Story Wa Istriku bag 15.
❤️❤️PoV Naya
Wajah Mas Syahdan ditekuk saat aku menyuruhnya untuk bangun buat sholat subuh berjamaah di masjid, seumur-umur aku dan dia jarang sekali melakukan itu. Saat-saat tertentu saja jika mendesak seperti ada rapat penting yayasan dimana kami diminta hadir.
Namun, untuk sholat subuh jarang sekali karena rumah kami dan Ummi tidak sama. Aku dan Mas Syahdan menempati rumah sendiri hasil warisan mertuaku.
"Ayo kita berangkat, Mas." ucapku, dia mendengkus padaku.
"Yey, Abi pergi sholat bareng lagi." kata Ahmad.
Bocah lelakiku itu sudah biasa ke masjid denganku. Tentunya tanpa Mas Syahdan. Aku tersenyum tipis mengapa tidak dari dulu saja ku tatar dirinya seperti ini.
Walau hanya punya kesempatan tiga bulan, aku ikhlas jika akhirnya kami berpisah kalau takdir Allah berkata seperti itu. Namun, aku akan berusaha dulu, sampai dimana batas aku bersabar untuk membuat nya menjadi suami yang baik. Yang tidak lal
Story Wa Istriku bag 16.**PoV Naya.Aku dan Mas Syahdan bergegas ke rumah sakit. Dengan langkah tergesa dan hati yang gusar. Mas Syahdan menerangkan kalau kondisi Abinya naik level menjadi very high risk.Sampai di sana sudah begitu ramai. Ummi langsung memeluk Mas Syahdan dan menangis sesenggukan di sana."Ummi udah gak sanggup lagi, Syahdan. Ummi lelah," ucap wanita paruh baya itu. Mas Syahdan menghembuskan napas perlahan merasa miris dengan kondisi Ummi."Sabar ya, Mi. Ini cobaan Allah. Syahdan juga sedih namun kita harus banyak-banyak berdoa. Kalau Allah berkehendak Abi pasti sembuh," ujar Mas Syahdan menenangkan Ummi-nya."Ummi sebaiknya istirahat saja dulu, Ummi pasti lelah," kata Mas Syahdan memegang perlahan bahu Ummi-nya."Ummi lelah tetapi khawatir pada Abi," kata Ummi sambil mengelap butiran bening dari netranya."Dimana Syahnur, Mi?" tanya Mas Syahdan lagi."Dia lagi keluar sebentar membeli makanan,"
Story Wa Istriku bag 17.**PoV NayaAbi tanpa ragu memeluk pria itu seakan mereka sudah saling kenal tetapi banyak yang belum mengenalnya termasuk Mas Syahdan. Dahinya terlihat berkerut."Fikri," sahut Abi sumringah.Walau dia menahan sakit namun dia terlihat bahagia bertemu lelaki bernama Fikri itu. Netranya teralih padaku, dia mengamati sesaat dan berkata."Ukhty."Aku juga tak sangka bisa bertemu dengan nya lagi."Siapa Abi? Nay kamu kenal?" tanya Mas Syahdan bingung."Fikri ini anak sahabat Abi. Dia hapal beberapa juz Al Qur'an. Ayah Fikri ulama yang tersembunyi, namun Abi bersikeras agar Fikri bekerja di yayasan supaya ilmu nya bisa bermanfaat di yayasan full days school kita," ujar Abi menimpali."Nama Ahmad anak kamu Syahdan, Abi ambil sebagian dari nama Fikri berharap Ahmad cucuku bisa seperti Fikri," kata Abi menepuk lagi bahu lelaki itu."Apa maksud Abi?" tanya Mas Syahdan bingung."Nama Fikri
Story Wa Istriku bag 18.**POV Syahdan."Vika!" Suaraku mirip seperti gumaman. Kulihat dia bersama seorang pria yang ku taksir usianya masih muda. Apakah itu kekasih barunya?"Mas Syahdan ...."Vika tercenung tak sangka aku ada memergokinya. Dia secara cepat melepaskan tangannya yang dari tadi nyaman berada di lengan pria itu.Naya istriku hanya mencibir dan meremehkan Vika, wanita yang ku akui kalau aku mencintainya."Oh, pacar baru kamu!" kataku ketus padanya. Vika langsung menggeleng cepat."Bukanlah ... Dia .... Sepupu jauh aku. Ya kan!" kilah Vika memerintah agar pria itu meng-iyakan perkataannya."Tapi aku kan ...."Vika langsung mencubit halus perut pria itu dan dia meringis."Mas, aku gak selingkuh dan dia hanya saudara jauh aja. Kamu ngapain di sini?"Vika berkata ketus sekaligus menatap Naya."Buat apa kamu jelaskan, toh gak ada hubungannya sama kami. Dia menemani aku istrinya d sini. P
Story Wa Istriku bag 19.**POV SyahdanAku bingung bagaimana menyampaikan pada Naya kalau Vika kecelakaan. Apakah dia gawat atau bagaimana?Setahuku keluarga Vika tidak ada di kota ini. Mereka berada di luar kota dan Vika sendiri di sini itulah sebabnya Vika bisa kemanapun sesuka hati karena orang tua Vika tidak terlalu mengekang dia.Setelah mobil kami sampai, Naya turun. Dia langsung disambut anakku, Ahmad."Ummi sudah pulang, hore," katanya sumringah. Naya memberikan bungkusan es krim buat anakku dan dia langsung menyambarnya. Aku turun dari mobil dan langsung kupeluk dia."Sama Abi gak rindu, cuma dengan Ummi saja rindunya.""Abi jarang main sama Ahmad. Sering sibuk," katanya dengan cibiran."Oke, Abi minta maaf. Yuk makan dulu es krim nya ntar Abi nyusul," kataku. Dia mengangguk dan berlari kedalam."Ayo masuk, Mas," kata Naya menarik ku, aku masih betah berdiri."Nay, maaf aku mau pergi sebentar. Temanku
