Aku sudah akan terlelap nyaman di ranjang milikku ketika dering ponselku berbunyi yang otomatis mengusik tidurku. Dengan malas aku bangkit dari rebahanku dan mengambil ponselku yang tergeletak di atas nakas.
"Hasan?" gumamku tak percaya.
Untuk apa bajingan ini menelponku lagi? batinku tak habis pikir dengan jalan pikirannya.
Dengan segera aku mengangkat panggilan telepon Hasan meskipun aku sangat malas sekali untuk menjawab panggilan telepon darinya.
"Darimana saja kau sampai baru mengangkat panggilan teleponku?!" tanyanya dengan nada suara yang sangat kasar dan nyaris berteriak, menyakiti gendang telingaku.
Tak ada sapaan hangat semisal hallo, selamat malam, atau apalah itu. Astaga! Kenapa aku sangat berharap akan hal itu. omelku dalam hari merutuki sikapku yang terlalu manja mengharapkan keinganan seperti itu.
"Kenapa kau diam? Jawab!" Hasan kembali
Aku terpaku dengan mata yang masih mendelik sempurna, tubuhku menegang kaku saat mendengar kata demi kata ancaman dari Hasan. Sungguh, terdengar sangat mengerikan."Sialan kau! Beraninya kau mengadu pada kedua pria tua itu tentang sifatku yang satu ini. Kau sengaja melakukannya agar aku terlihat jelek dimata keluarga, heh!"kata Hasan di seberang telepon.Dia tidak mabuk. seruan batinku merasa telah ia tipu."Ayesha, apa kau sudah berani melawanku, heh?! Jika kau tidak ingin terjadi sesuatu hal yang tidak-tidak, termasuk pada Bapakmu, maka cepatlah kau bawa mereka berdua pergi dari sini. Dan datanglah kepadaku, cepat! Aku menunggumu.Tutttt.Hasan mematikan sambungan telepon sepihak sebelum aku sempat bicara. Entah kenapa suaraku menjadi tercekat tanpa mampu melawannya, terlihat ayah Nando dan bapak kompak melihat dengan pandang bingung ke arahku."Ayesha,
Aku tersentak kaget begitu merasakan seseorang mencekal dan menarik tanganku dengan cepat tanpa bisa ku cegah, dan tanpa bisa aku melihat siapa pelaku sebenarnya yang melakukan tindakan ini.Jalanku terseok-seok mengikuti setiap gerakan langkah kaki pria itu yang berjalan sangat cepat. Jika dilihat dari gestur tubuh belakangnya aku seperti mengenali pria ini. Punggung kokoh yang sudah tak asing lagi untukku."Hasan, lepaskan aku!" kataku meronta berusaha melepaskan cekalan tangannya yang begitu kuat.Hasan seakan tuli, bukannya menuruti keinginanku dia malah semakin mempercepat langkahnya dan membawaku ke halaman belakang rumahnya. Astaga! Apa yang ingin dia lakukan?Hasan menyentakkan cekalan tangannya, berganti memegang kedua bahuku yang kemudian menyudutkanku di dinding tembok halaman belakang dengan cukup kuat hingga membuatku sedikit meringis merasakan kesakitan pad
Ayesha menatap malu-malu pada sosok pria tampan yang duduk saling berhadapan dengannya. Barusan saja keluarga besar Raswandi sampai dan disambut dengan baik oleh keluarga Wicaksana.Begitu pula dengan Adnan Raswandi, pria itu menatap penuh kagum pada sosok Ayesha yang sangat cantik. Ditambah malam ini penampilannya begitu luar biasa hingga semakin menambah aura kecantikannya.Setelah acara perkenalan putra dan putri mereka, tiba-tiba saja Adnan meminta izin waktu sebentar untuk mengobrol berdua dengan Ayesha. Sontak semua mata menatap ke arah Ayesha seolah meminta persetujuan dari kesediaan wanita itu. Ayesha tersenyum menganggukkan kepalanya masih dengan raut wajah malunya.Ayesha dan Adnan memilih mengobrol berdua di halaman teras depan rumah keluarga Wicaksana. Mereka berdua duduk di kursi yang memang sudah di sediakan, disana juga sudah tersedia dua gelas orange jus dan juga beberapa cemilan.Adnan melirik
Ayesha mengucap syukur dan merasa lega ketika Hasan pada akhirnya meminum kopi hitam panas buatannya serta memujinya enak. Ayesha pikir tadi bakalan ada tragedi mengerikan berikutnya. Nyatanya tidak, dan ia sangat senang sekali."Terima kasih," ucap Ayesha tersenyum manis pada Hasan yang justru menatapnya dengan pandangan bingung."Uhm, saya pikir Bapak tidak akan menyukai kopi buatan saya dan malah akan melemparkannya seperti tadi." sambung Ayesha yang terlalu begitu jujur.Setelah menyesap kopinya beberapa kali yang langsung memberikan efek pada perutnya yang menjadi hangat, Hasan meletakkan kembali gelas kopinya ke meja."Kalau begitu, saya permisi pamit keluar Pak.""Siapa yang menyuruh kamu untuk keluar?" tanya Hasan sukses membuat Ayesha tercengang kaget."Tapi, bukannya tugas saya sudah selesai Pak?"
