Dari jauh Yoona melihat interaksi keduanya setelah berbicara dengan ayahnya, Ia pun menghampiri Dante yang sudah menunggunya untuk pulang.
"Sayang ... apa kita pulang sekarang?" panggil Yoona dengan suara yang sangat manja kepada Dante. Padahal dalam hati Yoona ingin memuntahkan semua isi perutnya yang baru ia makan.
Kedua orang itu mengalihkan pandangannya ke arah Yoona yang sudah berjalan ke arah mereka.
Yoona mengambil Diva dari tangan Dante dan menyerahkannya pada Yoora.
"Kita akan membuat yang jauh lebih imut dan cantik dari Diva. Bukannya Diva tidak cantik, ia kan Diva?" Yoona mencubit pipi Diva dan menggoyang-goyangkan yang maju mundur dengan gemas, "hanya saja Putri Tante pasti lebih cantik, seperti Tante." sindir Yoona yang tepat sasaran karena baru saja Dante memuji istrinya walaupun Yoona tidak mendengarnya.
Dante menarik pinggang istrinya dan menempelkan ke tubuhnya dengan melekat sempurna pada pinggulnya. "Kita pamit pada Bunda,"
Dante meminta untuk disiapkan mobil agar ia bisa membawa Yoona yang sepertinya sangat nyenyak dan susah dibangunkan, dan benar saja sampai mereka tiba di rumah pun Yoona masih tertidur pulas seolah dirinya berada di atas kasur yang nyaman. Sekarang Dante bingung bagaimana cara meminta Yoona untuk keluar dari mobilnya dan tidak diketahui oleh para tetangganya yang ternyata sedang berkumpul dan berbincang di depan halaman rumah mereka. Bahkan para tetangganya itu sudah mulai melambaikan tangan ke arahnya yang sepertinya hendak menyapa dirinya. Melihat salah satu tetangganya hendak mendekat Dante bingung dan sedikit gelagapan, dia pun hanya membunyikan klakson mobil sebelum membelokkan mobilnya dan memasukkannya ke dalam garansi lalu menutup rapat garasi itu dengan remote di tangannya. Si kebluk Yoona sama sekali tidak terbangun dan terganggu dengan suara berisik yang ia lakukan. "Yoona!" Dante mengguncang tubuh Yoona lagi dan berharap istrinya b
Inti Dante terus menekan pusar Yoona, karena Yoona sendiri semakin menerima dekapan Dante seolah menyambut semua perlakuan yang Dante berikan. Kepala Yoona memang sudah beralaskan lengan kekar Dante sebagai bantalan. Kini Dante yang memiringkan tubuhnya membuat bibir Yoona tepat mengenai bintik hitam yang ada di dada pria itu. Dante memang selalu tidur tanpa mengenakan pakaian sedikitpun, dan intinya akan menegak jika udara diluar dingin dan dipagi hari tentunya. Hal itu sudah menjadi suatu yang naluriah terjadi dengan sendirinya bagi kebanyakan pria. Merasa nyaman Yoona semakin menempelkan tubuhnya pada tubuh Dante dan semakin menekan inti milik pria itu. Tekan yang mirip dengan benda keras itulah yang membuat Yoona merasa tidak nyaman akhirnya sedikit menggerutu. "Apa ini yang menusuk-nusuk perutku?" racau Yoona dengan tangan yang mencari benda keras itu agar tidak menghalanginya. Tanpa sadar Yoona mencengkram inti Dante dengan sangat kuat dan berusaha untu
Yoona membuka matanya dengan sangat perlahan, walaupun sebelumnya dia tahu bahwa dirinya tidur di rumah Dante tetap saja membuat Yoona masih merasa kebingungan. Dering ponsel yang terus berbunyi membuat Yona mau tidak mau bangun dari mimpi indahnya. Masih dengan tubuh yang terbalut oleh selimut Yoona mencari keberadaan tasnya yang dia sendiri tidak tahu ada di mana. "Berhentilah! Aku datang," teriak Yoona pada ponselnya seolah ponsel itu dapat mengerti jika dia berbicara dan terdiam. Tapi tidak, ponsel itu terus berdering nyaring. Yoona berusaha mencari sesuatu yang bisa menutupi tubuh polosnya. Yoona masih lupa atau mungkin berusaha melupakan apa yang terjadi dengannya dan Dante tadi malam. Mata Yoona menangkap kemeja milik Dante yang tersampir di lengan sofa tak jauh dari dirinya duduk. Dengan tubuh polosnya Yoona turun dari ranjang dan berjalan ke arah sofa. "Bagaimana bisa aku tidur di rumah pria menyebalkan itu," monolog Yoona.
"Saya tidak jadi." "Saya juga tidak jadi." "Saya tidak akan menarik saham saya." Ada banyak lagi ucapan membatalkan lainnya dari pemegang saham yang hadir. Mereka berpikir sungguh sangat sayang bila membatalkan kontrak kerja sama jika menantu Bagus Hermawan adalah pemilik sekaligus pemimpin dari John Radcliffe begitu rata-rata pemikiran dari mereka yang memutuskan untuk membatalkan penarikan saham. Mengingat itu Dante hanya tersenyum melihat kejadian tadi pagi setelah dia pulang dari perusahaan Yoon bekerja. "Anda ada meeting siang ini dengan perusahaan Makmur Jaya mengenai tawaran pemakaian produk mereka untuk pembangunan Hotel di Bandung," jelas Dian membuyarkan lamunan Dante akan kejadian tadi pagi. "Suruh Shaan saja untuk menangani rapat dengan Makmur Jaya," ucap Dante. * Di rumah Yoona sedang mengingat-ingat kejadian tadi malam yang membuatnya lupa akan apa yang dilakukan oleh Dante.
