"Ya Rinati. Lain kali akan aku kenalkan kamu dengannya. Baiklah aku pulang dulu dan pastikan kamu mengunci semua pintu dan pasang alarm." ujar Dante sepanjang jalan menuju pintu depan sementara Yoona mengikuti dari belakang.
"Hemm, akan aku pastikan alarmnya terpasang. Tapi tahu dari mana aku ada alarm?" tanya Yoona penasaran.
Dante mabalik tubuhnya dan menghadap Yoona yang kini berdiri ditengah pintu. "Besi itu, itu, itu dan itu yang tiang setinggi pinggang anak-anak." Dante merangkum wajah Yoona dengan kedua telapak tangannya. "Pokoknya langsung dinyalakan setelah kamu naik ke atas ranjang. Jika tidak aku yang akan masuk ke dalam selimutmu dalam waktu setengah jam."
"Hemmm … aku akan mengingatnya." ucap Yoona sambil memandang wajah dante yang kini sedang menatapnya penuh nafsu.
Yoona memejamkan matanya saat wajah Dante semakin mendekat dengan nafas yang mulai menyapu wajahnya. Tak lama dari itu Yoona merasa bibir hangat Dante tepat di keningnya deng
"Bagaimana jika makan es krim dan cheese cake?" tawar Yoona dengan melipat kedua tangannya dibawa dada. "Dessert yang menarik, baiklah aku mandi dulu." Dante dan Yoona sama-sama masuk ke rumah mereka tanpa menoleh. Dari seberang Marisa mengamati semua pergerakan mereka yang tinggal di atap yang berbeda. "Bukankah mereka mengaku sudah menikah? Tapi kenapa mereka tidak tinggal serumah." Marisa terus berfikir dibalik gorden sampai suaminya mengagetkan dirinya dengan cara mendekap tubuh Marisa dari belakang. "Apa sekarang kamu jadi mata-mata tetangga kita, Sayang?" Pak Yunus langsung mendaratkan bibirnya di ceruk leher Istrinya yang masih sibuk menatap luar jendela. "Apa Papah percaya mereka sudah menikah?" tanya Marisa ditengah desahannya karena kini Pak Yunus sudah mulai menggerayangi tubuh bagian atas Marisa. "Tidak, mungkin sesudah resepsi mereka baru tinggal bersama. Undangannya sudah ada padaku untuk disebarkan pada para warga." Yunu
Mulai dari ujung kaki bibirnya terus mengarah sepanjang paha Yoona yang mulus nunuju pusat inti Yoona yang sudah memanggil dirinya berulang kali. Bibir Dante semakin naik munju pusat gairah yang akan membakar dirinya hingga benar-benar melebur menjadi abu. Dante menghisap, memainkan lidahnya di ujung inti Yoona yang sudah berkedut entah untuk yang keberapa kali. Yoona meracau menyebut nama Dante berulang. "Eemmhh … Da-Dante …." Suara Yoona terdengar serak dan menggoda. Yoona menggelinjang setiap Dante menghisap dan menusuk-nusukkan memainkan lidahnya yang basah pada pusara Yoona yang harum dan hangat. Kaki Yoona membuka semakin lebar memberikan akses pada Dante agar semakin dalam membenamkan wajahnya. Tangan Dante terus bermain memijit dan terus memutar pada ujung inti Yoona, sementara tangan satunya meremas dan memilin dua bukit indah secara bergantian. Yoona merasa ngilu terutama pada intinya yang terus dihisap dan ditekan tepat
Suara sirine dan dering telpon membangunkan Dante dari tidur nyenyaknya. Suara itu begitu mengaung-ngaung memekakkan telinga. "Sial suara ini tepat di depan rumah." Dante turun dari ranjang dan menyambar celana pendek dengan asal, lalu bergegas keluar. Yoona kaget ketika Dante melepaskan dekapannya dengan kasar dan meninggalkan dirinya begitu saja. Sesaat kemudian Yoona baru tersadar ketika mendengar suara sirine dan derap langkah beberapa orang. "Ada apa sebenarnya, dan Dante pergi kemana sihh?" Yoona berusaha menggerakan tubuhnya yang terasa remuk redam. Terutama di bagian intinya yang begitu perih dan terasa seperti mengganjal. Daripada memilih turun Yoona menyibak sedikit gorden jendela kamar Dante dan mendapati mobil damkar cepat di depan rumahnya. "Rumah siapa yang terbakar?!" Yoona melakukan apaan dilakukan oleh Dante, langsung loncat dari atas ranjang mengabaikan rasa sakit dan ngilu. Yoona membuka lemari Dante dan
Dante kembali masuk kedalam rumah dan melihat Yoona baru saja keluar dari kamarnya dengan pakaian yang tadi sore dia kenakan, rambutnya terbalut handuk. "Terima kasih, Mrs Yunus anda sudah menemani istriku." Di udara yang terasa dingin Yoona merasa hangat akan pengakuan Dante tentang dirinya. Ya dari awal Dante memang sudah mengakui dirinya. Bodoh, jelas seseorang yang dengan mudah mengutarakan hal itu tentu saja menganggap hubungan ini benar adanya. "Sama-sama Mr Dante. Kami hanya khawatir dengan Yoona, karena aku tahu kalian tidak bersama." Marisa tahu dirinya sudah membongkar identitas sebagai pengintip. Tapi masa bodoh, Marisa memang penasaran dengan hubungan mereka yang terkesan misterius. "Ya, Yoona masih belum memindahkan barangnya pada rumah ini. Dan sepertinya untuk sementara aku akan membawa Yoona pindah dari sini." Dante tidak ingin hal buruk kembali mengintai Yoona. "Baiklah, kalau begitu kami pulang dulu. Jaga dirimu Y
