Zack memijat dahinya karena kini kepalanya terasa berdenyut. "Mom, sebaiknya Mommy jangan dulu menyampaikan semua kepada mertuaku," pinta pria itu terdengar memohon.
"Kenapa sih, Zack? Mommy cuma mau bantu kalian. Kalian 'kan, bingung bagaimana memulai cerita itu. Jadi, biar Mommy yang menyampaikan hal itu kepada mereka. Mommy yakin Yasmin dan Surya akan mengerti. Bahkan mereka akan senang jika tahu ternyata mereka sudah menjadi kakek dan nenek. Bukankah itu yang mereka idamkan sejak lama?"Zack meremas rambut kepalanya. Ia sudah tidak bisa lagi berkata-kata. Ia bingung harus bagaimana lagi membujuk ibunya."Kamu tenang saja. Mommy yang urus soal ini, oke?"Zack masih terdiam di sana. Kepalanya terasa penuh dan pikirannya kusut."Ya sudah. Mommy mau siap-siap dulu. Kamu jangan lupa bilang ke temanmu itu. Biar dia jangan jemput Mommy. See you later, Son!" Jennifer pun mematikan saluran teleponnya.Tinggallah Zack yang kebingunganMelihat Nabila yang berlalu cepat, dengan segera Zack menyelesaikan biaya administrasi di klinik kesehatan tersebut. Setelah itu ia berlari menuju ke luar. Ternyata Nabila sudah tidak ada lagi. Oleh karena mobilnya mesti masuk ke bengkel, Zack akhirnya memesan ojek online. Tidak lama kemudian, pria itu pun sampai di depan halaman rumah kontrakan Nabila. Gegas pria itu turun dari motor ojek."Mister! Ongkosnya lupa!" seru tukang ojek mengingatkan."Ah, iya. Maaf," ujar Zack langsung mengambil dompet dari balik jaketnya. "Ini, Pak. Makasih!" Ia pun menyerahkan lembaran merah kepada si tukang ojek."Kembaliannya, Mister!" teriak tukang ojek lagi, karena uang bayaran Zack banyak lebihnya, dan pria Amerika itu sudah berbalik pergi."Ambil aja!" sahut Zack sembari berlari kecil menuju ke rumah Nabila."Oke, Mister. Thank you! Sering-sering aja yaaa!" balas tukang ojek senang.Sesampainya di depan rumah Nabila. Pintunya tampak terbuka lebar. Terlihat mata Nabila yang masih memerah karena ha
"Nabila ...." Zack memegang kedua bahu Nabila. Hatinya merasa terenyuh ketika melihat wanita muda itu menangis begitu sedih dan tampak putus asa."Kamu jahat ... Zack ...!" Nabila menepis kedua tangan sang suami. "Aku benci sama kamuuuu!" pekiknya sembari bangkit dan dengan segera meraih putranya yang kini merengek-rengek di sana. Brak!Nabila kemudian masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu itu dengan kencang."Yaa ... Allaah ...." Zack pun bangkit dari duduknya kemudian meremas rambut kepalanya sendiri. 'Perempuaaan ... perempuaaan! Mengapa kalian bikin aku pusiiing!' rutuknya di dalam hati. Kemudian pria itu pun terduduk di sofa di sana. Ia memijat tengkuknya sendiri. Merasa sangat lelah menghadapi problematika kehidupan ini.Tidak lama Zack duduk sembari merenung di ruang tamu itu, terdengar olehnya suara adzan yang berkumandang dengan kencang. Ia lalu bangkit, menutup pintu rumah, lalu masuk ke dalam dapur Nabila. Ia mencari kamar mandi untuk membuang air kecil.Setelah menuna
Mata Nabila melebar mendengar penuturan Zack. "Apa maksud kamu sudah membeli rumah di Bekasi?" Akhirnya wanita muda itu mau bicara juga."Iya, seperti yang aku bilang waktu itu sama kamu. Aku mau kamu berhenti bekerja di tempatmu sekarang. Dan kamu aku modali untuk usaha toko roti sendiri, karena kamu bilang ini adalah hobby kamu," jelas Zack. "Oh, Zack ... aku tahu kamu banyak uang. Tapi aku belum menyetujuinya, 'kan? Kenapa kamu tidak kompromi dulu sama aku??" "Nabila, aku akan bekerja di LA lagi. Jadi, aku mesti menyelesaikan semua dengan cepat. Aku tidak bisa lama di sini. Veronica hamil ...," ungkap Zack kemudian.Kembali kedua mata Nabila membola. "Dia hamil??" tanyanya memastikan.Zack mengangguk pelan. Bibirnya tersenyum tipis.Nabila tampak tertegun dan terdiam di sana. Namun, berikutnya entah mengapa bibirnya mengulas sebuah senyuman penuh arti."Kamu senang dengan berita ini?" tanya Zack karena melihat senyu
Nabila dan Pipit akhirnya duduk berdua di pojok dapur. Nabila berusaha menjelaskan kepada sahabat baiknya itu. "Ini semua demi Zayn, Pit. Aku mau semua yang terbaik untuknya.""Tapi kok, mendadak begini, Naab ... tega kamu ninggalin aku sendirian di sini. Aku udah seneng selama ini sama kamu. Dan aku sayang banget sama Zayn," rajuk Pipit.Nabila meraih dan menggenggam kedua tangan sahabatnya itu. "Sesekali in syaa Allah aku bakal nyamperin kamu ke sini. Atau ... kamu yang nyamperin aku nanti pas libur kerja, ke Bekasi."Pipit mendesah. Ia masih merasa berat."Oh iya, aku udah transfer utang aku ke rekening kamu ya. Coba kamu cek!" seru Nabila tiba-tiba.Kedua alis pipit bertautan. "Kamu sudah punya uang?" tanya Pipit heran, padahal baru kemarin Nabila meminjam uangnya lagi 500 ribu, "oh iya, kamu 'kan, udah baikan sama Om Bule ya. Pasti dia yang kasih kamu duit," lanjutnya seakan baru teringat sembari mengutak-atik ponselnya ingin memeriksa saldo.Nabila tersenyum tipis. Memang benar,
