Share

8. Perkara remote TV part II

Omong kosong jika mereka betulan ke toko elektronik untuk membeli remot tv. Nyatanya, tempat yang mereka kunjungi adalah area street food malam. Membeli aneka jajanan yang entahlah--Namira tidak menduga bahwa Juna yang sok cool itu suka dengan arum manis. Bahkan dia membeli dua bungkus karena saking sukanya.

Tak hanya itu, ia juga membeli beberapa makanan asin dan gurih. Dan tampaknya, kegiatan jajan itu sepenuhnya dilakukan oleh Juna. Ia bahkan menghiraukan Namira dan tidak peduli jika Namira tertinggal di belakang. Seharusnya yang sibuk menyapa abang-abang gerobak itu adalah dirinya, bukan Juna.

Dan kini, mereka sudah berada di dalam mobil. Setelah menghabiskan setengah isi dompet dan separuh jam hanya untuk menelusuri pinggiran jalan. Wajah Namira masih tertekuk kesal meski sudah disogok dua kotak martabak sultan. Junapun tidak merasa bersalah karena telah mengerjai perempuan itu. Jika Namira memang tidak ingin ada di sini untuk menemaninya, Namira bisa pulang sendiri dengan angkot dan ojek online. Namun nyatanya, perempuan itu tetap mengikuti langkah Juna. Hal itulah yang membuat Juna merasa tidak bersalah atas kekesalan Namira.

"Kamu marah sama saya? Kalau iya, kamu saya turunin di sini," ujar Juna kala mobil berhenti di lampu merah.

Namira melirik Juna sinis. Ingin sekali ia cekik kemudian ia banting laki-laki itu. "Nggak."

"Bagus deh."

Namira mendengus kasar. Benar-benar tidak peka. "Lo jahat!"

"Loh? Kok jahat?"

"Lo bohong."

"Tokonya udah tutup, makanya saya ajak kamu jajan," jawab Juna sembari tersenyum.

"Ngajak gue jajan?" Namira berdecih sinis. "Lo kali yang jajan. Nggak ada tuh gue beli apapun di sana."

"Salah kamu. Ngapain diem-diem nggak jelas."

"Ish, lo nya aja yang nggak peka! Seharusnya lo tanyain gue, mau jajan apa? Lo beliin makanan yang enak. Ini apa, lo malah ninggalin gue cuma karena ngejar Abang jasuke. Terus makan wafle sendirian," kesal Namira. Juna memang tidak tau diuntung. Hampir mereka ditertawakan orang-orang karena keantusiasan laki-laki itu mengejar Abang jasuke yang nyatanya tidak kemana-mana. Lalu membeli satu wafle dan tidak terlintas di benaknya untuk membelikan Namira. Ah, bagaimana tidak kesal.

Juna menatap Namira sekilas sembari tersenyum tipis. Iya sih, tadi Juna terlalu bersemangat untuk jajan sehingga tidak mempedulikan Namira. Ia tidak menepis bahwa ia salah."Oke deh, saya salah."

"Emang lo yang salah! Yakali gue."

"Saya minta maaf."

"Semudah itu?"

"Terus? Saya harus cium kaki kamu dulu atau cium--" Namira meletakkan jari telunjuknya di depan mulut Juna. Ia yakin, kalimat negatif akan keluar dari mulut laki-laki itu.

"Diam. Gue udah maafin."

Senyum lebar Juna langsung muncul. "Kamsahamida."

Namira menaikkan salah satu alisnya. Ada-ada saja tingkah suaminya ini. "Dih, jijik gue dengernya."

Juna tidak menghiraukan. Malahan, dengan gerakan cepat ia mencuri ciuman di pipi kiri Namira. Perempuan itu terbelalak, menatap Juna terkejut.

"Apa? Mau bilang jijik?" tanya Juna dengan kedua alis dinaikkan. Terlihat menantang.

Namira tidak menekuk wajah, tidak juga marah. Ia hanya diam sembari memalingkan wajah. Kemudian menyentuh dadanya. Ada sesuatu yang berdetak dengan cepat. Huh, kenapa bisa Namira seberdebar ini?

Jangan katakan tubuhnya merespon baik ciuman Juna.

Jangan sampai Namira kalah dalam pertaruhan ini.

Jangan sampai Namira jatuh cinta pada manusia aneh itu.

"Fix, kamu mulai suka sama saya," ujar Juna menjentikkan jarinya.

"Diam Juna atau gue tendang pusaka lo."

"I love you Namira," bisik Juna tepat di telinga Namira. Senyuman jahil menghiasi wajah Juna yang terlihat tengil.

Perempuan itu memejamkan matanya, berusaha mengatur nafas yang memburu dan detak jantung yang diluar kendali. Juna sialan! Pasti ada pelet disetiap kalimatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status