Saat Bella mandi di bawah shower air hangat di kamarnya sendiri, wanita itu merasa begitu puas dengan persenggamaannya dengan Brian tadi siang hingga sore. Memang pria itu tak sadar sepenuhnya, tetapi kejantanannya masih tetap bisa dimanfaatkan olehnya."Biarin aja deh sekalipun tadi main sendirian, gue emang jablay udah lama kagak kawin sama laki! Hmm ... ukuran si Brian yang paling mantap dibandingin mantan-mantan gue yang mokondo itu dulu. Jadi nyesel dulu selingkuh sama Rio!" ujar Bella kepada dirinya sendiri sambil menyabuni tubuhnya dari keringat dan pejuh Brian yang menyembur berulang kali tadi ke dalam rahimnya.Dalam benaknya Bella sudah menyusun rencana selanjutnya. Sekali saja tidak akan menggoyahkan keteguhan hati Brian yang mungkin dulu menyimpan trauma pengkhianatannya sewaktu kuliah. Bagaimanapun pria incarannya itu tajir melintir jadi sangat bodoh bila ia melepaskan Brian begitu saja."Huhh! Persetan dengan istri pertama si Brian. Emang gue pikirin, kalau sampai cuma b
Sudah sebulan ini Bella melayani bosnya di area ranjang. Dia berharap Brian akan membawa hubungan gelap mereka ke jenjang yang lebih serius. Rencananya seusai memuaskan hasrat pria itu, Bella akan mendesak Brian agar menyetujui keinginannya agar memperistrinya."Selamat malam, Mas Brian. Apa malam ini mau diservis lagi?" tanya Bella setelah dipersilakan masuk ke kamar tidur atasannya larut malam itu.Dengan santai Brian menjawab sembari melangkah di belakang Bella, "Kalau nggak ngapain juga lo ke mari. Mendingan tidur di kamarmu sendiri 'kan?""Ehh ... jangan galak begitu dong. Bella 'kan cuma iseng nanya aja. Yuk sini bajunya dibuka dulu!" balas Bella lalu ia mulai membuka gesper sabuk celana Brian tanpa malu-malu.Melihat hal itu Brian yang sebenarnya hanya senang menggunakan posisinya yang di atas angin itu sebagai balas dendamnya menyindir tajam, "Lo kayaknya udah biasa banget ya buka celana cowok. Sudah expert keluar masuk kamar tidur laki-laki!"Tangan Bella yang tadinya akan me
"Kalian mulai pasang pondasi dan cakar ayam untuk bangunan utama hari ini ya!" ujar Indra Gustavo dalam briefingnya pagi ini di lokasi pembangunan resort Mister Rodrigo di Uluwatu."Siaaap, Pak!" sahut para karyawannya serempak. Kemudian puluhan orang itu pun membubarkan diri untuk memulai pekerjaan mereka hari ini.Indra pun kembali ke ruangan kantornya di mess karyawan. Dia mencermati plan pembangunan resort yang dikerjakan oleh perusahaannya. Sudah sebulan berjalan, tetapi progresnya tak juga nampak karena memang sangat luas dan masih mengerjakan bagian dasar bangunannya.Di layar laptop miliknya, Indra melihat kecocokan antara progres dan rencana proyeknya. Dia lalu memanggil kepala HRD cabang Bali ke kantornya, "Halo, Pak Sasongko. Tolong menghadap ke kantor saya sekarang!""Halo. Baik, segera saya ke kantor Pak Indra!" sahut kepala HRD nya.Setelah Pak Sasongko duduk di kursi seberang meja Indra, ia pun bertanya, "Pak, apa sudah ada calon karyawan baru untuk pembangunan proyek r
Brian memang sengaja tak ingin langsung membawa Suzy ke mess karyawan, tempat tinggalnya selama di Bali. Dia mengajak istrinya ke resort mewah di Nusa Dua sekaligus untuk survey model penataan landscape di sana seperti apa saja.Melia Resort sangat terkenal akan kemewahannya serta kenyamanannya yang bertaraf internasional. Brian sengaja memilih untuk menginap bersama Suzy di kamar bertipe deluxe suite pool access. Di pintu teras belakang kamar langsung berhadapan dengan sebuah kolam yang melingkari bangunan bertingkat yang berupa kamar-kamar mewah. Hanya lantai terbawah yang mendapat fasilitas istimewa tersebut."Waahh ... bagus banget kamarnya, Mas! Enaknya bisa langsung berenang ntar ya," ujar Suzy terkagum-kagum sembari melihat isi kamar hingga teras belakang.Brian pun menemaninya karena memang dia butuh untuk bahan pembanding resort yang sedang ia bangun di Candi Dasa. Arsitek yang dia pekerjakan memang sudah memberikan masukan untuk sebagian landscape yang sudah tereksekusi. Bag
