Share

Kebakaran

Zack memutuskan untuk mencari Nayla di rumah sakit sekaligus mencari kebenaran mengenai penyelidikannya tentang keluarga Higashino.

Yang Zack ketahui, Nayla sebelumnya tidak pernah keluar dari rumah sakit sebelum bertemu dengannya di trotoar waktu itu. 

Mungkin saja saat ini Nayla berada di ruang perawatannya sambil menjaga tubuhnya yang sedang koma seperti sebelum-sebelumnya. Jika Zack diberi kesempatan untuk bertemu Nayla kembali, mungkin ia akan lebih menghargai gadis itu dan tidak akan mengabaikannya lagi.

Zack melangkah ke arah resepsionis untuk menanyakan kamar perawatan Nayla dan memperkenalkan dirinya sebagai opsir polisi. Demi penyelidikan, pihak rumah sakit tentu mengizinkan Zack untuk melihat pasien khususnya itu, tetapi hanya berada di posisi luar ruangan dan ditemani seorang dokter yang menangani Nayla.

Zack tidak mempermasalahkan hal itu. Ia hanya ingin melihat kebenaran kondisi Nayla. 

Apakah benar Nayla yang ada di rumah sakit ini yang merupakan cucu dari keluarga Higashino adalah Nayla yang sama dengan yang biasa mengganggunya? Ataukah dia Nayla yang lain yang kebetulan memiliki nama yang sama. Zack akan mengetahui hal itu nanti, ketika dirinya sudah melihat sosok gadis yang menjadi pasien rumah sakit ini.

Dengan didampingi seorang perawat, Zack melangkah menaiki lift khusus yang akan membawanya ke ruangan VVIP yang merupakan ruang perawatan khusus untuk keluarga kalangan menengah ke atas.

Lift berdenting ketika Zack dan perawat sudah berada di lantai yang dituju. Sebelum mereka ke ruangan Nayla, perawat mempertemukan Zack dengan dokter yang merawat Nayla terlebih dahulu. Dokter tersebutlah yang nantinya akan menemani Zack dan menjelaskan beberapa hal tentang kondisi Nayla.

Zack dan dokter wanita yang diketahui bernama dokter Noorin bergegas menuju tempat perawatan Nayla berada. Seperti persyaratan di awal, Zack hanya bisa melihat Nayla dari balik dinding kaca yang kelambunya telah dibuka.

Mata Zack mengamati sesosok tubuh yang kurus berada di bawah selimut dengan banyaknya alat penunjang kesehatan di tubuhnya, tetapi ia bisa memastikan bahwa gadis itu adalah Nayla Shair. Nayla si gadis hantu yang selama beberapa minggu mengisi hari-harinya. Gadis hantu yang dengan seenaknya mendatangi dan mengganggunya. Dia gadis yang sama yang membuat Zack menjadi terbiasa dengan kehadirannya yang kini menghilang entah kemana.

Zack secara seksama mendengar penjelasan dokter mengenai kondisi Nayla yang makin lama makin menurun. Denyut nadi dan detak jantungnya semakin hari semakin lemah, pun demikian dengan tekanan darahnya yang selalu di bawah angka normal.

"Keluarga pasien menyerahkan semuanya kepada pihak rumah sakit, kami merawatnya dengan penanganan khusus karena pasien adalah keluarga dari pemilik rumah sakit ini," ucap dokter Noorin kemudian.

"Apakah ada anggota keluarganya yang sering datang berkunjung?"

"Yang saya ketahui hanya ada satu orang yang rutin datang mengunjunginya sambil membawa bunga lily. Dia yang selalu mengganti bunga layu yang ada di samping pasien dengan bunga baru yang masih segar. Hanya seperti itu lalu ia segera pergi setelah melakukan rutinitasnya."

Zack bisa menebak bahwa itu adalah kekasih Nayla. Melihat Nayla menangis malam itu dan terlihat putus asa dengan kehidupannya, merasa tidak ada yang mengharapkan kehadirannya kembali di dunia, Zack bisa menebak lelaki itu pastinya tidak mencintai Nayla. Atau mungkin lelaki itu sudah berselingkuh di belakang Nayla.

