Mulut Alice tiba-tiba dibekap oleh seseorang yang menyelinap di kamarnya, perempuan itu mencoba untuk memberontak tapi sayang sekali tenaganya kalah kuat sehingga Alice hanya bisa menangis. Alice merasakan hembusan napas hangat laki-laki itu menerpa lehernya, tangannya meraba tangan lelaki yang masih membekap mulutnya dan ia bisa mengenali tubuh si lelaki itu yang kini bersentuhan dengan punggungnya."Ini aku, jangan berteriak. Aku akan melepaskan bekapan tanganku tapi aku mohon jangan berteriak," pinta sang lelaki yang diangguki oleh Alice.Pria itu pun perlahan melepaskan bekapan tangannya dari mulut Alice lalu melingkarkan tangannya di dada perempuan cantik yang hanya terbalut jubah mandi, pria itu mengendus leher dan juga tengkuk Alice, menghirup aroma sabun yang memenuhi indra penciumannya."Daniel ... kenapa kamu datang ke sini? Pergilah, aku tidak ingin melihatmu," usir Alice."Aku merindukanmu. Aku sangat-sangat merindukanmu karena itulah aku datang ke sini," ujar Daniel."Tap
Dokter Jennifer Hills menerobos masuk ke dalam kamar Alice saat Daniel masih ada di dalam kamar, Alice tersentak kaget sehingga ia berdiri mematung di depan pintu. Tatapan mata Alice dan Jennifer saling beradu pandang, keduanya sama-sama terdiam."Kamu ... apa terjadi sesuatu? Aku sempat mendengar suara obrolan barusan, kamu sedang mengobrol sama siapa?' tanya Dokter Hills penuh selidik."Ti–tidak ada siapa-siapa di sini. Hanya saja tadi ada kecoa di kolong tempat tidur dan aku mencoba memukulnya dengan alas kaki tapi kecoa itu malah terbang makanya aku ngomel-ngomel sendiri sehingga mungkin terdengar seperti sedang mengobrol dengan orang lain," kilah Alice."Oh, baiklah kalau begitu. Apa kamu sudah makan malam? Kamu harus makan yang banyak agar kandu–""Su–sudah makan, aku sudah makan banyak sekali tadi sampai kekenyangan, iya banyak. Do–dokter pasti lelah, sebaiknya Dokter istirahat di kamar saja,'' potong Alice cepat.Alice sengaja memotong ucapan dokter Jennifer karena ia tahu ap
"Apakah mungkin kalau Alice sedang hamil?" Pertanyaan itulah yang sekarang ini berada di pikiran Daniel dan juga Mark, kecurigaan kakak beradik itu memang sangat beralasan mengingat keanehan-keanehan yang ditunjukkan oleh Alice makanya kakak beradik itu mengambil kesimpulan yang sama. Ataukah mungkin ini hanyalah sebuah harapan terpendam dari Daniel yang sudah sejak dahulu sangat menginginkan seorang ahli waris? "Tapi tidak mungkin, tidak mungkin kalau Alice masih hamil. Mungkin ini hanya kebetulan saja," sangkal Mark. "Tapi bagaimana kalau Alice memang masih mengandung anakku? Hatiku mengatakan kalau anakku masih hidup di dalam rahim Alice," kukuh Daniel. "Itu tidak mungkin, Kak. Apa kak Daniel akan mengatakan kalau Dokter Hills dan semua perawat yang menangani Alice semuanya telah berbohong dengan mengatakan kalau Alice keguguran?!" Mark mencoba untuk tetap berpikir logis. "Entahlah Mark, aku sendiri hampir gila karena kehilangan Alice dan juga calon anakku. Aku tidak bisa berpi
Dokter Jennifer Hills, wanita itu berusaha sekuat tenaga melindungi Alice yang sudah dianggapnya sebagai putri kandungnya sendiri. Wanita itu menembaki musuh yang berada di sekitar pintu belakang untuk memberikan jalan kepada Alice supaya bisa kabur, Dokter Jennifer terus menggandeng tangan Alice dan berhasil menumbangkan 2 musuh dalam beberapa tembakan."Sekarang cepat lari!! Jangan lihat ke belakang," titah Dokter Jennifer."Ikutlah lari bersamaku," pinta Alice."Cepat lari atau aku sendiri yang akan menembakmu," ancam Dokter Jennifer sambil menodongkan pistol ke Alice."Jangan pikirkan aku. Kau harus menjadi kuat untuk bayi yang ada di dalam perutmu," imbuh Dokter Hills.Alice mengangguk sambil menangis, ia terpaksa kabur seorang diri meninggalkan Dokter Jennifer yang masih berusaha melawan musuh sendirian, perempuan itu berlari tak tentu arah sambil terus memegangi perutnya yang sudah membesar. Beberapa kali wanita itu terjatuh ke jalanan karena kakinya tak kuat untuk berlari, n
