ngambil cuti. Gue simpen buat abis pada kelar cuti. Cuti tahun ini bisa dipakai maksimal sampai akhir Januari 2021. Dan punya gue masih ada beberapa yang belum sempet gue ambil.Selain informasi cuti Natal dan Tahun Baru, ada informasi baru mengenai kapan diadakan rapat Q4, quarter terakhir. Karena Singapore sendiri lagi sibuk-sibuknya juga, meeting akhir quarter tahun ini sepakat diadakan awal tahun 2019. Tanggalnya belum pasti. Yang pasti, yang habis pada cuti langsung digenjot nyiapin data dan presentasi. Tak terkecuali tim gue.Menyadari kalau kayanya rencana cuti gue akan berbentrokan dengan persiapan Q4, gue akhirnya mulai cicil-cicil data. Untungnya, Bu Ana dan customer-customer lain siap membantu. Justru mereka lagi semangat-s
Siang itu tiba-tiba Pak Vino nge-WA gue untuk ngajak meeting. Karena kayaknya mau ngomongin masalah side job kami masing-masing, beliau ngajak meeting di luar kantor. Dengan alasan pergi ke customer akhirnya gue naik taksol menuju tempat yang beliau janjikan di daerah Menteng. Semacam restoran Timur Tengah yang setahu gue mahal dan terkenal karena keunikan makanannya. Sania sempat kepo nanyain gue ke mana. Gue akhirnya beralasan, ada customer yang ngajak makan siang. Akhirnya dia nggak banyak bicara lagi. Bu Angel juga cuma bilang oke saat gue mau pergi. Nggak ada pertanyaan-pertanyaan klasik seperti dulu.Restoran Timur Tengah Abudahbi tak selalu kelihatan ramai. Cuma gue yakin sih makanan di dalamnya pasti mahal-mahal, karena arsitekturnya juga yang nggak biasa. Saat gue mau masuk ke dalam restoran, gue sadar ada dua mobil yang terparkir di sana dan gue kenal semua pemiliknya. Yang satunya, tentu saja punya Pak Vino. Satu lagi, setahu gue itu punya Pak Adnan. Di situ gue la
Saat gue lihat raut wajah Pak Vino, sama sekali nggak ada kekagetan di sana. Kayanya cuma gue yang kaget kalau keputusan penangguhan itu barusan dibilang sama Pak Adnan. Entah karena dia sudah tahu sebelumnya atau karena ya kaya udah biasa aja kejadian aneh menyangkut karyawan selalu aja terjadi di kantor gue.Pak Adnan menyeruput air mineral yang baru saja dipesannya dengan cepat.“Informasi yang saya terima sendiri masih abu-abu kenapa ditangguhkan, ada yang bilang sekalian nunggu CEO baru, jadi sekalian perkenalan. Ada juga yang bilang karena nunggu keputusan dari para komisaris dan pemegang saham. Saya nggak bisa ngomong banyak karena kepergian saya ke London juga mereka yang atur. Wanda sendiri belum lapor ke saya secara resmi. Tapi yang saya tahu dia nggak akan ke Malang dalam waktu dekat. So, saya harap kalian bisa mengerti,” kata Pak Adnan panjang. “Terutama kamu, Matari. Kamu mungkin cukup kaget bahwa keputusan-keputusan di kantor itu selalu
Saat gue meletakkan proposal project gue terbaru dari Bu Ana sekaligus quotationnya ke ruangan divisi corporate secretary, banyak sekali tumpukan lipatan kardus yang belum terpakai sama sekali di salah satu sudut ruangan dekat dengan sofa mini mereka. Hanya Nirmala yang tampak stand by, yang lainnya sama sekali tidak ada di kursinya masing-masing.“Sepi amat, La?” tanya gue.“Pada ngeberes-beresin barangnya Pak Adnan meren,” kata Nirmala dengan logat Sunda Bandungnya yang khas.“Oh, udah mulai ya?” tanya gue kepo sambil menyerahkan proposal gue.“Hmmm, buru-buru nggak? Pak Adnan teh baru ada minggu depan, kan calon penggantinya juga dateng atuh.”“Pak Marjan gimana?”“Nggak bisa, Pak Marjan lagi dihukum atuh. Nggak boleh tanda tangan beginian pokoknya mah! Teteh mendingan nunggu Pak Adnan aja minggu depan, kalau buru-buru via online aja, PDF
Sehari sebelum kedatangan Pak Jaya di awal bulan Desember, kantor gue bebenah. Biasanya sih udah cukup bersih tapi ya lo pastinya tetep mau ngasih kesan yang bagus sama orang baru kan. Terlebih orang itu akan menjadi calon bos lo nantinya. Tetep yang paling keliatan sibuk ya para OB dan anak-anak sekretaris. Termasuk juga divisi GA.Ruangan Pak Adnan sudah seperti ruangan tanpa pemilik siapapun. Dulu di sana da foto-foto keluarganya, foto-fotonya dengan customer, foto-foto penghargaan yang diterimanya di bidang teknologi hingga foto-foto saat outing sama karyawan di beberapa tempat. Foto-foto itu sudah nggak ada di sana. Yang tetap dipertahankan cuma dokumen kantor, lukisan pemandangan daerah Bali, dan juga piagam penghargaan perusahaan.Seingat gue ada mesin kopi di sana, tapi tampaknya juga disingkirkan. Mungkin itu milik pribadi Pak Adnan. Bahkan sofa bed tempat beliau kadang beristirahat, sudah tak ada, benar-benar kosong. Semua barang-barang milik Pak Adnan sudah