Hari berikutnya, Mario mengenakan setelan jas yang disiapkan oleh Tante Inez di rumahnya. Mereka akan berangkat bersama ke kantor catatan sipil dengan mobil sedan Honda Civic hitam milik Tante Inez.
Tante Inez didandani oleh perias pengantin dengan baju kebaya warna putih dengan model sederhana. Kebetulan teman dekatnya ada yang berprofesi sebagai desainer dan memiliki stok kebaya warna putih yang masih baru.
Melihat penampilan Tante Inez yang sangat cantik sebagai calon pengantinnya, Mario merasa jantungnya berdebar kencang. Sayangnya ini hanya kawin kontrak, pikir Mario dengan agak kecewa. Apa perasaannya juga harus diatur dengan surat kontrak nantinya?
"Mas, saya sudah siap. Yuk berangkat sekarang!" ucap Inez berdiri di hadapan Mario seraya tersenyum manis.
Entah mengapa senyuman Tante Inez membuat jantung Mario berdebar-debar tak karuan. Dia ingin merengkuh wanita itu dalam dekapannya dan menciumnya lagi seperti kemarin siang.
"Ayo, Mbak," balas Mario seraya tersenyum pada Tante Inez.
Mereka pun naik ke mobil sedan hitam itu, Mario membantu Tante Inez naik ke mobil karena ekor kebayanya menjuntai panjang. Kemudian, dia berlari ke sisi lain mobil dan duduk di sebelah Tante Inez.
"Pak T**o, tolong jemput Clara ke sekolah dulu ya sebelum ke kantor catatan sipil," ujar Tante Inez dengan sopan ke supir pribadinya.
"Sendika dhawuh, Nyah!" (Siap, Nyonya!) jawab Pak T**o yang berasal dari Solo, Jawa Tengah.
"Lho, Pak T**o dari Jawa, ya?" tanya Mario tertarik, ada orang sedaerahnya yang bekerja pada Tante Inez.
"Njih, Den. Dalem saking Solo," (Ya, Mas. Saya dari Solo) jawab Pak T**o.
"Wah, kalau begitu sama Pak T**o, saya juga asli Solo. Sayangnya kelamaan di Jakarta, jadi sudah banyak bahasa krama inggil yang lupa," ujar Mario dengan akrab.
Tak lama kemudian, mobil itu berhenti di sebuah sekolah negeri jenjang SMA. Seorang gadis manis berlari-lari mendekat ke mobil sedan hitam itu lalu naik ke mobil.
"Hai, Mam. Nggak nunggu lama, kan?" ucap gadis itu terengah-engah sehabis berlari.
"Hai, Sayang. Nggak kok. Kenalin dulu, ini Om Mario, calonnya Mama," balas Tante Inez yang duduk di kursi belakang mobil sedan itu bersama Mario.
Clara pun mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Mario. "Salam kenal, Om Mario. Saya Clara, anaknya Mama Inez."
Mario pun menyalami Clara seraya tersenyum. "Salam kenal juga, Clara."
Mereka pun segera berangkat ke kantor catatan sipil. Kebetulan jalanan siang itu tidak terlalu macet, mungkin karena kebanyakan orang masih bekerja di kantor dan sudah kembali dari makan siang.
Setengah jam kemudian, mobil sedan hitam itu memasuki parkiran kantor catatan sipil kota Jakarta Pusat.
Tante Inez turun dari mobil dibantu oleh Clara lalu dia pun menggandeng lengan Mario, calon suaminya dengan mesra.
"Mama dan Om Mario serasi sekali," puji Clara tulus dengan mata berkaca-kaca. Pasalnya sudah lama sekali dia berharap Mama tercintanya memiliki suami lagi.
Tante Inez pun menenangkan Clara seraya menepuk-nepuk punggung puterinya itu. "Cup cup cup, Anak Mama Sayang jangan nangis dong."
"Maaf, Ma. Clara terharu saja," tukasnya seraya mengelap air matanya dengan tissue. "Om Mario, tolong bahagiakan Mamaku tersayang, ya?" ucap Clara pada Mario.