"Zack, jika di dunia ini sudah tidak ada yang mengharapkanmu tetap hidup apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan mengakhiri hidupmu karena tidak ada satu pun yang menginginkanmu?"

Zack menoleh ke arah Nayla, gadis itu menatap ke atas di mana terdapat bintang-bintang berkilauan yang sedang menghiasi cakrawala.

"Hidup matiku bukan karena keinginan seseorang, aku tidak peduli ada yang ingin aku hidup atau mati. Semua itu tidak penting lagi bagiku."

"Bagaimana denganku? aku berada di tengahnya. Antara hidup dan juga mati, bahkan lelaki yang kucintai mengatakan bahwa aku adalah mayat hidup. Apakah menurutmu aku menyerah saja dengan kematianku? Karena hidup pun tidak ada yang menginginkanku."

Peristiwa malam itu masih terekam jelas di ingatan Zack, betapa hancur dan sedihnya Nayla setelah menemui kekasihnya. Zack memang enggan menanyakan apa yang telah terjadi dengannya karena hatinya sendiri saat itu juga sedang hancur berkeping-keping melihat pengkhianatan kekasih sekaligus teman masa kecilnya di depan mata kepalanya sendiri.

Namun, Zack bisa memastikan bahwa Nayla dan kekasihnya sedang dalam masalah. Hanya dengan membawakan bunga lily lalu mengganti bunga lily yang sudah layu dengan bunga lily yang masih segar lalu segera beranjak pergi tanpa berinteraksi dengan Nayla, bukankah itu hal yang aneh?

Jika kekasihnya itu mencintai Nayla, mungkin ia akan barang sejenak berbicara dengan gadis itu. Meskipun Nayla tidak sadarkan diri pastilah ia melakukannya berharap Nayla akan mendengarnya. Namun, hanya dengan mengganti bunga saja Nayla sudah bahagia. Nayla merasa masih ada yang mengingatnya dan mencintainya. Tentu saja Zack yakin bahwa lelaki itulah yang selama ini menjadi penyemangat Nayla bertahan hidup sampai sekarang.

"Lalu bagaimana dengan anggota keluarga yang lain?" tanya Zack kemudian tanpa melepas pandangan dari sosok tubuh Nayla.

"Sebelumnya tuan Higashino sendiri sering berkunjung. Bagaimanapun juga pasien adalah cucu kandung satu-satunya yang masih ia miliki. Namun, karena kesehatannya menurun satu tahun belakang ini membuatnya tidak bisa menjenguk pasien. Kami secara berkala memberikan laporan kepada keluarga Higashino tentang perkembangan pasien dengan datang ke kediamannya."

"Siapa yang kalian temui?" tanya Zack lagi yang masih penasaran dengan keluarga Nayla.

"Petugas mengatakan bahwa asisten tuan Higashino yang menerima semua laporan itu," jawab dokter Noorin kemudian.

Zack mengangguk dengan bersedekap dada dan  tangan kanan menyentuh dagu. Jika memang begitu keadaannya pantas saja Nayla merasa tidak ada yang menginginkannya hidup, karena sepertinya semua anggota keluarga sudah melupakannya.

Zack undur diri ketika sudah merasa mendapatkan semua informasi yang ia butuhkan. Ia mengangguk hormat lalu berterima kasih kepada dokter Noorin karena bersikap kooperatif.

*********

Waktu berjalan begitu cepat, karena pekerjaan yang tidak kunjung selesai membuat opsir Zack pulang terlambat. Ia melajukan motornya sedikit perlahan karena ada kemacetan lalu lintas yang terjadi tiba-tiba.

Zack melihat banyak anggota kepolisian yang sedang berada di lokasi pusat kemacetan berusaha menertibkan mobil dan kendaraan lain yang melewati jalan tersebut.

Zack menepikan motornya, memarkirkannya di tempat yang aman. Ia mendekat ke arah polisi yang sedang berada di tepi jalan dengan menyalakan protofon untuk berkomunikasi dengan rekannya yang lain.