"Mas Brian iiihh ... kok ngeliatin Suzy kayak mau nerkam aja sih? Sereeemm!" seru wanita itu usai memulas lipstick warna merah menyala ke bibir ranumnya di depan cermin wastafel kamar mandi.Perlahan Brian melangkahkan kakinya menghampiri istrinya yang menggairahkan dalam gaun malam warna hitam sepanjang setengah paha bertali spagetti di bahu. Kedua lengan kokohnya melingkari perut Suzy mendekap erat sembari bibirnya turun mengecup kulit lekuk leher wanita itu hingga desahan pelan meluncur dari bibir Suzy."Kalau nggak perlu survey beach club kayaknya mendingan kamu kusekap di kamar hotel aja semalaman sampai pagi, Suz!" ujar Brian dengan suara beratnya yang maskulin.Mendengar perkataan suaminya, Suzy pun terkikik geli. "Lha ... tadi 'kan sudah beronde-ronde sih, Mas. Masa masih kurang?" balasnya menahan diri untuk tak kabur dari hasrat menggebu Brian kepadanya.Tali gaun berukuran mini itu dikait oleh telunjuk Brian hingga melorot ke lengan Suzy. Dia menyusuri bahu hingga turun ke t
Dengan mengumpulkan fokus serta tenaganya Brian bangkit dari sofa sambil memapah Suzy menuju ke arah parkiran beach club. Namun, di tengah perjalanan ketiga bule Australia yang iseng itu menghadang langkah mereka."Kalian mau ke mana hahh?!" ucap Bruce dengan tawa mengejek yang terdengar jahat. Matanya berkilat berbahaya.Brian tak sudi menjawab pertanyaan Bruce lalu mencoba merangsek menembus hadangan ketiga pria bertubuh besar seperti beruang kutub itu. Namun, John mendorong dada pria itu hingga Brian terhuyung-huyung bersama dengan istrinya ke belakang."Minggir kalian! Kami mau pulang—jangan menghalangi jalan!" bentak Brian dengan suara jantannya, tatapannya mulai bergoyang-goyang tak fokus. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba memusatkan pandangannya ke depan."Ohh, mungkin sebaiknya kami antarkan saja, bagaimana?" tawar Aaron Springsten berpura-pura sok baik hati. Dia membelai pipi Suzy yang merona karena teler.Suzy hanya bisa bergelanyut di badan kekar suaminya menghinda
Sesampainya di depan pintu IGD BIMC Hospital Nusa Dua yang diyakini oleh Bli Restu sebagai pilihan rumah sakit dengan reputasi terbaik yang dapat dijangkau dengan cepat. Brian bergegas menggendong tubuh istrinya yang nampaknya mengalami demam hingga wanita itu meracau tak jelas dalam igauannya."Suster, tolong istri saya keracunan obat yang berbahaya!" seru Brian di depan perawat jaga IGD.Suster Retno pun segera mengarahkan Brian agar merebahkan Suzy ke ranjang di bilik 3 poli IGD. "Sebentar ya, Pak. Saya panggilkan dokter jaganya!" ucap perawat berusia awal 30an tahun itu.Tak lama setelahnya, seorang dokter laki-laki muda berkaca mata berperawakan jangkung segera menyapa Brian, "Selamat malam, Pak. Bisa diinformasikan kondisi pasien sebelum terjadi gejala sakit?""Kami tadi clubbing, Dok. Di sana kami memesan minuman cocktail berdua, seusai meneguk sebagian minuman itu, Suzy merasa tubuhnya mendadak tidak nyaman. Saya juga sama merasakan efek janggal dari minuman tadi. Hanya saja t
Setelah beberapa hari berwisata di obyek wisata di Bali, Indra harus kembali ke proyek pembangunan resort untuk Mister Rodrigo di Uluwatu. Dia memboyong Thalita untuk tinggal bersamanya di mess karyawan bersamanya. Indra sengaja melarang istrinya ikut ke lokasi pembangunan. Hal itu dikarenakan dia tak mau mata-mata lapar para pekerja kasar dan tukang bangunan memelototi istrinya yang secantik foto model."Pak Indra, tenaga tukang kiriman dari proyek Teja Kusuma sudah mulai bekerja hari ini. Ada sekitar 100 tukang dengan berbagai keahlian terutama sih yang tukang batu!" lapor Ridwan yang dipercaya menjadi Head Supervisor Project. Indra yang berkeliling survey langsung ke lapangan siang itu mengenakan helm proyek di kepalanya. Dia melihat sebagian besar dinding bata ringan sudah mulai tertata tinggi. Selembar kertas lebar ia bentangkan di hadapannya untuk mencocokkan sampai di mana perkembangan proyek yang telah berjalan selama 2 bulan terakhir. "Hmm ... sekalipun agak lambat, tapi ma