Story Wa Istriku bag 20.**PoV Syahdan.Aku menghembuskan napas berkali-kali, merutuki diri yang tak bisa menahan cemburu. Ada apa dengan diriku, mengapa rasa ini datang secara tiba-tiba. Aku hanya baru dekat dengan Naya namun jantung rasanya seperti berulah didekatnya dan marah kalau ada lelaki yang mendekatinya.Padahal aku dulu sama sekali gak peduli padanya. Ya Allah kenapa aku ini, padahal tinggal kurang lebih dua bulan lagi dan aku bebas darinya. Apa kah Naya sudah mengguna-gunai aku, astagfirullah. Aku membatin telah menuduhnya.Dia sekarang tidur membelakangi ku, dia masih marah karena aku ketahuan membohonginya. Tetapi aku menjelaskan kalau aku tidak ngapa-ngapain dengan Vika hanya khawatir saja karena orang tua dia jauh."Nay, kamu masih marah. Aku minta maaf. Vika itu sendiri, dia disini gak ada siapa-siapa dan wajar saja aku sebagai teman kesana melihatnya. Sebatas teman wajar saja kan," kataku lembut padanya, Naya masih tak
Story Wa Istriku bag 21.**PoV Syahdan."Naya!" sentakku pada istriku, dia terkejut melihatku. Naya menghapus butiran dari netranya akibat kesedihan karena kepergian abiku."Ustadz Ridwan bagaimana, Pak Syahdan?" tanya Fikri mengalihkan pandangan padaku. Dengan malas kujawab."Abi sudah berpulang pada penciptanya.""Innalillahiwainnailaihi rojiun," katanya menghembuskan nafas nya resah. "Saya permisi dulu, Pak. Mau melihat Ustadz Ridwan!" serunya berlalu memasuki ruangan itu. Sebelum dia pergi masih dapat kulihat netranya melirik Naya.Hatiku semakin memanas. D*s*r s*al*n masih bisa dia curi pandang pada istriorang. Setelah Fikri masuk ke ruang privat Abi. Ku-hampiri Naya, kutarik tangannya."Ahmad, kamu sama Asih dulu ya, Abi mau bicara sama Ummi," kataku pada anakku. Dia mengangguk dan menghampiri Asih.Kutarik tangan istriku itu, Naya heran melihatku. Dia meronta dan aku gak peduli."Apa sih, Mas!" sentakn
Story Wa Istriku bag 22.**PoV NayaSuasana duka kami rasakan, kerabat dan sanak saudara sudah berkumpul di dekat jenazah Abi. Ummi terlihat lebih tegar, beberapa kali dia menangis, Ummi sepertinya sudah ikhlas karena memang Ummi sudah menemani Abi melewati sakit selama hampir setahun.Aku melirik juga kesana kemari namun tak ku-jumpai sosok sang istri kedua, Tante Halimah dan anaknya Fahmi yang selalu kucing-kucingan datang ke rumah sakit karena Ummi tidak mengizinkan mereka."Nyari siapa, Nay?" tanya Mama yang setia di sisiku.Mama memangku Ahmad yang nyaman bermain mobil-mobilan. Ahmad masih belum terlalu paham apa yang terjadi. Dia sempat menangis tetapi setelah diberitahu dia kemudian diam apalagi setelah diberikan mainan.Belum sempat aku menjawab Mama, Lala dari jauh melambaikan tangan padaku, dia datang ber-belasungkawa bersama Faiz, suaminya. Lala duduk mengambil tempat."Nay, kamu kenapa? Kayak nya kamu bingung gitu?" ta
Story Wa Istriku bag 23.**PoV Naya.Mas Syahdan memegangi-ku ketika tongkat penyangga yang ditangan Vika ku-rebut begitu saja."Heh, apaan sih kamu, dasar gak sopan!" kata wanita l*kn*t itu padaku."Apaan sih, Mas. Lepaskan aku!" bentakku pada suamiku, dia memegang-ku agar aku tidak lepas kendali."Nay, udah sayang. Mas gak ada apa-apa sama dia. Naya, dia datang kesini hanya buat berbelasungkawa atas meninggalnya Abi," kata Mas Syahdan menjelaskan.Aku mendengkus padanya dan ku-hentakkan tubuhku agar dia melepaskan-ku. Mas Syahdan menghembuskan napas panjangnya dan melepaskan-ku."Kamu pikir aku percaya, ngapain kamu dan dia harus berduaan disini!" kataku emosi."Naya, Mas takut Ummi marah dan terjadi pertengkaran makanya Mas suruh dulu Vika tunggu disini, Mas juga baru saja bertemu dia dan kami gak ngapa-ngapain. Benar, Nay."Mas Syahdan kembali menjelaskan. Aku masih menahan emosiku. Apalagi kulihat Vika seperti