Share

Dikontrak Jadi Istri 1 Milyar

"Abis ini udah nggak ada kuliah lagi 'kan?" tanya Melissa yang duduk mengitari meja kantin kampus bersama ketiga bestienya. 

Suzy yang baru saja selesai menyantap salad buahnya pun menjawab, "Udah kelar semua kuliah hari ini, gue mau pulang awal deh ke kostan buat bobo siang." 

"Loe nggak ikutan kita ngemall nih, Suz? Ada big sale tuh di Parkson kali bisa dapet baju branded harga miring," bujuk Vina dengan piawai yang membuat Suzy mulai goyah ingin pulang saja atau hangout bersama ketiga sahabatnya.

Namun, nanti malam dia masih ada kabaret show menggantikan Mbak Vera seniornya sebagai pemeran utama karena wanita tersebut sedang sakit tipus jadi berhalangan tampil hingga waktu yang cukup lama.

"Nggak dulu deh, gue butuh istirahat yang cukup. Ya udah, kalian bertiga have fun go mad ya! Mpe ketemu besok di kampus yaa," pamit Suzy seraya bangkit berdiri dari bangku kantin. Dia membalikkan badannya sambil menenteng tas ransel di bahu kirinya.

Langkahnya sontak terhenti, matanya mengenali sosok yang sedang berdiri di pintu masuk kantin kampus. Itu adalah pria yang semalam menawarinya untuk menjadi istri bayaran. Rasanya aneh saja bila tiba-tiba pria itu muncul di area kampusnya. Namun, Suzy tak ingin kegeeran. Dia pun tetap berjalan lurus ke arah pintu dimana Brian tengah berdiri mematung di sana.

"Hello, Nona Manis! Masih ingat 'kan sama aku?" sapa Brian dengan penuh percaya diri saat Suzy berjalan mendekat ke arahnya.

Dengan sopan sekalipun enggan Suzy menjawab sapaan Brian, "Hai, Mas Brian. Apa ada urusan penting di kampus ini?" Dia berdiri berjarak satu meter dari pria aneh itu 

Pergelangan tangan Suzy langsung dipegang oleh Brian dan ditarik meninggalkan kantin kampus yang ramai. Kejadian itu disaksikan oleh ketiga sahabat Suzy yang berbisik-bisik penuh spekulasi tentang sosok pria tampan bersetelan jas necis yang seperti kenal dekat dengan gadis itu.

Setelah cukup jauh dari kantin kampus, Suzy pun menarik-narik tangannya di genggaman erat Brian sambil berseru, "Lepaskan tangan saya, Mas Brian. Anda mencengkeramnya terlalu kuat!"

Akhirnya Brian berhenti berjalan dan membalik badannya, pegangan tangannya di pergelangan tangan Suzy pun ia kendurkan. "Maaf, bukan maksudku untuk kasar. Ehm ... apa kita bisa bicara di bangku taman di sana?" tunjuk pria itu ke sebuah bangku kayu.

Suzy membiarkan bahunya dirangkul oleh Brian yang sok akrab kepadanya sekalipun ia jengah. Ia tak tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh pria yang semalam memintanya menjadi istri bayaran. Kenapa harus dia? Wanita lain yang suka rela atau profit oriented pasti sangat mau, pikirnya.

Mereka pun duduk bersebelahan dengan Brian menatap wajah Suzy lekat-lekat. "Apa sudah kamu pikirkan mengenai tawaranku semalam, Suzy? Aku bisa memberimu 1 milyar rupiah sebagai nilai kontrak kesepakatan pernikahan kita. Bagaimana?" bujuk Brian menyebutkan nilai yang akan diterima Suzy bila ia setuju.

Mendengar 1 milyar rupiah, Suzy pun terperangah. Itu jumlah yang mungkin butuh berpuluh bertahun untuk ia kumpulkan dari menari di kabaret show tiap malam tanpa libur. Sejenak hatinya bimbang. 

"Ayo, pikirkan lagi baik-baik. Bukan hanya 1 milyar rupiah uang tunai dibayar di muka setelah kita menikah, aku akan memanjakanmu dengan berbagai barang mewah. Kau akan jadi Nyonya Teja Kusuma ... sekalipun yaa ... sementara!" rayu Brian semakin gencar karena ia tahu wanita dari dunia hiburan malam pasti memang tujuannya mencari uang.

Kemudian Suzy pun berbicara lagi, "Mas Brian, saya masih ada kontrak untuk tampil di kabaret show The Glam Expat Club sampai tahun depan. Apa saya masih boleh bekerja di sana kalau kita menikah kontrak?"

Senyum kemenangan terukir di bibir tebal Brian. "Tak ada masalah. Baiklah, berarti kamu setuju 'kan dengan tawaran dariku?" balas Brian dengan bersemangat.

"I—iiya, Mas." Suzy menganggukkan kepalanya takut-takut.

