"Kamu harus tenang! Mama akan bantu dan temenin kamu," ucap Mama Maia sambil memegang tangan kanan putri kesayangannya agar tidak panik dan juga degdegan.
Maura menatap wajah Mama Maia. "Iya Mah," sahut Maura pelan sambil menganggukkan kepalanya.
Mereka berdua akhirnya melangkahkan kakinya untuk menemui polisi di ruang tamunya.
Pada saat bertemu dengan polisi itu Mama Maia dan juga Maura terlihat berusaha mencoba untuk tenang dan tidak gugup agar para polisi tidak mencurigai Maura.
Maura juga berusaha dengan keras untuk membuat polisi itu tidak mencurigai jika ia-lah sebenarnya orang yang telah menusuk Erik menggunakan gunting hingga meninggal. "Gue harus tenang supaya para polisi itu tidak mencurigai gue," batin Maura dalam hatinya sambil tersenyum tipis ke arah para polisi itu untuk mengurangi rasa gugupnya.
Mama Maia dan Maura pun langsung duduk didepan para poli
Hari ini Mama Maia dan juga Maura sedang berdiskusi untuk melancarkan semua rencana mereka. "Mah gimana jangan sampai Papah tahu kalau aku yang udah nusuk Erik," bisik Maura pada Mama yang tengah duduk diatas tempat tidurnya."Iya sayang kamu tenang aja," sahut Mama Maia yang terus berusaha untuk menenangkan hati putri kesayangannya."Gimana selanjutnya Ma?" tanya Maura sambil mengerutkan keningnya."Kamu enggak usah khawatir! Kata Papah kan ada dua orang warga yang menjadi saksi atas penusukan Erik, nah kita kasih duit aja tuh dua orang itu pasti dia akan menuruti apa yang kita mau untuk memojokkan si Savana," ucap Mama Maia sambil menatap wajah Maura.Maura mengerutkan keningnya. "Tapi kalau mereka enggak mau gimana Mah? Aku takut! Aku enggak mau masuk penjara!" lirih Maura sambil menatap wajah Mama Maia yang terlihat sedang bingung."Kamu tenang Maura! Kamu juga harus berpikir
Sementara itu sekarang Aksa sedang berada diperjalanan untuk segera pulang karena ia sangat kaget ketika diberitahu jika Savana dituduh terlibat dalam kasus penusukan Erik. Aksa dalam hatinya tidak pernah mempercayai jika istrinya tega melakukan hal seperti itu apalagi jika harus sampai menghabisi nyawa manusia. "Savana enggak mungkin seperti itu," batin Aksa dalam hatinya.Aksa menyederkan kepalanya pada kursi mobil, sesekali ia menatap kearah orang yang tengah menyopiri dirinya, ada pertanyaan yang begitu besar dalam diri Aksa tentang Savana yang bertemu dengan Erik di rumahnya. "Katanya Erik tertusuk saat sedang menemui Savana di rumah," batin Aksa dalam hatinya.Aksa begitu bingung dan sedih ketika mendengar kabar jika istrinya menjadi tahanan sementara kasus penusukan Erik. "Aku bener - bener enggak percaya Savana melakukan itu," batin Aksa dalam hatinya.Seharusnya Aksa pulang besok tapi karena ia dit
Maura baru saja selesai menjalani pemeriksaan, dirinya merasa lega karena Mama Maia rela dimarahi oleh polisi karena terlalu ikut campur menjawab pertanyaan polisi yang diberikan kepada Maura, Maura merasa tenang karena ia tidak dicurigai oleh polisi. "Akhirnya gue bisa sedikit lebih tenang," batin Maura dalam hatinya sambil tersenyum jahat.Hal yang sama dirasakan juga oleh Mama Maia, ia merasa lega karena prosesnya lancar meski dirinya rela dibentak oleh polisi karena terlalu ikut campur tentang permasalahan yang dialami oleh Maura. "Semoga kamu terus bahagia sayang, selama ada Mama kamu akan selalu tenang dan aman sayang," batin Mama Maia dalam hatinya sambil melirik kearah Maura yang tengah duduk disampingnya.Sekarang mereka sedang berada didalam mobil dan berencana untuk menemui dua warga tadi untuk memberikannya uang agar orang - orang itu mau memojokkan Savana didepan polisi dan pengadilan nanti. "Sayang berarti kita sekarang k
Akhirnya setelah mengetuk pintu beberapa kali, orang yang mereka cari akhirnya keluar. Orang itu langsung menatap kearah wajah Mama Maia dan juga Maura. "Maaf ada keperluan apa ya?" tanya orang itu yang diduga adalah Dito.Mama Maia dan Maura langsung tersenyum manis menatapnya. "Apakah ini benar dengan Pak Dito?" tanya Mama Maia dengan nada ragu.Laki - laki paruh baya itu menganggukkan kepalanya. "Iya benar saya sendiri," ucap laki - laki itu sambil menatap mata Mama Maia."Ada apa ya?" tanya laki - laki itu ketika Mama Maia dan Maura mencari nama dirinya."Hmmm ... K-kami mau mengajak Bapak untuk bekerja sama," ucap Mama Maia dengan gugup."Kerja sama? Kerja sama apa?" tanya laki - laki itu dengan keheranan."Jadi kami minta Bapak untuk memojokkan dan mengkambing hitamkan Savana agar ia yang menjadi tersangka kasus penusukan Erik," bisik Mama Maia pada laki - laki itu."Memojokkan?" tanya laki - laki itu, ia tampak heran dengan apa
