Hari ini adalah hari yang penting untuk Mario karena pagi ini tempat fitness dan gym baru miliknya akan mengadakan grand opening. Mario telah menyebar undangan melalui WA ke nomor customer-customer lamanya. Banyak ucapan selamat dan dukungan yang mengalir untuk usaha baru Mario ini.
"Mas Mario, maaf ya pagi ini, Inez nggak bisa nemenin di acara grand opening soalnya ada rapat pemegang saham di kantor. Kalau sudah selesai, Inez janji akan nyusul kok," ujar Inez berdiri berhadapan dengan Mario di teras rumahnya sebelum berangkat kerja.
Mario melingkarkan lengannya di pinggang ramping Inez lalu mengecup bibirnya. "Iya, nggak apa-apa, Sayang. Mas ngerti kok, santai aja. Oya ... kalau si William aneh-aneh sama kamu, bilang ya ke Mas, biar Mas gebuk dia," balas Mario sambil tertawa berderai.
"Ahh Mas ini, udah biarin aja. Kak William memang kadang aneh, tapi dia tahu diri kok," balas Inez, lalu dia pun berpamitan, "Inez berangkat ya, Mas, keburu siang nanti tela
Saat sebagian besar tamu Mario di acara grand opening tempat fitness and gym barunya sudah pulang, Inez malah baru datang. Meetingnya berakhir menjelang tengah hari dan dia segera bergegas ke tempat Mario.Mario melihat Inez masuk dari pintu kaca depan rukonya. Dia pun segera menyambutnya dengan raut wajah yang ceria. "Inez Sayang, terima kasih sudah datang. Aku senang sekali ...," sapa Mario seraya memeluk dan mengecup pipi Inez dengan mesra.Rosita menyaksikan semua itu dari pojok ruangan. Dia merasa kesal bercampur cemburu pada mantan suaminya yang bermesraan dengan Tante Inez, dia geregetan karena menurut Rosita, wanita itu janda yang sudah berumur, tidak cocok dengan Mario.Dia pun berjalan mendekati keduanya lalu berbicara, "Tante Inez sepertinya habis-habisan ya mencari perhatian Mas Mario dengan segala dukungannya. Hebat sekali!""Ehh apa ya maksudnya, Mbak Rosita? Mas Mario ini 'kan sekarang suami saya, wajar dong saya mendukung karirnya," ujar I
Saat Inez terbangun dari tidur siangnya, matanya terasa bengkak akibat terlalu lama menangis tadi siang."Kenapa, Nez?" tanya Mario pada Inez yang duduk terdiam di tepi ranjang."Emm mataku bengkak dan agak pedih, Mas," jawab Inez menoleh ke arah Mario yang duduk di belakangnya di atas ranjang.Mario mengerti apa yang terjadi, dia pun bangkit dari ranjang dan berjalan ke meja rias Inez. Dia mengambilkan tetes mata untuk iritasi mata. "Ayo tiduran sebentar, Mas bantu tetesin matanya pakai obat mata," ucap Mario.Inez pun menuruti perintah Mario untuk berbaring sebentar. Mario pun menetesi mata Inez kanan dan kiri dengan obat iritasi mata itu. Mata Inez mengerjap-erjap lalu menutup sebentar karena rasanya sedikit pedih."Lain kali jangan menangis lagi, ya, Inez Sayang. Mas ikut sedih kalau kamu seperti tadi ...," ujar Mario lalu memagut bibir Inez yang masih berbaring di ranjang."Masss ...," panggil Inez."Apa, Sayang?" sahut Mar
Inez memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Mario, dia merasa suaminya itu memiliki bakat menjadi atlet MMA. Dia setuju dengan pendapat Mr. Miguel kemarin bahwa Mario itu berbakat menjadi atlet MMA. Namun, dia pun tidak ingin memaksa suaminya melakukan hal yang tidak dia inginkan."Kalau bisa mengelak dan menangkis pukulan lawan, pasti nggak bocel dan babak belur, Mas Sayang," jawab Inez sembari melempar senyum manjanya.Mario pun membalas senyum Inez, sepasang lesung pipit nampak di pipinya. "Jawabanmu diplomatis sekali, Nyonya CEO." Dia pun mengusap-usap puncak kepala Inez dengan sayang."Baiklah, aku akan coba tanyakan pada teman-temanku bagaimana caranya kalau ingin menjadi atlet MMA. Ilmu dari Mr. Miguel ini sangat berharga, kalau dibiarkan menguap karena tidak dipakai memang mubazir sekali," timpal Mario sembari menatap wajah Inez.Inez pun melingkarkan lengannya di pinggang Mario sambil duduk di sebelahnya. "Mas, pria berbakat dan ulet, aku
