"Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa tiba-tiba kamu bisa membujuk Nabila untuk setuju dengan ide melanjutkan pernikahan kalian?" tanya Jennifer penasaran kepada sang putra di dalam kamarnya di lantai atas villa.
Saat ini mereka sudah selesai makan siang bersama. Nabila tadi meminta izin untuk menidurkan Zayn. Jadi, Jennifer mengungkapkan rasa penasaran yang ia simpan sejak tadi pagi.Bagaimana tidak, hal itu karena dengan melihat gelagat Nabila dari tadi, ia yakin wanita muda itu belum ikhlas menerima keputusan tersebut."Aku mengancam akan mengambil bayiku darinya," jawab Zack to the point.Kedua alis beruban Jennifer bertaut kencang. "Tapi memang kamu lebih berhak darinya untuk itu. Tidak mungkin jika bercerai, Zayn akan terus-menerus bersama Nabila yang sebenarnya hanya ibu pengganti. Anak itu anakmu dengan Veronica," ungkapnya heran."Itu menurut kita, Mom. Tapi ego seorang ibu sudah merasuk dalam diri Nabila. Dia merasa dia yang hamZack mendekatkan wajahnya ke wajah Nabila karena berniat mencium bibir wanita itu. Ia merasa hatinya sangat rindu terhadap istri mudanya tersebut.Akan tetapi, Nabila justru mengeraskan dorongan tangannya di dada Zack, hingga menggagalkan niat sang pria mencium bibirnya. Setelah terlepas dari rangkulan pria itu, Nabila lekas bangkit dan berdiri. Matanya nanar melihat ke arah sang suami. Degup jantungnya bertalu dengan begitu kencang. Napasnya pun seketika saja memburu. Dadanya naik turun menahan emosi.Zack lalu ikut berdiri. Kemudian ia melangkah ke arah pintu dan menutupnya dengan perlahan."Kamu jangan macam-macam, Zack!" Nabila menatap sang pria dengan waspada.Namun, tanpa diduga-duga, dengan gerakan cepat pria itu menangkap Nabila kembali dan memeluknya dengan lebih erat lagi.Nabila berusaha berontak, tetapi kekuatannya tidak sebanding dengan pria itu. Entah mengapa dia merasa dilecehkan kali ini oleh perbuatan Zack. Lelaki itu men
"Veronica ...." Zack membuka pintu kamarnya. Ia melihat tempat tidur yang tidak begitu rapi, tetapi tidak juga berantakan. Ia tahu istrinya ada di dalam rumah, karena Veronica berjanji mengosongkan jadwalnya hari ini untuk menyambut kedatangan sang suami yang sudah lebih dari satu bulan tidak pulang."Tunggu, Zack!" teriak Veronica dari dalam kamar mandi.'Oh, dia ada di dalam kamar mandi rupanya.' Zack meletakkan koper kecilnya di atas tempat tidur. Kemudian pria itu membuka benda itu karena ada sesuatu yang ingin ia tunjukkan kepada sang istri."Babe ... i miss you so much!" Tiba-tiba ada dua buah tangan memeluk Zack dari belakang. Ya, itu Veronica.Sudut-sudut bibir sang pria tampan itu tertarik ke atas. Ia pun melepas pegangan sang istri kemudian berbalik menghadapnya.Kedua alis Veronica bertautan ketika melihat sebuah kotak kado yang tidak terlalu besar di pegangan tangan kanan Zack terarah kepadanya. "Apa ini, Babe? Kita tidak pern
"Maksud kamu apa, Zack?! Kamu jatuh cinta sama bocah perempuan bau kencur itu??!" Veronica bangkit dari duduknya. Ia tidak menyangka. Apa yang Andrew katakan benar adanya. Ternyata di Indonesia, Zack bermain api dengan perempuan lain. Bahkan bukan dengan orang lain, melainkan orang yang pernah tinggal bersama mereka."Ve, please ... duduk dulu ...," bujuk Zack sembari menarik kembali tangan Veronica dan mengajaknya kembali duduk agar emosi wanita itu tidak makin meninggi.Veronica menatap nanar ke arah suami tampannya itu. Selama ini ternyata dia salah. Veronica menyangka kalau hanya dirinya seoranglah di hati Zack. Dia terlalu percaya diri dan itu membuatnya lalai.Setelah Veronica kembali duduk, Zack pun menggenggam erat jemari tangan istri pertamanya itu. "Ve, aku tetap mencintai kamu, tapi ... terus terang, aku juga mencintai dia. Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku ini. Terus terang, dulu kami ...." Zack menggantung omongannya.Veronica m