Mau tak mau, hati Mario pun trenyuh mendengar pesan Clara padanya. "Pasti, Clara. Jangan kuatir!" jawab Mario dengan sungguh-sungguh sekalipun di tahu apa yang dia dan Tante Inez jalani saat ini hanya kawin kontrak. Sepertinya Clara tidak tahu itu, batin Mario.
Mereka bertiga pun duduk di sebuah ruangan di kantor catatan sipil itu menunggu penghulu dan pegawai negeri yang bertugas mencatat proses pernikahan mereka berdua.
Beberapa menit kemudian seorang pria berjas necis masuk ke ruangan itu lalu memperkenalkan diri sebagai notaris Tante Inez, namanya Pak Rudi Antareja.
Dia mengajak Mario berjalan ke pojok ruangan lalu menyodorkan sebuah map pada Mario. Map itu berisi surat perjanjian kawin kontrak selama 5 tahun dengan Tante Inez.
Mario membaca sekilas isi surat perjanjian itu dan merasa tidak ada yang memberatkannya, dia pun menandatangani surat-surat itu. Dalam hatinya, Mario menguatkan tekadnya. Apa pun yang terjadi ke depannya, dia harus kuat menahan segalanya selama 5 tahun.
Petugas catatan sipil pun masuk ke ruangan bersama penghulu. Mereka menjalankan akad nikah dengan singkat lalu menandatangani berita acara pernikahan. Clara bertindak sebagai saksi dari Tante Inez, sementara Pak Rudi Antareja menjadi saksi dari pihak Mario. Segalanya berjalan dengan lancar. Kini, Tante Inez telah sah menjadi istri Mario Chandra.
Petugas catatan sipil menyerahkan sepasang buku nikah kepada pasangan pengantin baru itu.
"Semoga sakinah, mawadah, warohmah ya, Pak, Bu," ucap petugas catatan sipil itu seraya bersalaman dengan Tante Inez dan Mario.
"Amin!" jawab Tante Inez dan Mario kompak lalu saling pandang dan tersenyum penuh arti.
Clara pun mendekati mereka dan memeluk pinggang Mamanya. "Selamat ya Mam. Om Mario sama Mama kan nanti malam pertama, kalau mau teriak-teriak boleh kok. Nanti Clara pura-pura nggak dengar ...," goda Clara dengan usil seraya tertawa berderai.
"Clara, iihhh mesum! Siapa ini yang ngajarin?!" omel Tante Inez dengan malu-malu.
Mario pun tertawa mendengar gurauan Clara. "Clara kan sudah gede, Mbak ... ya jelas sudah paham lah yang begituan ...," bela Mario seraya menatap Tante Inez dengan mesra.
Sepertinya justru Mario yang tidak sabar menantikan malam tiba. Malam pertamanya dengan Tante Inez.
Bab ini mengandung konten 21+ harap bijak dalam membaca!Sepulang dari kantor catatan sipil, hari sudah mulai petang. Tante Inez, Mario, Clara, dan Pak Rudi Antareja merayakan pernikahan itu dengan sederhana di sebuah restoran chinese food.Mario melepas jasnya karena gerah dan juga menggulung lengan kemeja putihnya sesiku."Gerah ya, Mas?" tanya Tante Inez perhatian."Iya, Mbak. Nggak biasa pakai baju resmi seperti ini," jawab Mario sambil menyendok makanannya. Dia mulai sulit mengikuti pola diet lamanya. Seharusnya dia tidak boleh makan makanan berminyak seperti jenis chinese food seperti ini.Sebenarnya Mario agak mengkuatirkan bentuk tubuhnya yang mulai berlemak di daerah perut. Dulunya perutnya six pack tanpa lemak karena dia menakar karbohidratnya dan meningkatkan konsumsi protein.Mungkin nanti dia akan menanyakan pada Tante Inez apakah dia ingin bentuk tubuh Mario yang seperti dulu atau tidak. Bentuk tubuh atlet bin
Malam semakin larut, tapi aktivitas ranjang pengantin baru itu masih begitu panas. AC di kamar Tante Inez sudah dipasang dengan suhu 18 derajat celcius. Namun, peluh masih terus bercucuran di tubuh kedua insan yang tengah dilanda gairah bercinta."Massss ... ooohhh ... akkhh ... aakkhhh ...," desahan dan erangan yang meluncur dari bibir Tante Inez ketika Mario menghentak-hentakkan pinggulnya dengan ritme konstan dan cepat di dalam lembah cintanya yang sudah 'banjir' bolak-balik.Dalam hatinya, Tante Inez terheran-heran dengan stamina Mario yang begitu kuat. Suami barunya ini benar-benar 'jagoan'. Apa dia minum obat kuat?"Emmmm ... Mas berhenti sebentar. Aku mau nanya ... apa Mas Mario tadi minum obat kuat?" tanya Tante Inez yang penasaran.Mario pun tergelak mendengar pertanyaan istrinya. Dia masih belum 'selesai' dengan aktivitasnya, miliknya masih terbenam di tubuh istrinya bermandikan cairan cinta yang tertumpah berulang kali dari lembah cinta itu.
