Hana menggunakan kebaya dengan payet sederhana. Warnanya lembut selembut kulitnya. Rambutnya disanggul tinggi, memperlihatkan lehernya yang jenjang.
Para undangan sudah banyak yang hadir. Hana gugup. Dia belum pernah merasa gugup seperti sekarang. Hari ini dia akan menikah dengan Romeo.Ada semburat senyum yang sangat tipis yang sejak beberapa jam lalu tidak bisa terhapus pada wajahnya.
Dia bahagia. Sangat bahagia.
Akhirnya Romeo benar-benar menepati janjinya untuk menikahi Hana.Hampir empat jam berlangsung setelah mereka mengucapkan ijab kabul. Kini keduanya berada di dalam kamar pengantin."Saya ganti baju dulu." Perkataan Hana terlalu terburu-buru, membuat wajah dan jantungnya berjalan tidak seirama. Wajahnya terlihat sangat kaku, sementara jantungnya berdegup sangat kencang.Romeo memandang Hana dari tempatnya berada dengan pandangan mata menggelap. Membuat Hana semakin tidak nyaman berada dalam satu kamar yaTubuh Hana gemetar. Sorot mata Romeo menatap Hana lekat disela cumbuannya. Hana merasakan tatapan menusuk yang dilayangkan Romeo padanya. Dia kecewa. Romeo bernafsu padanya, tetapi hati lelaki itu bukan untuk Hana. Hati lelaki itu jatuh pada wanita yang sudah memiliki suami.Apakah begitu sulit melupakan seseorang yang sudah memiliki pasangan?Mengapa terus mengharapkan wanita yang jelas-jelas telah memilih laki-laki lain?Tanpa sadar Hana menutup mulutnya. Pikirannya dipenuhi oleh perasaan kecewanya.Namun Romeo sudah tidak bisa menahan hasratnya yang sedari tadi ditahan oleh lelaki itu. Gairahnya sudah membuncah. Entah mengapa menghadapi bibir penuh milik Hana membuat nafsu Romeo meledak-ledak."Kamu sedang bermain susah untuk didapat, ya?" tanya Romeo dengan suara serak, dia mendongakkan kepalanya, dan sedikit memberi jarak antara dirinya dengan Hana. Kemudian dilihatnya dengan matanya bibir Hana yang basah dan l
Dengan angkuh, lelaki itu bangun, matanya menatap tajam nakas yang tak jauh dari tempatnya. Bunyi ponsel datang dari sana."Kamu tunggu sebentar," ujar Romeo suaranya masih serak, namun setiap kata yang keluar dari mulutnya seakan tidak memiliki jiwa di dalamnya. Begitu dingin dan menusuk."Halo," ucap Romeo dengan suara tinggi kepada seseorang yang sedang ditelepon.Dari tempatnya berbaring, Hana bisa mendengar suara Susi membalas sapaan Romeo, "Romeo, apa kalian berdua sudah makan?"Romeo meraup mukanya dengan telapak tangannya. Wajah lelaki itu seketika berubah menjadi sukar ditebak. Dia segera berjalan mengambil pakaiannya yang semula ditanggalkan.Hati Hana hancur ketika melihat Romeo memutuskan untuk tidak melanjutkan apa yang sudah mereka mulai."Tunggu, saya tanya dulu ke Hana." Romeo menolehkan kepalanya ke tubuh polos sang istri, namun Hana sudah menarik selimutnya hingga menutupi bagian dadanya. Mata Romeo menggel
Debaran jantung Hana jauh lebih tenang sekarang, setelah hampir satu jam lamanya Romeo keluar dari kamar mereka.Namun kemudian ketika genap seratus kali Hana melirik terus-menerus ke arah pintu, Hana mendapati kekecewaan menyergap dirinya.Ke mana Romeo? Mengapa dia belum kembali juga? Apa lelaki itu bersungguh-sungguh saat mengatakan "Kita harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai sebelumnya"?Hana memukul pahanya merasa telah mengkhianati dirinya sendiri karena telah mendamba lelaki yang tidak menganggapnya sebagai perempuan, bahkan ketika lelaki itu sedang melumat liar bibir Hana, entah siapa yang ada di dalam pikiran lelaki itu!Hati Hana pedih sekali. Dia merasa amat kecewa.Tetapi, mengapa Romeo belum datang juga? Hana gelisah.Karenanya Hana bangun dari tempat tidur, dia mengganti baju, dan mengambil sweater yang tersampir pada gantungan baju di lemari.Saat dia membuka pintu kamar, dia tidak yakin ke mana Romeo pergi
Menjijikkan sekali!Hana menatap kedua orang itu dengan pandangan mata tidak suka."Maaf."Maaf? Romeo meminta maaf pada Susi karena telah menikahi Hana? Pikiran Hana berkecamuk tidak nyaman.Terdengar isak tangis Susi setelah itu, dan hal ini membuat wajah Hana terbakar karena amarah."Kamu pernah berjanji nggak akan pernah menikah," tuntut Susi.Hana meremas-remas tangannya, dia bahkan menancapkan kukunya di kulit telapak tangannya.Mengapa Romeo menjanjikan hal seperti itu pada Susi? Hana meneguk ludahnya yang sudah terasa pahit.Romeo menarik kembali tangannya. Dia memberi jarak antara dirinya dengan Susi, lelaki itu tidak berani menatap wanita di depannya. "Ada hal-hal yang nggak bisa saya cegah."Lutut Hana terasa lemas.Cinta Romeo memang hanya untuk Susi!"Keluarga kamu nggak menghendaki pernikahan kita," ujar Susi sembari terisak."Saya minta kamu bersabar, saya sedang merayu orang
