Hari bahagia Clara dan Max pun akhirnya tiba, kali ini kedua orang tua Max hadir di acara yang sangat penting bagi putera mereka. Kakak perempuan Max yang tinggal di Boston juga menghadiri pernikahan adik laki-laki satu-satunya itu.
Acara ijab kabul itu diadakan di rumah Inez yang sangat mewah. Undangan yang disebar jumlahnya ada sekitar 300 undangan, terdiri dari teman-teman kedua mempelai dan kenalan bisnis Inez serta teman dekat Mario dan Inez. Keluarga Mario juga hadir di momen bahagia itu untuk memberikan dukungan dan juga membantu Inez ketika acara berlangsung.
"SAH!" seru semua orang yang hadir di acara ijab kabul itu.
Clara mencium tangan suaminya yang sah yaitu Max dengan khidmat. Kemudian Max mengecup dahi Clara. Upacara keagamaan itupun berakhir dilanjutkan dengan acara resepsi sederhana di rumah Inez. Katering pesta pernikahan telah menyiapkan berbagai hidangan istimewa di hari istimewa bagi Clara dan Max.
Taman di rumah Inez dihia
Sesampainya di depan lobi Hotel Pullman, Max menyerahkan kunci mobilnya ke petugas vallet parking. Dia membantu istrinya turun dari mobil Honda Civic hitam itu. Kemudian check-in di bagian resepsionis untuk mengambil kunci kamar mereka."Hati-hati, Nyonya Maximillian Ricardo. Aku tidak ingin kamu kesrimpet lalu nyosor lantai, oke?" ujar Max menggandeng tangan Clara dengan mesra di lengannya.Clara menaikkan sebelah alisnya. "Wow, ternyata suamiku agak cerewet!" ucapnya lalu berkata lagi, "Apa nggak kamu gendong aja, Max kalau kamu kuatir?"Clara pun menjerit tertahan ketika tubuhnya terangkat dari lantai ke dalam dekapan Max. Dia tertawa berderai memasuki lift menuju ke lantai 50, tempat Presidential Suite yang mereka booking berada. Bibir Max menciumi wajah Clara dengan ganas di dalam lift yang hanya berisi mereka berdua."Oke, turun dulu ya. Aku buka dulu kamarnya," ujar Max sembari menurunkan kaki Clara ke lantai.Setelah berhasil membuka pintu
Tanggal yang ditetapkan sebagai waktu berlangsungnya event Mister International di London sudah tersisa 4 hari lagi. Inez menyiapkan segala yang dibutuhkan Mario di London nanti sembari mengatur pekerjaan yang akan dia tinggalkan selama kurang lebih seminggu perkiraannya. London itu sangat jauh jaraknya dari Jakarta, dia tidak ingin pekerjaan kantornya terbengkalai karena harus mendukung karier suaminya.Siang ini, mereka berdua harus berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta. Penerbangan Garuda Indonesia dari Jakarta ke London hanya ada 3 kali dalam seminggu. Inez benar-benar berhati-hati membuat jadwal keberangkatan Mario, dia mencadangkan periode 1 flight lagi agar tidak melewatkan event Mister International di London, seandainya tiba-tiba pesawatnya harus dicancel dari pihak maskapai.Pesawat GA 563 tujuan Bandara London Heathrow (LHR) akan berangkat pukul 12.00 waktu Jakarta dan perkiraan mendarat pukul 08.00 PM waktu London. Perbedaan waktu antara London dan Jakarta
Tepat pukul 08.00 PM waktu London, pesawat Garuda Indonesia yang ditumpangi oleh Mario dan Inez mendarat dengan aman di bandara London Heathrow.Sebenarnya di London ada banyak sekali bandara komersil sekitar 26 bandara dengan 6 international airport. Namun, yang bekerjasama dengan maskapai Garuda Indonesia hanya 2 bandara yaitu Heathrow dan Gatwick. Paling sering pesawat boeing maskapai itu mendarat di Heathrow di terminal 4.Mario menggandeng tangan Inez keluar dari gerbang kedatangan penumpang. Mereka harus mengambil koper di pengambilan bagasi bandara sesuai lambang maskapai yang mereka gunakan. Akhirnya, mereka menemukan lambang Garuda Indonesia lalu menunggu koper mereka keluar dari bagasi.Bandara Heathrow berjarak sekitar 48km dari pusat kota London. Mereka akan menggunakan taksi bandara untuk mengantar mereka ke Hotel Royal Lancaster London di Westminster borough.Seorang sopir taksi bandara yang ramah menawarkan jasanya untuk mengantar Ine