Dante langsung menyerang Yoona saat itu juga tanpa membiarkan istrinya berubah pikiran. Menanggalkan celana, dan menendang juah. Dante menyingkirkan apapun yang ada disana agar Yoona bisa mendapatkan ruang yang lebih. Menyingkap apapun yang melekat pada tubuh Yoona dan mulai kembali mendaki bukit yang indah dengan puncak yang memegang sempurna. Satu tangan mulai menjelajah seluruh bagian tubuh Yoona tanpa melewatkan satu inci pun. "Ahhh… Dante." Yoona hanya dapat meraba dada pria itu yang begitu alot dengan semua ototnya yang keras. "Apa kamu mau mengenal Mr Happy-ku Yoona?" Ahhh ... Dante sialan, tidak bisakah pria itu diam dan lakukan apa sedang dia lakukan. Tapi Yoona tidak mengatakan itu, otaknya sungguh sinkron dengan lidahnya yang sudah menjerit saat Dante menelusupkan satu jarinya dan mulai memaju mundurkannya. "Si-siapa … di-dia?" tanya Yoona dengan erangan tertahan. Dante menghisap jarinya yang terdapat cairan Yoon
"Karena dia akan selalu seperti itu, terutama jika melihat Mrs Wet di sebarang dapur. Dia akan sangat bersemangat dan penuh gairah. Lebih tepatnya terangsang." "Benarkah! Aku pikir kamu membenciku?" "Aku tidak membencimu, Sayang … hanya tidak suka akan keberisikan yang kamu timbulkan. Tapi sekarang aku merasa berterima kasih karena musikmu yang begitu keras. Karena itu kita bisa menikah dan saling melengkapi?" Dante membalik tubuh Yoona yang terasa menegang, menatap manik coklat itu yang kini sedang menatap netranya, "Aku mencintaimu Yoona! Maukah kamu menjadi istriku untuk selamanya?" Yoona menunduk, memutus kontak di antara mereka. "Tapi aku takut, aku takut melukaimu Dante. Alan, Alan seperti itu karena—" Dante membekap mulutnya dengan telapak tangannya yang lebar dan kasar. "Itu kecelakaan Yoona. Dia hanya bodoh karena tidak menghubungimu kembali. Jangan pernah menyalahkan dirimu pada sesuatu yang belum tentu disebabkan oleh diri
Dante langsung naik keatas dan membersihkan diri. Di liriknya sekilas tubuh Yoona yang bersembunyi dibalik selimut sebelum tubuhnya masuk kedalam kamar mandi. Wajah polos Yoona yang sangat cantik bahkan saat tertidur membuat bibirnya menipis. "Aku bisa gila jika mencintaimu seperti ini." Ya, Dante memang sudah jatuh hati pada pesona Yoona Malik Sidiki. Wamit berisik yang bernai menuding dengan ujung jari wanita itu yang lentik. Tidak ingin membuang waktu Dante bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Tanpa mengenakan apapun Dante langsung merangkak naik dan menarik tubuh istrinya masuk dalam pelukan. Dalam gelapnya kamar Dante membayangkan reaksi istrinya saat mendengar apa yang akan disampaikan. "Apa kamu menyukai anak-anak Yoona? Sepertinya tidak, bahkan kamu terlihat acuh pada ketiga keponakanmu. Aku tidak pernah melihatmu bermain dengan anak-anak. Apa kamu akan menerima Priyanka, putriku, hemm ...?" Dante terus memikirkan bagaimana
Yoona memutar bola matanya malas mendengar ucapan dari suaminya yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Ahhh bagaimana bisa Dante seposesif itu terhadap dirinya. Ke mana Dante yang brengsek dan menyebalkan beberapa hari yang lalu. Aagrhhhh! Ingin rasanya Yoona teriak di hadapan wajah Dante. "Kemarikan lehermu!" ujar Dante lagi penuh penekanan. Dengan wajah merengut dan bibir mengerucut, Yoona mendekatkan tubuhnya ke arah Dante dan membiarkan pria itu melakukan apa yang dia mau. Yoona berkata dalam hatinya akan menutup kembali semua tanda itu ketika dia sampai di kantor. Dante terus meneliti seluruh permukaan leher Yoona yang tertutup rapi oleh foundation dengan bibir yang terus menggerutu yang menurut Yoona sangat menyebalkan. "Biasanya juga kamu tidak pernah memakai make up sialan ini di wajahmu. Kenapa sekarang kamu melakukannya? Siapa yang sedang berusaha kamu dekati? Dan jangan coba-coba untuk memakainya kembali ketika tiba di kantor!" ancam Dant