Alice sudah berhasil ditemukan dalam keadaan selamat meskipun mengalami luka ringan di bagian kaki dan juga wajahnya karena perempuan itu berjalan di jalanan beraspal yang beku tanpa mengenakan alas kaki serta wajahnya yang terkena goresan kaca saat mencoba melarikan diri dari kediaman Dokter Hills, Alice langsung diboyong oleh Daniel ke mansion mewahnya setelah mendapatkan perawatan medis.Daniel merasa sangat lega bercampur bahagia karena selain ia bisa membawa kembali wanita yang sangat ia cintai ke rumah dengan selamat, Daniel ternyata masih menyandang status sebagai calon ayah dan lelaki itu tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan karena telah menyatukannya kembali dengan wanita yang sangat ia cintai dan juga calon anaknya yang masih dikandung oleh Alice.Daniel menggendong Alice dengan sangat hati-hati, lelaki itu membawa wanitanya kembali ke kamarnya. lelaki gagah itu tampak sangat bahagia bahkan tak henti-hentinya menyunggingkan senyuman di bibirnya saat mel
"Aku sangat merindukanmu, Alice. Aku rindu aroma tubuhmu, aku ingin menyentuh tubuhmu dan aku rindu mendengarkan suara desahanmu."Daniel melingkarkan dua tangan kekarnya di pinggang Alice, mengunci tubuh wanitanya dalam pelukannya agar tidak bisa kabur darinya. Rasa rindu Daniel akan sentuhan Alice selalu membayanginya selama beberapa bulan terakhir, Daniel tidak bisa menahan ledakan gairah di dalam dirinya dan malam ini ia bertekad akan menuntaskan semua rasa rindu yang telah bercampur jadi satu dengan gairahnya.Daniel mengendus aroma Lily of the veley dari leher Alice lalu menghembuskan napas di telinga wanita cantik itu. Daniel meraba payudara Alice sambil sesekali meremasnya pelan, sang CEO itu mencium bibir Alice dan melumatnya liar, menikmati manisnya bibir Alice yang selalu membuatnya mabuk kepayang.."Kamu ganti parfum ... aku lebih suka aroma tubuhmu yang dulu, segar seperti aroma bayi," ucap Daniel ssambil terus menciumi kulit leher Alice yang lembut."Da--Daniel, a--aku t
Mobil Alan atau lebih tepatnya Jonathan Miller sedang tersangkut di bibir tebing sedangkan Alice masih berada di dalamnya, perempuan itu tampak sangat ketakutan dan tubuhnya juga gemetaran. Peluh Alice membanjiri tubuhnya meski sekarang ini suhu di luar sedang dingin-dinginnya, perempuan itu duduk mematung di kursi penumpang belakang sambil terus memegangi perutnya, wajahnya yang putih kini tampak pucat pasi saat melihat ke arah depan mobil yang sudah tak lagi berpijak di tanah. Membayangkan mati terjatuh dari jurang sedalam belasan atau mungkin puluhan meter yang di bawahnya hanya ada batu-batuan besar sudah membuat bulu kuduk berdiri dengan liar. Bayangan malaikat maut dengan lambaian pedang bak algojo yang siap mengeksekusi nyawa sudah tampak di depan, mata Alice, tapi perempuan itu berusaha untuk melawan rasa takutnya saat melihat bayangan wajah Daniel yang tertawa bahagia saat menggendong bayinya. "Aku harus kuat demi bayiku dan demi Daniel," lirih Alice dengan deraian air mata
Alice lagi-lagi harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami pendarahan akibat benturan di perutnya, dokter spesialis kandungan berjalan cepat memasuki ruang UGD untuk memeriksa keadaan Alice. Daniel menunggu di luar sambil berjalan mondar-mandir dengan wajah kusut, baru saja ia bisa merasakan kebahagiaan setelah berkumpul bersama Alice tapi musuh-musuhnya selalu saja datang mengacau kebahagiannya. 45 menit menunggu akhirnya dokter keluar menemui Daniel, Mark juga ikut mendekat tapi pria itu hanya diam tak berkata apa-apa karena ia sendiri juga terlihat tegang. "Dokter, bagaimana keadaan Alice dan bayiku? Mereka berdua baik-baik saja, 'kan? Tolong katakan kepadaku kalau mereka berdua baik-baik saja, aku tidak mau kehilangan bayi yang dikandung Alice." Daniel memberondong sang dokter dengan banyak pertanyaan berharap akan mendapatkan jawaban dari semua pertanyaannya. "Nyonya Alice dan bayinya baik-baik saja, untung saja benturan itu tidak berakibat fatal pada kandungan nyonya Ali