Hasan terbangun dengan tubuh dan kepalanya yang terasa sangat sakit. Punggung yang terasa begitu pegal akibat terlalu lama tidur dalam posisi duduk membungkuk, dan kepala yang bersandar ke meja menghadap arah kiri terlalu lama.Jelas ini namanya Hasan salah tidur, pantas paginya ia mendapati seluruh tubuhnya tak nyaman. Hasan bangkit berdiri dan mencoba untuk menggerakkan badannya guna merilekskan seluruh otot-otot tubuhnya.Dan hasilnya lumayan, Hasan sudah tak terlalu merasakan pegal yang terlalu seperti tadi. Hasan kembali duduk dan mencoba membuka berkas-berkas yang belum selesai ia kerjakan. Namun sebelum itu terjadi Hasan mencium bau tak sedap yang menguar dari tubuhnya. Hasan pun mencoba mengendus-endus tubuhnya dan benar saja jika tubuhnya yang ternyata bau asem.Hasan malas sekali untuk mandi ataupun sekadar berganti pakaian, hingga pada akhirnya ia memutuskan jalan pintas saja yaitu menyemprotkan parfum favoritnya k
"Kenapa kamu tidak mengangkat panggilan teleponku ataupun membalas pesan dariku?" tanya Adnan menatap lekat Ayesha yang sejak tadi malah terus menundukkan kepalanya.Siang hari ini mereka berdua tengah berada di cafe, sejak malam dimana Adnan mengantarkan Ayesha pulang yang berakhir kesalah pahaman akibat dari sudut pandang Ayesha mengenai perbedaan status derajat mereka berdua. Sejak itulah Ayesha tak mau mengangkat panggilan telepon Adnan maupun membalas setiap pesan yang Adnan kirimkan. Hingga hari libur ini Adnan memberanikan diri untuk langsung mendatangi rumah Ayesha, Adnan butuh bicara dengan wanita itu sebab ia merasa tak tahan jika Ayesha tak mengacuhkan dirinya.Tentu saja kehadiran Adnan ke rumah Ayesha di sambut baik dan hangat oleh bapak Ridwan. Tak mungkin bagi Ayesha untuk menolak bertemu dengan Adnan.Adnan sendiri yang merasa mendapatkan respon positif dan baik dari bapaknya Ayesha, mengambil kesempatan ini u
Ayesha merasa bahagia setelah mendengar kabar Davira yang kembali pulang ke rumah, tentu hal itu menjadi kabar yang membahagiakan untuk seluruh keluarga.Senyuman tak pernah luntur menghiasi wajah cantiknya yang alami tanpa polesan riasan sedikitpun. Ayesha jarang memakai riasan terkecuali jika ada acara-acara keluarga penting saja yang harus membuatnya tampak lebih cantik dan berbeda dari biasanya."Kapan kita akan mengunjungi kediaman keluarga Atmadja?" tanya pak Ridwan menatap Ayehsa yang masih tersenyum,"Bapak ingin kesana?""Tentu saja, ini kabar bahagia nak."Ayehsa mengangguk setuju, "Bapak saja yang kesana.""Kamu tidak ikut, nak?"Ayesha menggeleng. "Tidak Pak.""Kenapa kamu tidak mau ikut? Apa alasannya?""Davira, gadis itu tidak menyukaiku Pa
Sepasang manik mata hitam itu menatap lurus ke depan dengan tatapan hampa, tubuhnya terasa kaku seolah mati rasa setelah beberapa menit yang lalu mendengar pengakuan putrinya.Ayesha sendiri terisak pelan setelah ia berhasil mengungkapkan rahasia buruknya yang selama ini ia simpan rapih. Tapi, tak di pungkiri jika Ayesha merasa lega setelahnya. Dan hal ini juga Ayesha pastikan akan menjadi akhir dari segala keburukan yang pernah ia alami, menjadi akhir dari segala hubungan tak sehat antara ia dan Hasan."Sudah berapa lama?" tanya Ridwan tiba-tiba mengaggeti Ayesha."A-apanya?""Hubungan gila yang terjalin antara kamu dan Hasan?" Ridwan lebih memperjelaskan pertanyaannya. "Jawab dengan jujur!"Ayesha menggigit bibirnya seraya menundukkan kepalanya, "kurang lebih dari dua tahun yang lalu." jawab Ayesha lirih.Ridwan memejamkan matanya sembari terisak, hatinya begitu sakit da