"Ada apa? Mengapa macet sekali?"

Petugas yang sedang berbicara melalui protofon itu menoleh ke arah Zack. Sambil menunduk hormat lelaki itu menjelaskan bahwa ada kebakaran di gedung tua yang ada di pertigaan ujung jalan. Dan saat ini petugas pemadam kebakaran sedang berusaha mematikan api.

Zack mengangguk petanda mengerti. Sebenarnya ia cukup lelah hari ini, tetapi melihat kemacetan seperti saat ini membuatnya lebih malas lagi untuk pulang. Zack pamit undur diri kepada opsir yang sedang bertugas tersebut, lalu berjalan melihat sendiri kondisi kebakaran yang terjadi.

Tampaklah empat buah mobil pemadam kebakaran sedang berusaha memadamkan api. Api begitu cepat naik dan merambat ke bangunan-bangunan lain akibat hembusan angin malam yang bertiup kencang.

Mungkin akan turun hujan, tetapi entah kapan itu. Melihat langit yang menggelap dengan awan hitam bersamaan angin yang berhembus cepat, kemungkinan hujan akan turun beberapa menit lagi.

Api mulai menjalar ke bangunan gedung tua yang lain yang berada di belakangnya. 

Sekelebat bayangan yang muncul di antara api yang berada di gedung itu membuat opsir Zack menajamkan matanya. Mulutnya sedikit ternganga melihat siapa yang sedang memejamkan mata berdiri di belakang bangunan yang sedang terbakar itu. Zack yakin bahwa orang tersebut akan menjerumuskan dirinya ke dalam kobaran api itu.

Zack berlari dengan cepat, menghempaskan beberapa orang yang tampak berkerumun untuk melihat kebakaran yang terjadi. Ia menerobos kemacetan lalu lintas dengan menyelipkan tubuhnya di antara mobil-mobil yang berhimpitan, terus berlari meskipun banyak klakson mobil yang sengaja dibunyikan untuk memrotes aksinya yang berbahaya itu.

Zack melompati selang air pemadam kebakaran yang mengeluarkan debit air cukup deras yang berusaha memadamkan api yang kian membesar. Petugas pemadam kebakaran sempat meneriaki Zack supaya lelaki itu segera pergi dari lokasi kejadian yang mungkin akan berbahaya baginya, tetapi Zack sama sekali tidak menghiraukannya. Lelaki itu tetap nekat mendekati tempat di mana api mulai berkobar membesar menutupi area sekitar luar.

Zack dengan gesit akhirnya bisa mencapai tempat yang ia kehendaki. Ditariklah tangan orang itu yang hendak menceburkan dirinya di kobaran api yang sangat panas. Zack menariknya paksa lalu mengajaknya menjauh ke area gedung lain yang jauh dari jangkauan api. Zack masih berjalan cepat, sambil menarik paksa lengan orang tersebut melewati manusia-manusia lain yang sedang sibuk menyaksikan aksi pemadam kebakaran yang mungkin jarang mereka jumpai.

Zack menghentikan langkahnya ketika ia sudah berada di area sepi yang ada di belakang bangunan gedung pertokoan sudah tutup yang berada di dekat jalan raya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Zack sambil berteriak kesal kepada orang yang telah ditolongnya.

Seorang perempuan dengan wajah sendu dan frustrasi menunduk tanpa menjawab pertanyaan Zack. Ia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya yang tercetak jelas dalam wajahnya.

"Seharusnya kau tidak membawaku kemari!"

"Lalu, aku membiarkanmu terbakar bersamaan dengan puing-puing bangunan itu?" Zack kembali berteriak demi menyadarkan perempuan itu.

"Aku sudah lelah, Zack. Aku ingin bertemu kedua orang tuaku dan kakakku. Aku ingin bertemu mereka!"

Perempuan itu menangis sambil menunduk, ia merasa tidak ada gunanya hidup lagi. Hidup atau mati sama saja, ia tidak mempunyai teman ataupun saudara. Tidak ada seseorang yang menyayanginya dan merindukannya. Lalu untuk alasan apalagi dia akan hidup?