"Waalaikumsalam Ustadz ... ustad dari mana?" tanya Yoona sedikit berbasa-basi padahal sudah terlihat jelas dari pakaian pria yang berdiri di depan pekarangan rumahnya yang memakai pakaian sholat lengkap. "Dari mushola neng Yoona ... neng Yoona dari mana mau ke mana? itu apa salah pakai baju? Kenapa baju kakaknya dipakai, kehabisan baju ya?" tanya Ustadz itu dengan menunjukkan gigi putih bersihnya. "Hehe ... tau aja Ustadz. Yoona belum ambil pakaian di laundry. Pakaiannya kehabisan, untung ada baju Aa Malik. Assalamualaikum ustadz ... kalau ke mushola lagi Yoona titip salam ya sama Allah, supaya dipertemukan jodoh yang baik hati, ganteng dan tidak sombong. Kaya Ustad," ujar Yoona berusaha mengusir ustadz secara halus. "Amiin ... Waalaikumsalam ... langsung masuk neng Yoona, di luar sangat dingin." ucap pria itu sebelum berlalu pergi meninggalkan Yoona yang berusaha mengambil kunci dengan menyempit tua jari kakinya. Jujur Yoona merasa tidak nyaman berpa
Di kantor Yoona sedikit berlari kencang saat melihat pintu lift terbuka dan hampir menutup kembali.. "Tunggu!" teriak Yoona berbicara pada siapapun agar bisa menahan pintu lebih lama sampai dirinya masuk. Dengan nafas yang memburu Yona masuk ke dalam lift tanpa memandang sekitarnya. "Wow ā¦ sepertinya pengantin baru kita sangat energik setelah kemarin terdengar sangat kelelahan!" Yoona membalikkan tubuhnya dan melihat wajah Alandra dan Sarah dengan wajah yang mengejek dirinya. Tentu saja wajahnya langsung memerah sempurna karena membayangkan kembali adegan kemarin malam di mana dirinya merasakan benda asing yang tidak pernah dia pegang. Keras dan terasa sangat berotot. "Hahha! Benarkan, Yoona kita telah membakar ranjangnya yang dingin!" Ledek Alandra yang langsung mendapatkan sikutan di lengannya dari Sarah yang berdiri tepat di samping. "Hussst! Ini hanya gosip untuk kita. Jangan sampai menjadi konsumsi publik," ucap Sarah yang ditujukan pada Al
"Belum, Mr. Tinggal memeriksa berkas pengeluaran dana saat perusahaan sedang menangani kerusakan sistem di bandar udara Jawa barat dan salah satu stasiun televisi swasta CTV." jawab Yoona masih terus menatap layar laptop dan berkas di tangannya bergantian. (CTV Cahaya Totalitas Televisi) "Baguslah ... aku tunggu hasilnya Yoona." uajar Barack sambil mengitari mejanya. Sambil duduk dan memainkan bolpoinnya Barack terus menatap wajah Yoona yang terlihat begitu serius. Sementara Yoona yang sedang diperhatikan hanya fokus pada pekerjaan dan ber-chatting ria dengan ketiga sahabatnya. Yoona : Tenang, jam makan siang Lo pada langsung meluncur aja ke TKP. Pesenin gue soto pake lontong. Alandra : Gue gak nemu selisih pengeluaran di PT Makmur Abadi. Alandra memang sedang membantu Yoona mencari selisih antara dana yang terselip. Sarah : Gue juga sama. Di PT Abadi Jaya gak ada. Yoona : Tenang udah ketemu. Dia sendiri yang ngasih kode.
"Kalo gitu Lo masih aman dan telor-telor Lo yang mateng itu masih terjaga." ujar Sarah sambil menyendokkan makanan kedalam mulutnya. "Tapi kenapa gue tiba-tiba tidur ya? Dia punya sihir apa?" tanya Yoona lebih kepada dirinya sendiri. Siang itu keempatnya sama-sama berfikir bagaimana bisa Yoona terlelap disaat sahabatnya sendiri mulai terhanyut dalam debaran jantung yang menggila karena ulah bibir Dante. ** Yona memasuki rumahnya saat hari sudah benar-benar gelap. Yoona sudah tidak peduli dengan keberadaan tetangga sebelahnya setelah sedikit mendapat pencerahan dari Sarah dan Elsa yang lebih berpengalaman masalah ranjang. Yoona dan Alandra memang tergolong wanita yang menjaga kesucian mereka walaupun sudah berkali-kali menjalin hubungan dengan kaum bernama pria. Setelah memastikan pintu terkunci rapat Yoona berjalan dengan malas ke arah ruang tamunya dan menghempaskan tubuhnya di sofa. Hari ini