Sekalipun tubuh Clara langsing, tetapi latihan fitness yang ditemani oleh Max membuat seluruh tubuhnya mandi keringat.Max mengajaknya push-up, sit-up, squat-jump, lalu latihan dengan alat fitness untuk mengencangkan lengan atas, perut, dan betis."Minum dulu, Clara, biar nggak pingsan," ujar Max sambil mengelap keringat di lehernya dengan handuk.Clara minum air mineral dalam botol sambil memandangi tubuh berotot Max yang tercetak di kaos tanpa lengannya yang basah oleh keringat.Max hanya senyum-senyum ketika dia tahu Clara memandangi tubuhnya tanpa berkedip. Gadis itu sebenarnya cantik, hanya saja jelas bukan jodohnya, pikir Max. Dia sudah berulangkali patah hati pada perempuan sampai akhirnya banting setir menjadi penyuka laki-laki.Baginya, kaum laki-laki lebih jujur kalau suka ya ayo aja, kalau nggak suka ya sudah jangan diterusin pedekate-nya. Sementara kaum hawa itu bikin pusing, katanya nggak suka masih sering PHP, udah n
Sudah hampir tengah malam, tetapi Mario masih belum puas juga menyentuh istrinya itu. Seprei di ranjang sudah kusut tak karuan karena aktivitas malam yang panas antara Mario dengan Inez."Mas, kenapa sih kok nggak mau kuajak keluar malam mingguan?" tanya Inez berusaha menjernihkan pikirannya yang berkabut karena belaian suaminya yang kelewat mesra itu."Males, Nez. Macet ... terus nggak ada yang menarik. Aku lebih suka olahraga malam aja sama kamu, lebih sehat 'kan?" jawab Mario sembari menggoda istrinya."Aduhh iisshh ... Mas! Kenceng amat sih nyedotnya!" seru Inez meronta-ronta dari tindihan tubuh Mario saat isapan bibir Mario begitu kencang di puncak gunung kembar kirinya terasa menyakitkan.Mario melepaskan bibirnya lalu terkekeh menatap Inez yang berkaca-kaca matanya. "Maaf, Nez ... kayaknya aku terlalu bersemangat. Sakit ya?" ucapnya lalu meniupi puncak gunung Inez sebelah kiri yang memerah karena lumatannya tadi.Inez terkikik ge
Setelah menanyai Clara mengenai identitas 'si Om' yang disebut-sebut Clara ketika dia mabuk semalam, tetapi gadis itu tidak mau mengaku. Max pun bergegas meninggalkannya. Dia tidak mau menjadi lelaki cadangan. Namun, Clara mengejarnya dan memeluk tubuh Max dari belakang. "Max, tunggu! Aku mau menceritakannya padamu ...," ujar Clara. "Baik, katakan sekarang. Aku mau kamu jujur kalau memang ingin menjadi pacarku, Clara," balas Max tegas. "Si Om itu Papa Mario," kata Clara. Max pun membalik badannya ke hadapan Clara. Dia mendengkus antara geli dan bingung lalu berkata, "Mario itu papa tirimu, Clara. Apa kamu ingin membuat situasi yang rumit antara kamu, Mario, dan mamamu?" Clara menundukkan kepalanya tak berani menatap Max. Dia tahu pasti akan dimarahi karena tindakannya yang memang salah. Kemudian Max pun memeluk tubuh Clara sembari berkata, "Lupakan rasa sukamu pada Mario. Itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Mario mencintai mamamu,
Tepat pukul 13.00, seorang kru panitia event menempelkan daftar nama peserta babak penyisihan event Man from Mars yang lolos ke babak semifinal di Pulau Bali. Jadwal babak semifinal 2 minggu sejak hari ini.Para peserta berdesak-desakan di dinding tempat daftar nama peserta lolos ditempel. Mario menunggu hingga agak sepi. Rata-rata pesaingnya usianya di bawah Mario, wajah-wajah mereka pun tergolong menarik dan masih segar. Dia itu sebenarnya wajah lama, sekalipun masih segar juga karena memang dasarnya sudah tampan. Dia tidak menggunakan skincare seperti pria-pria metroseksual, tapi wajahnya mulus tak bercela.Akhirnya, setelah tersisa 5 orang saja di depan dinding pengumuman itu, Mario pun ikut mendekat membaca daftar peserta lolos. Namanya ada di baris nomor 1 terbaca dengan jelas, Mario Chandra. Dia pun merasa sedikit terharu, Tuhan berbaik hati padanya kali ini. Dia pun mengucap syukur dalam hatinya.Dia pun menelepon Inez sebelum meninggalkan conventi
Setelah kepergian William dari restoran itu, Mario pun melanjutkan makan siang yang sempat tertunda tadi ditemani oleh Inez di sisinya."Mas nggak tersinggung 'kan dengan perkataan Kak William tadi?" tanya Inez dengan hati-hati.Mario melemparkan senyumannya pada Inez lalu menjawab, "Sudah risikonya, Nez. Memang kenyataannya seperti itu 'kan? Kurasa yang terpenting kamu dan aku tetap bersama, kita bahkan belum melewati tahun pertama sebagai sepasang suami istri. Baru setengah tahun yang kita lalui bersama.""Mas fokus sama cita-cita Mas saja, akan ada saatnya ketekunan itu berbuah manis. Inez yakin sekali Mas Mario kelak akan menjadi orang yang sukses," ujar Inez seraya membelai punggung Mario."Tahu nggak sih, Nez ... yang bikin Mas jatuh cinta ke kamu itu adalah segala dukunganmu itu. Saat semua orang menghinaku dan menginjak-injak harga diriku sebagai seorang lelaki, kamulah satu-satunya yang menopangku dan memberi dukungan tak kenal lelah untukk