"Sadarlah! Kau masih punya harapan untuk hidup," ucap Zack sambil mengguncang tubuh perempuan itu.

"Untuk apa? Jika aku hidup kembali, untuk siapa? Zack, tidak ada yang menginginkanku, mengharapkan kehadiranku lagi. Bahkan keluargaku berniat menyelesaikan hidupku dengan menghentikan perawatan medis yang selama ini tubuhku terima. Bukannya hal itu membuktikan bahwa mereka sudah tidak menginginkanku lagi? Jika keluargaku saja enggan mengharapkanku dan menyayangiku, lalu siapa lagi yang bisa menjadi alasanku untuk tetap bertahan hidup. Katakan Zack! Siapa? Siapa?"

Perempuan itu menangis lagi, rasa frustrasi dengan keputusasaan tergurat jelas di wajahnya. Rasa kecewa dengan sikap keluarganya, rasa dikhianati dan dibohongi oleh kekasihnya, rasa kesepian yang melanda dirinya selama bertahun-tahun membuatnya kehilangan semangat untuk melanjutkan hidup. Zack tidak bisa menjawab pertanyaannya, sehingga perempuan itu berniat kembali ke area kebakaran itu lagi.

Ketika perempuan itu berbalik arah dan melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Zack yang masih berdiri mematung, tangannya segera disambar dengan cepat oleh Zack membuat perempuan itu tertarik dan berbalik arah kembali ke arah Zack.

Dengan gerakan cepat dan kasar, Zack menarik tangan perempuan itu hingga tubuh perempuan itu terbentur dadanya. Zack memeluk erat tubuh itu seolah enggan untuk melepaskan dan membiarkannya menjauh.

Dibenamkannya wajah perempuan itu di dadanya, dengan tangan mengusap lembut rambut panjangnya sambil mendaratkan kecupan hangat di pucuk kepala perempuan itu.

"Kau bisa bertahan hidup untukku. Apakah kau mau, Nayla?"

Perkataan yang keluar dari mulut Zack membuat perempuan itu mendongakkan wajahnya, terkejut. Zack yang selama ini bersikap dingin kepadanya, seolah ingin dia segera pergi menjauhinya dan enggan mau menyebut namanya. Kini ia mendengar dengan telinganya sendiri, bagaimana Zack menyebut namanya dengan suara yang terdengar begitu lembut dan penuh sayang.

"Apa?" Nayla mendongakkan wajahnya menatap bola mata Zack yang juga sedang menatapnya.

Zack menundukkan wajah, melepaskan pelukannya dan beralih menangkup pipi kanan dan pipi kiri Nayla. Wajahnya semakin ia tundukkan dengan sedikit memiringkan kepalanya. Dengan gerakan perlahan Zack mendaratkan bibirnya di bibir Nayla. Menciptakan sebuah ciuman  yang tidak pernah ia duga sebelumnya. 

Meskipun Zack tidak pernah melakukannya, naluri lelakinya mengajarinya sendiri dengan memberikan ciuman yang lembut. Di mulai dengan gerakan perlahan lalu sedikit menggebu. Bibirnya melumat bibir atas dan bibir Nayla secara bergantian. Lidahnya membleai lembut permukaan bibir Nayla, menyesap sudut bibirnya seolah lelaki itu tidak sanggup menghentikan pergerakan alami yang muncul secara implusif dari dalam dirinya.

Suara halilintar terdengar menggelegar, bersamaan dengan petir menyambar di permukaan langit. 

Hujan seketika turun dengan lebat mengguyur semua orang yang belum sempat berteduh. Semua orang bersorak senang karena api dari kebakaran gedung itu segera padam dengan turunnya hujan. Sorak sorai semua orang itu terdengar riuh, tetapi dua orang yang berbeda alam itu seolah tidak mendengarnya. Mereka larut dalam pertautan bibir dengan perasaan masing yang masih dalam pikiran dan belum sempat terutarakan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status