Suara kicauan burung di halaman terdengar melewati jendela kamar Tante Inez, sinar matahari pagi pun menembus masuk ke dalam kamar tidur melalui glass block yang terpasang di dinding kamar."Mmmpphhh ...." Suara desahan Tante Inez masih setengah mengantuk berusaha melepaskan diri dari belitan tangan dan kaki Mario di tubuhnya."Mas ... sudah pagi ... ayo bangun!" ucap Tante Inez ketika tidak bisa melepaskan tubuhnya dari belitan tangan dan kaki Mario yang kuat. Tubuh suaminya itu kekar sekali."Heeeemmm? Ohh ... sudah pagi ya?" balas Mario dengan mata yang setengah tertutup karena masih mengantuk. Dia pun mengucek-ucek matanya. Yang langsung menatap wajah istrinya yang sangat cantik."Kamu cantik sekali, Sayang," puji Mario dengan mata yang sudah terbuka lebar, bagaimana tidak, pemandangan pagi yang sungguh indah ada di depan matanya."Terima kasih, Mas. Ehh aku harus bersiap-siap ke kantor pagi ini. Mesra-mesraannya dilanjut nanti malam saja
Sepanjang hari Mario hanya bersantai di rumah Tante Inez. Dia berkeliling rumah untuk menghilangkan kebosanan. Ternyata rumah itu sangat besar, kolam renangnya pun ada 2 di sebelah barat dan timur bangunan utama. Di belakang bangunan utama rumah, terdapat paviliun-paviliun kecil tempat tinggal karyawan dan karyawati yang melayani keluarga Tante Inez.Mario tidak menemukan penghuni lain selain Tante Inez, Clara, dan dirinya. Sisanya penghuni rumah itu hanya berstatus karyawan. Dia masih belum begitu mengenal siapa Tante Inez. Sebenarnya Mario juga penasaran, apakah harta benda yang dimiliki Tante Inez itu didapat dari peninggalan almarhum suaminya atau dari keringatnya sendiri?Dalam hati Mario, dia merasa agak galau karena rasanya sungguh tidak enak menumpang hidup pada wanita. Memang di dalam surat perjanjian suami kontrak yang dia tandatangani sebelum menikah di kantor catatan sipil itu, ada pasal yang menyatakan bahwa dia akan mendapatkan tunjangan sebes
Sejak beberapa hari sebelumnya, Tante Inez sudah meminta Mario untuk menemaninya ke acara kondangan pernikahan anak rekan bisnisnya. Mungkin ini adalah pertama kalinya bagi mereka berdua untuk tampil di muka umum sebagai pasangan suami istri.Sore itu sehabis mandi, Tante Inez memakai gaun cocktail berwarna ungu dari bahan chiffon yang bahannya jatuh dengan lembut membalut tubuhnya yang proporsional, bagian punggung gaun itu terbuka hingga atas bokongnya. Dia pun lalu duduk berdandan di depan cermin riasnya.Mario menatap istrinya sambil duduk di tepi ranjang. Dia sudah berpakaian rapi dalam setelan tuxedo hitam yang dibawakan oleh Tante Inez sepulang dari kantor. Sebenarnya dia merasa canggung ketika harus menghadiri acara sosial seperti itu, tapi dia sudah berjanji untuk menemani istrinya.Sebenarnya Mario lebih tertarik untuk mencumbu istrinya itu di kamar daripada memamerkan istrinya yang cantik itu di hadapan banyak pria lain di sebuah pesta. Pe
