Share

22. Menggadaikan Rumah Ibu

"Mas? Kok bengong?" tanyaku terheran-heran melihatnya bengong, tanpa ekspresi.

"Aku siap temani kamu berjuang dari nol lagi, Mas!" ucapku sambil tersenyum dan menggenggam tangannya.

"Benarkah?" tanyanya dengan binar bahagia.

Aku mengangguk mantap. "Selama kamu setia sama aku, nggak khianatin aku lagi!" jawabku yang ia tanggapi dengan anggukan berkali-kali.

"Aku janji, Lin... aku janji!" ucapnya berulang-ulang, lantas sibuk menciumi tangan dan pipiku.

"Iya...., iyaa, Mas, iyaa!" jawabku setelah merasa cukup geli dengan sentuhannya.

Esoknya, kami berdua sibuk membelanjakan modal kami yang sekadarnya ke barang-barang dagangan yang akan kami jual. Kami berdua pun sibuk menata barang di atas etalase sederhana yang telah kami beli sebelumnya, warung pun kami buka di garasi rumah yang kebetulan menghadap jalan raya.

Hari pertama jualan, kami bahagia karena untuk pertama buka, warung kami terhitung cukup ramai.

Hari kedua sepi, kami pun mulai lesu. Hari ketiga dan seterusnya, kami lebih banya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status