Hati Zack merasa terjentik keras. Ya, pria tersebut pun sebenarnya menyadari hal itu. Nabila justru memperjelas semuanya, dan itu menusuk tepat ke ulu hati sang suami. Zack kemudian menghela napas berat. Pria itu kemudian menuju ke arah lemari besar di sana dan meraih satu set sprei beserta bed cover dari dalamnya. Sementara Nabila, ia melangkah masuk ke kamar Zayn. Sebuah box bayi yang besar berada di sana. Namun, belum beralas. Kamar itu berwarna dasar biru langit dengan berbagai ornamen berbentuk bangun datar dan bangun ruang yang berwarna-warni. Terdapat rak di pinggir salah satu tembok yang berisi pajangan mainan yang banyak. Jujur, di dalam hatinya, Nabila merasa terharu. Zack benar-benar memberikan tempat tinggal yang sangat bagus untuk dirinya dan juga bayi kecil kesayangannya.Akan tetapi, sekali lagi. Di sudut hati terdalam, Nabila belum sepenuhnya bisa menerima Zack dan terutama Veronica untuk tetap berada di dalam lingkup kehidupannya. 'Ah, a
"Hah?" Nabila tertegun. "Tap–tapi, Zack. Kamu bilang, kamu nggak bakalan ambil dia dariku ...," ucapnya terbata-bata. Ia benar-benar takut kalau sampai dipisahkan dari putranya."Kamu tidak akan dipisahkan dari Zayn, tapi suatu saat nanti kamu bakal akan ke Amerika juga bersama dia. Walau bagaimanapun, Zayn itu anakku Nabila. Aku pulang-pergi ke Amerika, tentu dia juga suatu saat akan melakukan hal yang sama. Veronica pun tentu ingin bertemu dengannya," jelas Zack."Nggak ... nggak, Zack. Aku nggak mau lagi ke Amerika. Aku juga nggak mau kalau Veronica bertemu dengan anakku. Lagipula dia akan punya anak sendiri sekarang!" seru Nabila tegas.Zack menghela napas dengan perasaan lelah. "Veronica juga ibu Zayn ...," imbuh pria itu. Ia tahu kalau Nabila-lah ibu kandung Zayn. Akan tetapi, Veronica juga tetaplah istrinya, jadi, wanita itu juga adalah ibu dari putranya."Dia perempuan nggak baik, Zack. Aku nggak mau Zayn dekat dengannya," lirih Nabila. Ia
"Apa?? Apa maksud kamu kalau yang sebelum ini Veronica nggak hamil?" tanya Yasmin dengan sorot mata yang nanar. Ia benar-benar terkejut mendengar penuturan sang besan barusan."Iya, apa maksudnya? Selama ini kami lihat perutnya membesar," bantah Surya seakan tidak percaya dengan apa yang ia dengar.Jennifer menarik napas panjang kemudian mengembuskannya perlahan. Ia berusaha untuk bersikap tenang. "Ya, waktu itu mereka hanya bersandiwara. Veronica memakai perut silikon untuk mengecoh kita semua," jawab wanita paruh baya itu menerangkan kepada dua orang yang duduk di depannya.Yasmin menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tap–tapi kamu tadi bilang mereka gunakan jasa surrogate mother? Siapa dia?" tanya wanita itu penasaran.Surya menatap lekat ke arah Jennifer. Ia juga mempertanyakan hal itu di dalam hatinya."Kamu ingat wanita muda yang berada di rumah mereka waktu itu? Namanya Nabila," imbuh Jennifer, "dia adalah istri kedua Zack," lanjutnya membuka semua rahasia anak dan menantunya setahu
"Ah, iya? Kenapa, Sayang ...?" tanya Zack kepada istri mudanya."Jadi kita cari furniture hari ini?" ulang Nabila lebih menjelaskan maksudnya."Iya, tentu. Kamu siap-siap ya," suruh pria tampan itu."Oke, kalau begitu aku dan Zayn siap-siap dulu." Nabila pun berlalu.Mata Zack melihat ke arah punggung sang istri muda yang kian menjauh. Tanpa sadar sudut-sudut bibirnya tertarik ke atas."Wow ...."Terdengar suara dari arah seberang sana."Ya, Babe?" Zack heran mengapa tiba-tiba Veronica menyebut kata 'wow' di sana."Hebat ya, kamu sudah sayang-sayangan dengan dia."Deg!Zack kontan menepuk dahinya sendiri ketika mendengar sindiran istri pertamanya. Karena tadi dia lupa, tentu saja Veronica mendengar suaranya dari telepon itu dengan jelas, sebab handphone masih berada di pipinya."Ya sudah, sana kamu pergi dengan dia. Jangan lupa, minta jatah yang banyak sebelum kamu ke sini. Karena di sini kamu mesti puasa lamaaa!"Klik! Biiiiib ....!Saluran pun terputus."Mati aku! Veronica cemburu,"