Zack terlihat sama sekali tidak menyadari. Padahal dua bulan yang lalu ia jelas-jelas sedang tidak berada di LA, lelaki itu berada di Indonesia. Justru Veronica bercinta dengan Andrew hampir setiap hari di masa itu."Oke, sudah! Mengenai flek yang keluar dari jalan lahir itu karena perkembangan bayi. Tetapi, tetap mesti waspada," seru Steve ke arah pasangan suami istri tersebut. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan menuju ke meja kerjanya.Veronica pun beranjak dari brankar dibantu oleh seorang perawat wanita. Zack menunggunya, kemudian mengiring sang istri duduk di hadapan sang dokter.Beberapa hari yang lalu memang ada flek yang keluar dari vag*na Veronica. Tadinya ia sangka itu darah haid. Namun, hanya dua hari flek itu keluar, berikutnya tidak. Malah kepalanya yang justru sering pusing, dan perut pun mual-mual. Makanya ia putuskan membeli tespek."Akhirnya kamu hamil lagi ya, Ve. Aku turut senang ...," ujar Steve seraya tersenyum lebar menata
"Mak–maksudku bukan begitu, Zack. Kamu tahu mama dan papa gimana .... Mereka itu kolot dan kaku. Aku hanya nggak mau kita malah nambah masalah jika berterus terang. Apa lagi mama paling anti dengan poligami," ungkap Veronica beralasan."Hah? Benar begitu? Bukannya poligami itu ada dalam syariat Islam?" Zack tahu kalau syariat Islam menerima poligami. Makanya dia tidak ragu untuk meneruskan pernikahan poligaminya ini. Lagipula, orang tua Nabila tentu lebih paham, karena mereka muslim sejak lahir. Begitu pemikirannya."Memang ada ...," sahut Veronica. Ia mendesah malas, "tapi tidak semua orang Islam juga bersedia dan menerima poligami itu di kehidupan pribadinya, Zack," ujar Veronica berusaha memberi pengertian kepada sang suami.Zack terdiam. Dia berusaha mencerna apa yang Veronica jelaskan. Namun, di dalam hatinya tidak bisa menerima hal itu begitu saja. Ia kasihan kepada putranya jika sampai tidak diakui seperti itu."Sudahlah, Zack. Nanti kita p
Wanita muda itu mengusap wajahnya lelah. Ia berusaha membuang jauh-jauh bayang-bayang kejadian malam itu."Nabila," panggil Zack dari seberang sana.Nabila pun mengarahkan kamera ponselnya kembali ke wajahnya. Veronica masih berada di toilet sepertinya."Lusa aku berangkat kembali ke Indonesia. Kamu mau dibawakan apa?" tanya Zack dengan wajah ramahnya itu."Nggak usah repot-repot!" cetus Nabila memasang wajah tidak bersahabat."Kamu masih marah?" lirih Zack sembari mencuri-curi pandang ke arah kamar mandi di kamarnya.Nabila bergeming."Maafkan aku, Sayang ...," bisik Zack lagi.Entah mengapa wajah Nabila menjadi terasa memanas mendengar bisikan Zack yang memanggilnya dengan sebutan sayang. Padahal sebelumnya panggilan itu justru membuatnya ingin muntah saja. Namun, sekarang mengapa berubah? Batinnya jadi bertanya-tanya. "Kamu sudah selesai neleponnya ini? Bukannya di sana masih gelap?" ujar Nabila tanpa menjawa
"Apa Anda tidak mengetahui tentang hal ini?" tanya Dokter Mishelle kepada Zack. Ia menangkap ada sesuatu hal penting, sehingga pria di hadapannya itu terlihat memucat ketika mendengar apa yang ia sampaikan.Zack menggeleng lemah. Matanya terasa memanas. Rasa di dalam hatinya bercampur aduk. Ada marah, sedih, dan juga kecewa. Ia tidak menyangka, selama ini Veronica dan Steve membohonginya. Atau justru memang dia yang bodoh?Dokter Mishelle membalik kertas di pegangannya. "Di sini istri Anda, Nyonya Veronica Robinson telah melakukan inseminasi tiga kali, dan ketiga-tiganya gagal dalam proses fertilisasi. Tetapi, ketika dengan ovum sang surrogate mother, sekali saja, langsung berhasil," jelasnya."Oh begitu, Dokter?"Sang dokter menganggukkan kepala meyakinkan. "Saya tidak paham, mengapa Anda sampai tidak mengetahui hal ini. Ada tanda tangan Anda di sini." Dokter Mishelle menunjuk ke arah bubuhan tanda tangan Zack yang ada di kertas yang kini ia leta
Tidak pernah Zack bersikap sekeras itu selama ini. Ya, selama sebelas tahun pernikahan mereka, kalaupun marah, Zack tidak pernah sekali pun membentak sekeras itu di hadapan Veronica. Ini adalah pertama kalinya."I–iya, Zack ... Nabila tidak tahu kalau itu menggunakan sel telur miliknya sendiri," ujar Veronica menjawab pertanyaan sang suami.Kontan Zack meremas rambut kepalanya sendiri. Ia benar-benar sudah kehabisan kata-kata. "Aaarrgh!""Zack ... maafkan akuuu ...," ucap Veronica memelas. Ia berusaha memegang lengan suaminya. Namun, sekali lagi, ditepis oleh Zack. Hatinya perih sekali menerima kekasaran sang suami.Pria itu benar-benar marah kali ini. "Aaakh! Huekk!" Tiba-tiba Veronica merasa sangat mual. Ia memegang perut dan menahan mulutnya.Sontak Zack menatap cemas ke arah sang istri. Ia teringat ketika dulu Veronica hampir meninggal dunia karena keguguran. "Kamu ... nggak apa-apa?" tanya pria itu lirih. "Hhhhgg!