"Oke. Ikutlah denganku sekarang! Kita menikah hari ini juga, Suzy Sayang," tukas Brian lalu mengajak Suzy berdiri dari bangku taman. Dia menyeret tangan wanita itu sekali lagi menuju ke parkiran mobil kampus.

Bahkan, Suzy tak mampu berkata-kata karena terlalu syok dirinya. Dia tak menyangka satu kata iya darinya akan membawanya ke sebuah pernikahan kilat yang tak pernah dia bayangkan seumur hidup barang sekali saja.

Dirinya didorong masuk ke dalam bangku penumpang mobil sedan Maybach hitam dan Brian segera duduk di sampingnya. Bahu Suzy dirangkul dengan begitu protektif oleh pria tersebut. 

"Pak Seno, kita ke salon bridal Tiffany at The City di Jakarta Pusat. Cepat ya!" titah Brian kepada sopir pribadinya yang segera melajukan mobil itu.

Kemudian Brian pun berkata ke Hendrawan yang duduk di sebelah bangku sopir, "Hen, loe siapin persyaratan nikah kilat yang resmi di catatan sipil. Oya, buatin janji di studio foto yang bagus buat foto nikahan setelah selesai urusan di kantor catatan sipil nanti!"

"Siap, Pak Brian. Nanti saya izin pakai Pak Seno dan mobil untuk mengurus semuanya ya?" jawab Hendrawan, asisten serba bisa Brian.

"Bawa aja, jangan lama-lama. Gue cuma nungguin calon istri gue make up sama ganti baju pengantin di sana. Paling lama 2 jam lah, bisa 'kan loe kerjain semuanya?" pesan Brian dengan nada tegas.

Sekalipun tak yakin Hendrawan tetap optimis segalanya akan selesai tepat waktu. Dia pun menjawab, "Bisa, Pak!"

Mobil sedan Maybach hitam itu berhenti di depan sebuah salon bridal yang tampak mewah bangunan ruko 3 lantainya. Sebuah papan besar bertulisan Tiffany at The City terpampang jelas dengan hiasan lampu kerlap-kerlip.

Brian turun terlebih dahulu setelah dibukakan pintu mobilnya oleh Hendrawan. Kemudian ia mengulurkan tangannya ke dalam mobil yang segera diraih oleh Suzy Malika. Mereka berdua pun masuk ke dalam salon kecantikan yang menyewakan pakaian pesta serta gaun pengantin.

"Selamat siang, Mas, Mbak. Apa ada yang bisa kami bantu?" sambut manager salon bridal tersebut. 

"Kami akan menikah siang ini. Tolong bantu calon istri saya memilih baju dan berdandan secepatnya!" jawab Brian yang sontak membuat seisi ruangan terkejut kentara.

Manager itu pun menjawab, "Ehh bi—bisa tentunya. Mari ikut saya, Mbak. Mas-nya tolong isi formulir persewaan gaun dan paket make up pengantin di bagian kasir. Permisi!" 

Wanita yang bernama Ranita itu pun menggandeng lengan Suzy memasuki ruangan display gaun pengantin yang berderet begitu banyak di sekeliling ruangan terang dengan dinding full cermin di sisi barat. "Silakan dipilih mana yang disuka, Mbak!" ujarnya melepaskan pegangannya di lengan Suzy.

Sementara Suzy bengong termangu-mangu karena bingung mendadak harus menikah kilat. Dia tak ada ide mau memakai gaun pengantin model apa. "Mbak, apa bisa bantu dipilihkan? Saya masih bingung harus pilih yang mana," balas Suzy bertukar pandang dengan Ranita.

Sebuah helaan napas pelan meluncur dari bibir Ranita yang tersaput lipstik merah tua. Dia pun berjalan ke lemari display gaun pengantin putih yang berderet lalu mengambil dua gantungan gaun. "Apa ada yang disuka di antara 2 gaun ini? Baru datang tadi pagi yang ini," tanyanya.

"Yang kanan sepertinya cocok, Mbak. Semoga ukurannya pas," jawab Suzy memutuskan dengan cepat. Dia tak terlalu peduli karena kedua gaun itu sama-sama bagus.

Maka beberapa asisten bridal membawa Suzy ke ruang ganti pakaian untuk mencoba gaun pengantin bermodel off shoulder dengan model mermaid dress yang bertabur ribuan kristal Swarovski yang berkilauan sangat memesona. Bagian penutup dadanya berbentuk cangkang tiram yang nampak sexy menyangga sepasang aset berharga milik Suzy yang membulat seperti melon Honey Dew.

"Nah ... selesai! Lihatlah penampilanmu, cantik paripurna," puji Ranita kepada calon mempelai wanita itu.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
sat set sat set Yo Brian. sekali jawab iya lngsung gaspollll
goodnovel comment avatar
Riani Handoko
akhirnya dtrima jg tawaranya sm suzy,,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status