"Jangan sentuh!"Quesha tetap tidak mau menerima Nick sebagai suaminya, baginya tidak mudah. "Tenang, aku akan tidur di luar kamar, kamu jangan histeris lagi, kita akan menjalani kehidupan ini pelan-pelan, aku akan memakluminya seumur hidup sampai kamu bisa melihat cinta ini.""Sampai kapanpun aku tidak akan mengakui kamu sebagai suami! Cinta itu cuma kamu yang merasakan, bukan aku."Quesha dengan jelas dan tegas mengucapkannya, membuat Nick menggelengkan kepala, dirinya tidak pernah memasukkan semua itu ke dalam hati, karena sudah mengetahui risiko apa saat menikah dengan Quesha yang tidak tahu asal-usulnya, dan apa pun yang dia dapatkan dari mulut Quesha dan kehidupan istrinya sebelum menikah dengannya, dia hanya akan selalu menerima. Quesha di dalam kamar sendirian, betapa sedihnya keputusan sang ayah membiarkannya ada di dunia manusia. "Kalau tidak bersama dengan Ayahanda dan kerajaan, untuk apa aku hidup? Apalagi sekarang sudah menjadi istri yang sama sekali tidak aku inginkan
"Quesha tidak mau hidup bersamamu!"Sang Rembulan sangat jelas menolak perjanjiannya yang sudah dibuatnya dengan Sunke. "Kamu mengingkarinya, tahu kelak aku akan berbuat apa saat nanti marah padamu.""Silakan, karena sekarang aku sudah menjadi Raja, tidak mungkin kamu berani!"Sunke tertawa kecil, sudut bibirnya yang tertarik ke belakang membuatnya mulai berpikir keras. "Jadi kamu mau aku bertindak sekarang?""Lakukan saja! Kamu akan menerima hukuman karena sudah melawan Raja.""Aku seorang pangeran, tidak ada yang mau menangkap aku, termasuk Raja seperti mu.""Jadi kamu mau apa?""Hanya menangkap orang yang sudah memanfaatkan aku, paham?!""Aku tidak akan biarkan kamu, seluruh penyihir akan menyerang mu, Pangeran!""Haha, siapa mereka mau menandingi aku? Kekuatan ini mampu melumpuhkan seluruh isi penyihir yang ada di sini, kecuali Quesha.""Aku bisa saja memanggilnya ke sini, tapi rasanya aku mampu untuk mengakhiri semua ini."Sang Raja tidak takut pada Sunke, akan tetapi pangeran
"Sudah jelas kamu akan kalah, Quesha!"Sunke berseru seolah dirinya sudah memenangkan semua ini, dia lupa akan sesuatu, kekuatannya sudah melewati jalur penyihir biasa. "Quesha, kamu terlalu lama untuk berandai-andai, kematian kamu akan menjadi awal dari seorang penyihir pembangkang seperti kamu mati di tangan aku.""Cih, ada apa dengan kamu? Mungkin kah kamu itu termasuk orang yang kurang percaya akan dirimu sendiri, pangeran yang terhormat?"Quesha bertanya dan masih memiliki kebenarannya agar menantang sang pangeran. "Jadi kamu masih kuat di saat aku sudah ingin melenyapkan kamu?""Tentu, karena aku tidak bisa berambisi sendiri mengalahkan kamu, mungkin belum cukup untuk kekalahan kamu di waktu yang lalu, sekarang kamu mau merasakannya lagi?"Quesha sedikit mengingat apa yang terjadi, bahkan pangeran sedang tidak ingin berpikir. "Hentikan apa yang kamu ucapkan itu, semua tidaklah penting, kini aku hanya perlu mengalahkan kamu, Quesha.""Lantas apa pantas kamu menangkap Ayahanda?