Sementara itu Xabiru sedang gencar - gencarnya menyuruh Agri yaitu asisten pribadinya untuk menelusuri kehidupan pribadi Savana yang menjadi tahanan sementara kasus penusukan Erik. "Gue enggak akan bisa melepaskan siapapun itu dari siksaan gue! Gue enggak akan mungkin membiarkan orang yang telah membuat adik gue meninggal hidup bahagia dan juga tenang," batin Xabiru dalam hatinya.Sekarang Xabiru dan Agri sedang duduk berdua di teras rumah bak istana mewah milik Xabiru, ia masih belum bisa melepaskan adiknya, Erik. Begitu juga dengan Mama Yunita yang terus menangis terisak dan terus mengurung diri dikamar karena masih belum menerima kepergian sang putra tercintanya.Xabiru juga terlihat sangat merasa kasihan dengan kondisi Mama Yunita yang terus - menerus memanggil nama Erik padahal Erik sudah pergi untuk selama - lamanya dan tidak akan pernah kembali lagi, namun Mama Yunita terus berprilaku seolah - olah Erik masih hidup.
Sementara itu sekarang Aksa tinggal di rumah orang tuanya kembali karena rumahnya sudah tidak bisa ditempati lagi. Hatinya begitu hancur ketika dirinya diberitahukan oleh polisi jika ada bunga ketika Erik terbunuh dirumahnya, polisi mengatakan jika bunga itu milik diduga milik Erik yang akan diberikan kepada Savana."Apa yang telah kamu lakukan selama aku berada di luar kota Savana?" batin Aksa sambil menatap wajah istrinya pada foto di handphone yang ia pegang.Aksa sedang berada di kamarnya, pikirannya merasa kacau dan tidak karuan, ia merasa jika rumah tangganya kali ini tidak akan berjalan dengan lama, namun ia akan terus berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankan hubungannya bersama dengan Savana, istrinya.Saat ia bertemu dengan Savana di kantor polisi, Aksa merasa sangat kasihan dengan kondisi sang istri, namun ia begitu merasa kecewa dengan apa yang telah terjadi, Aksa terus memikirkan bagaimana bisa Erik datan
Sementara itu Mama Maia terlihat sangat gelisah dan juga bingung karena ia harus mencari uang dan juga beberapa perhiasan untuk membayar orang yang akan membuat Savana menjadi tersangka di penjara."Bagaimana aku harus mencari semua itu," batin Mama Maia dalam hatinya."Bagaimana jika aku tidak bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Bahkan sekarang saja tabunganku belum mencukupi uang yang diminta oleh orang itu!" Mama Maia malam ini benar - benar tidak bisa tertidur karena ia harus memikirkan bagaimana caranya ia mendapatkan uang yang diminta oleh Pak Dito."Pastinya aku enggak mau melihat anak aku menderita! Aku enggak mau Maura tersiksa di penjara! Aku enggak tega. Aku akan terus berusaha untuk mencari uang itu supaya Maura tetap dalam posisi aman." gumam Mama Maia sambil mengerutkan keningnya.Mama Maia memang akan selalu melindungi Maura karena ia sangat mencintai anak yang selama ini selalu dicint
Diwaktu yang sama yakni pukul 23.30.Maura juga terlihat masih mondar - mandir didalam kamarnya karena ia susah untuk tertidur. Ia terus mencari cara bagaimana ia bisa merebut Aksa kembali dari Savana."Sudah malam seperti ini tapi rasanya gue belum mengantuk juga," gumam Maura sambil mengerutkan keningnya."Kira - kira Mama dapat uang lima ratus juta itu dari mana? Perhiasan? Atau mungkin tabungan? Aku rasa kalaupun Mama menjual perhiasannya dan juga mengambil tabungan miliknya itu semua akan tetap kurang dengan uang yang diminta oleh si Dito laki - laki tua yang kurang ajar itu," gerutu Maura dengan nada yang sangat kesal."Seharusnya aku harus membantu Mama untuk mencari uang sebanyak itu, aku harus bisa mendapatkan uang itu agar aku tidak dipenjara dan bisa terbebas dari kecurigaan polisi jika aku terlibat dalam kasus penusukan Erik." Maura membatin sambil mengerutkan keningnya.Maura langsung duduk diatas tempat tidur mewah milik dirinya sambil me