Sesampainya di dalam kamar, Mario segera meraih Inez ke dalam dekapannya. Perasaannya begitu insecure dengan segala pendekatan Edward pada istrinya itu.Sebenarnya Inez tidak menyangka bahwa Mario merasa takut kehilangan dirinya. Mereka saling percaya dan tidak seharusnya kuatir akan pengkhianatan pasangannya."Mas, jangan kuatir ... Inez punya Mas Mario. Inez nggak akan berpindah ke lain hati," ujar Inez yang didekap erat oleh Mario. Tangannya membelai lembut punggung Mario.Mario pun menatap mata Inez yang berwarna coklat itu dengan lembut, dia percaya Inez akan setia. Namun, Edward pasti tetap akan mengejar istrinya ini. Dan perlu diingat bahwa Inez dan dia sedang berada di negeri orang, bukan di tanah air Indonesia. Mario merasa harus sangat berhati-hati menjaga Inez.Sangat disayangkan kariernya baru menanjak sedikit. Memang dia sudah membintangi setidaknya selusin iklan yang direkam dan difoto minggu lalu. Namun, dia masih belum termasuk selebriti p
Hari itu tidak sama seperti hari-hari biasa di Jakarta yang membuat Inez harus tergesa-gesa bangun pagi dan bersiap berangkat ke kantor. Dia merasa santai karena merek tidak memiliki jadwal apapun hingga besok pagi. Mereka datang terlalu cepat beberapa hari dari jadwal pembukaan acara Mister International.Tangan Mario bergerilya di dalam hoodie yang Inez pakai. "Nez, making love yuk," pinta Mario manja.Inez cekikikan karena suaminya sudah kumat mesumnya di pagi hari. Udara tidak sedingin semalam sekalipun masih terasa dingin di telapak tangan Inez. "Ayo, Mas ... olahraga pagi bareng ya? Tapi sehabis sarapan nanti, Inez minta ditemenin jalan-jalan di kota London ya?" balas Inez seraya membuat kesepakatan dengan suaminya."Beres mah itu. Yang penting, ini yang tegang butuh dilemesin, Nez. Kubuka bajumu ya, Sayang?" ujar Mario lalu duduk meloloskan hoodie dari kepala Inez.Setelah itu diapun meloloskan kerah gaun tidur Inez yang longgar melewati bahu
Sepanjang siang Mario bersama Inez naik kapal pesiar dan menikmati pemandangan di sekitar sungai Thames dari dok atas kapal. Lengan Mario memeluk tubuh Inez di sebelahnya dengan mesra. Beberapa kali mereka berciuman di atas kapal seperti pasangan kekasih yang dimabuk cinta.Berhubung mereka berada di Eropa jadi orang-orang di sekitar mereka biasa saja, di sana bebas mrngekspresikan perasaan di ruang publik asal tidak sampai keterlaluan."Pipimu dingin sekali, Nez," ucap Mario sembari mengecupi kedua pipi Inez yang tadinya pucat menjadi merah merona seperti apel.Perhentian kapal pesiar mini itu selanjutnya adalah dermaga kecil dimana berderet kafe dan restoran di tepi sungai Thames. Mario mengajak Inez turun dari kapal pesiar karena hari sudah mulai siang malahan menjelang sore.Mereka berdua sudah berkeliling ke beberapa tempat wisata di London. Inez pun merasa agak lelah dan lapar. Mario melihat-lihat kafe dan restoran yang berjejer itu. Jal
Petugas yang menjaga tempat naik ke bilik bianglala raksasa London Eye mempersilakan Edward dan Inez untuk masuk ke bilik yang cukup lebar itu dan dikelilingi kaca.Inez terpaksa masuk ke bilik itu karena tidak ingin menjadi pusat perhatian pengunjung lainnya bila dia membuat keributan. Dalam hatinya begitu kuatir apa yang akan terjadi selanjutnya. 'Semoga tidak mengerikan,' batin Inez.Mereka duduk berjauhan satu sama lain, Inez juga memandang keluar kaca, dia marah dan tidak ingin menatap Edward. Pria itu sungguh keterlaluan. Dia lama-lama mulai membenci Edward. Inez kuatir pada Mario yang terpisah darinya di luar sana.Ketika bianglala raksasa itu mulai bergerak naik perlahan, Edward mendekati Inez. Dia menarik tubuh Inez ke pangkuannya tiba-tiba hingga Inez terperangah. Lengan Edward melingkari tubuh Inez dengan posesif, mata mereka saling bertatapan.Mata Inez membulat, mulutnya terbuka karena terkejut dengan tindakan Edward. Sementara Ed
Sepanjang sisa putaran turun bianglala raksasa London Eye itu, Edward tak bosan-bosan mencumbui tubuh Inez. Sementara Inez sudah terlalu lelah dan lemas meronta melawan pria itu."Capek?" tanya Edward menatap Inez dengan geli.Sementara Inez diam saja sembari menatap Edward dengan tatapan tajam ingin membunuh pria itu. "Mas, pokoknya Inez mau kembali ke Mas Mario. Aku cinta dia!" ucap Inez bersikeras minta dikembalikan ke Mario yang menunggunya di bawah London Eye."Jangan harap, dia sudah dijaga ketat oleh pengawalku. Kalau dia macam-macam kusuruh pengawalku membunuhnya lalu menceburkannya ke sungai Thames. Ingatlah kita di London, bukan di Jakarta, Nez," ancam Edward dengan licik membuat Inez mati kutu."Tolong jangan lakukan hal yang keji pada suamiku, Mas. Aku akan menuruti keinginanmu, Mas," pinta Inez dengan hati yang hancur, mereka berdua ke London dengan polos tanpa tahu akan mengalami masalah seperti saat ini.Mendengar perkata