"Jangan munafik Quesha, kamu bisa setuju atas permintaan aku selama ini, belum terlambat untuk menyetujuinya, kita akan menikah, sekarang."Sunke tidak menyerah, tangannya mengeluarkan kekuatan agar melumpuhkan wanita idamannya itu. Mata Quesha terpejam, memang benar kekuatan di sana hanya keluar dari tangan pangeran saja. "Bagus, anggaplah kamu seperti ratu tidur untuk aku, tidurlah sampai bulan purnama tiba, kita akan menikah di bawah sinarnya, maka seluruh kekuatan bisa berpindah untuk aku."Sunke sangat meyakinkan dirinya sendiri, dia segera membawa Quesha pulang ke kerajaannya yang begitu panas. "Tidurlah sayang, kamu di sini akan menjadi ratu selama yang kamu mau, jangan penuhi amarahmu untuk melarikan diri dari aku, kita tidak mungkin berpisah."Sunke tidak menyangka bisa melihat orang yang dia harapkan sejak dulu ada di depan matanya, sangat dekat dan dia bisa menghirup betapa semerbak harus wangi alami tubuh Quesha. "Lihat dirimu, begitu cantik, aroma mu yang menjadi khas
Cahaya itu membuat Quesha tidak sadarkan diri, dia terbang ke atas tempat tidur disaksikan banyaknya penyihir yang melihatnya. "Gila, bahkan dalam hal ini kekuatan aku pun tidak dapat seperti itu," kata Sunke. Dari awal Sunke sudah mengetahui kalau ini akan terjadi, tetapi tidak masalah untuk dirinya, ritual akan tetap berlangsung, itu masih bagus karena Quesha dalam keadaan tidak sadarkan diri. "Sekarang kalian semua bisa menyaksikan sendiri, apa yang terjadi pada Quesha, lihatlah para penyihir yang ada di sini, dia akan terbang lebih tinggi dan jatuhkan kekuatannya untuk penerusnya, yaitu aku," katanya lantang berbicara di depan mereka. Tangannya digerakkan hanya untuk menunjukkan jika dirinya yang menerbangkan Quesha di sana, tetapi ada yang lain terjadi. Cahaya dari Quesha menyerangnya sampai Sunke mengalami kulit yang terbakar. "PANAS!"Teriakan Sunke terdengar di sana, dan membuat mereka gaduh berbisik tentang apa yang terjadi pada pangeran matahari. "Tidak, jangan hirauka
"Kenapa kamu meragukan aku Sunke? Padahal aku sudah ada di dekat kamu, dan bisa saja dari tadi aku sudah melenyapkan kamu," kata Quesha lebih berani lagi. Pangeran yang tidak takut atas ucapan Quesha, dia tertawa dengan mendongakkan kepala, kembali melihat ke arah Quesha lagi, sudut matanya mencari arti dari apa yang dilihatnya dari mata Quesha. "Buktikanlah!"Sekarang Quesha bisa melakukan tanpa perlu menunggu lama lagi, pangeran sendiri yang mau dirinya menyerang. "Kamu harus tau Quesha, di sini aku akan menikah dengan kamu sayang, dan kekuatan kamu akan jatuh ke tangan aku, jadi jangan mempersulit aku, kamu hanya perlu tidur di atas tempat tidur itu, aku akan mengulang mantra."Pangeran masih memaksa Quesha melakukan apa yang tidak diinginkannya, detik itu juga pangeran mengeluarkan kekuatan terbesarnya melalui tenaga dalam yang tidak diketahui oleh mata Quesha. "Mau apa kamu, Sunke? Walaupun mata aku tidak bisa melihatnya, tetapi aku ini seorang penyihir sakti, kamu jangan per
"Aku hanya ingin menolong Ayahanda, apakah tidak boleh?"Quesha tetap ingin menolong Sang Rembulan, dari sisi dirinya masih menjadi seorang anak yang harus berbakti pada orang tua. "Aku bilang berhenti Quesha! Kamu tidak akan bisa menjadi anak yang membantu orang tuamu ini."Sang Rembulan menolak, dia enggan disentuh putrinya sendiri, padahal Quesha masih di sana sangat mengkhawatirkan dirinya. "Aku mau menolong, darah Ayahanda terlalu banyak, apa tidak mau aku bersihkan?""Tidak! Kamu tidak perlu berpura-pura peduli mendekati aku lagi, setidaknya aku tau, kamu itu penyebab mata ini menjadi buta."Sang Rembulan tidak mau berbicara lagi pada Quesha, hanya bisa membuka matanya selebar mungkin agar terlihat kuat di depan anaknya ini. "Ayahanda, aku hanya ingin membantu, kalau tidak mau, aku pergi. Tujuan aku hanya membenarkan apa yang salah di sini, berubah untuk ketiga anakmu, maka aku akan mengampuni Ayahanda.""Kamu tidak perlu bicara lagi, pergilah ke bumi. Jangan sampai aku sampa
Saat Quesha bangun dari tidurnya, dia masih berada di kerajaannya, berbeda dari sebelumnya karena dia masih bisa mengingat apa yang terjadi kemarin malam. "Kerajaan ini sepi tanpa penghuni yang dulu," keluhnya mengenang masa lalu. Penyihir yang satu ini bertingkah seolah dirinya sedang bersama satu keluarga yang harmonis, terlihat di depan mata ada ibunda ratu dan ayahandanya, serta tidak lupa ada juga kedua kakaknya yang begitu cantik sambil memperebutkan suatu barang yang ada ada di tangan mereka. Quesha tersadar ketika dirinya terjatuh di bawah, otaknya kembali bisa mencerna apa yang dibayangkan sudah terlanjur hilang. "Kalian semua, aku tidak sanggup sendiri di sini. Apa bisa aku kembali bersama di masa lalu yang indah itu? Rasanya tidak mungkin!"Saat masih memikirkan apa yang ada di depan matanya sudah sirna seketika dalam waktu sekejap, cahaya membawanya pergi ke penjara bawah tanah yang sudah udang dan sangat kotor, penjara yang sengaja ditutup untuk para penyihir yang ber