Warning! Bab ini mengandung konten 21+Sesampainya di rumah, Mario langsung menggendong Tante Inez dalam pelukannya. Dia merasa tersentuh oleh segala kebaikan hati wanita itu.Ketika dunia menolak dan merendahkannya, menginjak-injak harga dirinya. Hanya Tante Inez yang hadir untuk menolongnya dan menerima segala kekurangannya.Bagi Mario, hubungan yang terjalin di antara mereka bukan hanya sekedar transaksi yang melibatkan pertukaran uang dengan tubuhnya. Tante Inez tidak pernah semena-mena padanya, tutur kata dan sikapnya begitu lembut pada Mario. Wanita itu mampu membuat Mario merasa dihargai sebagai seorang lelaki seutuhnya, sekalipun di mata dunia dia hanya lelaki kere tanpa masa depan."Mas, aku menyayangimu," ucap Tante Inez menatap suaminya dalam gendongan Mario."Terima kasih, Sayang. Di dalam hatiku, kau memiliki tempat yang istimewa," balas Mario tersenyum pada Tante Inez.Dia pun membaringkan Tante Inez di ranjangnya lalu me
Sejak menikah dengan Tante Inez, kebiasaan bangun pagi Mario agak berubah, rasanya dia benci bila pagi tiba. Dia ingin terus-menerus memeluk tubuh istrinya itu. Namun, dia harus mengalah karena istrinya seorang wanita karir yang memimpin perusahaan berkelas nasional."Masss, ayo bangun ...," rengek Tante Inez manja ketika Mario enggan melepaskan belitan tubuhnya, wanita itu tidak bisa bangun.Mario tersenyum geli, dia sebetulnya sudah bangun hanya saja masih ingin memeluk istrinya yang menggairahkan itu lebih lama. "Nggak mau bangun, Inez Sayang."Tante Inez mencubit pinggang Mario hingga suaminya itu mengaduh kesakitan lalu melepaskan pelukannya di tubuhnya. "Makanya jangan bandel dong, Mas! Aku mandi dulu ya ...," ujar Tante Inez tertawa berderai seraya bergegas ke kamar mandi, dia takut kesiangan berangkat ke kantor."Ikut dong, Say." Mario segera bangun dari ranjang dan mengejar istrinya ke kamar mandi.Mario melepas celana boxernya lalu bergab
Sore itu Inez menemani Mario melihat ruko yang akan disewa untuk tempat fitness and gym baru Mario. Lokasi ruko itu berada di pinggir jalan raya di tengah kota Jakarta Pusat, sangat strategis dan mudah diakses."Mas Mario suka nggak rukonya?" tanya Inez dengan perhatian sembari berjalan di lantai 2 ruko tersebut."Menurutku lokasinya bagus banget sih. Kondisi rukonya juga sangat bagus karena masih baru, nggak ada bocor atapnya," jawab Mario sembari memperhatikan atap ruko itu."Oke, berarti kita ambil ruko ini aja ya, Mas?" tanya Inez memastikan."Iya, Nez. Aku cocok sama ruko ini," balas Mario sembari tersenyum.Inez pun mendekati pemilik ruko itu dan mengatakan akan menyewa ruko itu selama 2 tahun. Dia akan langsung mentransfer biaya sewa ruko itu dengan m-banking di ponselnya.Pemilik ruko itu pun meminta Inez menandatangani surat perjanjian sewa ruko yang sudah dia siapkan. Inez membaca sekilas surat perjanjian sewa ruko itu lalu m