"B*jingan kamu!"Hana mengenali jenis suara ini, suara penuh amarah yang dimiliki kakaknya. Hana menjerit dan segera berlari. "Kak Rangga, berhenti!" Mulutnya terbuka lebar, "Pak Romeo!" bagaimanapun Romeo adalah suaminya sekarang.Kakaknya hanya beberapa meter saja jaraknya dari Susi dan Romeo, dan kini semakin mempersempit jaraknya, dia menerjang Romeo sembari melemparkan kata-kata makian."Berhenti, Kak Rangga!" Hana tidak rela saat tubuh Rangga menghantam tubuh Romeo dengan begitu kuat hingga keduanya terjungkal ke tanah."SAYA HABISI KAMU SEKARANG JUGA! BERENGSEK KAMU! SUDAH MENGHAMILI ADIK SAYA, SEKARANG MAU MEREBUT ISTRI SAYA!" Rangga seperti orang kesurupan, dia menghajar Romeo tanpa memedulikan sekitarnya.Susi membuka mulutnya lebar, dia bergerak mundur ke belakang dengan langkah kaku. Matanya membelalak lebar sementara tangannya yang satu menutup mulutnya tidak percaya."Kak Rangga! Berhenti!" Hana sudah berada di antara Rangga da
Rangga menyeringai. "Dia pantas mendapatkannya, Han!" Napas Rangga memburu. Matanya berkobar-kobar menyiratkan kebencian pada Romeo."Berdiri cepat! Lawan saya!" pekik Rangga, amarah belum padam sepenuhnya dari Rangga. "Kamu juga mau menikahi Susi, kan!" tuduhnya lagi.Hana berteriak, "Jangan gila, Kak! Pak Romeo sudah menikah sama saya. Untuk apa dia mau menikahi Kak Susi!" Suara Hana terdengar nyaring dan bergetar, siapa pun yang ada di sana, tahu bahwa Hana sedang berbohong. "Sekali lagi Kakak memukul Pak Romeo, saya akan benci Kakak seumur hidup!"Sayangnya Rangga mengabaikan permintaan Hana, tangannya segera menyingkirkan tubuh adiknya sendiri dengan kasar. "Tinju ini buat niat kamu yang akan menghancurkan rumah tangga saya.""Saya nggak berniat menghancurkan rumah tangga kamu." Pembelaan diri Romeo membuat hati Susi hancur. Wajah wanita itu diliputi kekecewaan saat mendengar sendiri bahwa Romeo memang telah berubah. Lelaki itu bukan Romeo yang dulu, Romeo yang pern
Satu minggu yang penuh dengan ketegangan antara Romeo dan Hana segera berlalu.Lebih baik untuk tidak berdekatan dengan Romeo berjarak beberapa meter dengan lelaki itu saja sudah membuat Hana muak dan jengkelnya bukan main.Karenanya sebisa mungkin Hana memilih untuk tidak berurusan dengan Romeo.Lelaki itu tidak bisa menjaga hatinya! Dia menggoda wanita lain tepat di depan Hana!Terburu-buru ke kantor dan tidak sempat sarapan, Hana pergi ke kantin yang terletak di lantai paling bawah gedung. Tidak banyak yang pergi kesana pagi itu hanya segelintir saja dan pagi itu sangat sepi.Hana memakan sarapannya dengan cepat tidak seperti biasanya yang harus berlama-lama karena bertemu dengan kenalan yang ia jumpai di kantin."Kabarnya dia akan dipindah jadi sekretaris Pak Elang?" Suara perempuan mendominasi toilet perempuan yang tak jauh dari kantin. "Dia benar-benar j*lang yang nggak tahu malu!"Hana menghentikan langkah
"Yang gantikan saya sebagai sekretaris Bapak, namanya Santi?" tanya Hana tanpa memperhitungkan bahwa mereka sebelumnya masih saling tidak bicara.Ada senyum tipis yang menghiasi wajah Romeo ketika Hana masuk ke dalam ruangannya. Dia berjalan perlahan menuju Hana yang berdiri dekat pintu masuk, menatap mata wanita itu lekat.Merasakan tatapan intens yang dilemparkan Romeo padanya, membuat tubuh Hana tidak nyaman. Dengan gelisah, Hana bersedekap, sementara wajahnya bergerak ke kiri dan kanan, dan tanpa sadar dia mengetukkan sepatunya ke lantai."Gugup?" tanya Romeo ketika jaraknya sudah dekat dengan Hana.Hana tersenyum sinis, dia menghentikan ketukan di sepatunya, dan mendengus kesal. "Buat apa gugup?" tanyanya dengan suara kesal, "jawab saja. Yang gantikan saya namanya Santi?" Dia pasti sangat cantik, pikir Hana dengan kesal."Kejutan.""Kejutan apa?" Hana terdengar tersinggung."Kejutan buat saya ... ternyata kamu mencari tau siapa pengganti