Malam semakin larut, kini di dalam kamar Fara, Kenan tampak rebahan di sofa. Sedangkan si empunya kamar duduk selonjoran di atas ranjang, bersandar pada sandaran kepala ranjang sambil memainkan ponselnya.
Meskipun terkesan dingin dan cuek, Kenan sebenarnya memiliki kepekaan yang sangat tinggi. Ia sangat sadar tentang keadaan hubungannya dengan Fara saat ini. Yakni, dua orang asing yang terpaksa terikat pernikahan tanpa didasari cinta. Jadi, ia memilih untuk tidur terpisah dengan Fara. Fara di ranjang dan dirinya di sofa.
Sudah cukup lama Kenan dalam posisi rebahan nya, namun matanya seakan enggan terpejam. Ia masih terinang-inang dengan petuah yang di berikan Farzan beberapa saat yang lalu. Ia akui petuah itu memang sangat benar adanya. Namun sisi perfeksionisnya dengan tegas menyangkal hal itu. Menurutnya tugas utama seorang dokter adalah menyembuhkan pasiennya. Dan jika sang dokter tidak dapat melakukan itu, maka mereka tidak pantas disebut dokter. Itulah gagasan yang ia pegang selama ini sejak meniti karir di dunia medis.
"Hufh..." sadar tidak sadar Kenan menghembuskan nafas gusar merasa dilema.
Sementara di atas ranjang, Fara yang sejak tadi sesekali mencuri pandang pada suaminya itu, menatap Kenan dengan tatapan rumit. Ia tahu bahwa sang suami tengah di landa keresahan. Dan ia juga tahu perihal keresahan tersebut. Sebenarnya, tadi ia sempat menguping pembicaraan Kenan dan Farzan, termasuk petuah yang diberikan Farzan pada Kenan. Dengan itu, ia sedikit mengetahui tentang kepribadian sang suami yang terkesan perfeksionis. Bagi Fara yang sejatinya pribadi yang supel, kasus Kenan amatlah rumit. Jadi, ia tak tahu bagaimana cara menanggapinya. Selain itu, ia pun segan untuk terlibat di dalamnya.
"Hufh..." Fara ikut menghembuskan nafas gusar seolah tertular keresahan Kenan.
Kenan yang memiliki indera pendengaran yang sangat tajam, cukup jelas mendengar hembusan nafas Fara di dalam keheningan kamar itu. Refleks pria itu berpaling ke sumber suara sembari tetap mempertahankan posisi rebahan nya "Tidak bisa tidur?" tanyanya polos kemudian.
Yang ditanya sontak mendongak dan bertemu tatap dengan Kenan "I-iya." jawab Fara singkat sedikit terbata.
Perlahan Kenan bangkit dari rebahan nya dan duduk tegap sembari menghadap pada Fara "Sepertinya kamu juga sedang keresahan. Ya, wajar sih. Masih kepikiran dengan kegagalan pernikahanmu?" tebaknya sok tahu.
'Kegeglan pernikahan apaan? Aku bahkan sudah lupa tentang itu jika tidak kamu ingatkan. Tidak tahukah Aku resah karena memikirkan mu?' ingin sekali Fara menjawab demikian, sayangnya hanya bisa ia lakukan dalam hati. Sembari memaksakan senyum di sudut bibirnya, Fara mengangguk kaku "Be-begitulah." lagi, jawabnya singkat nan ambigu.
Namun Kenan tidak dapat menangkap keambiguan nya. Dengan polosnya pria itu tersenyum ramah "Mau mengobrol sebelum tidur?" usulnya kemudian.
Sejenak Fara menimbang, sebenarnya ia enggan menerima karena masih merasa canggung terhadap Kenan. Namun pada akhirnya ia mengangguk "Boleh."
Senyuman Kenan semakin lebar "Hmm... Tapi sebelum itu, tidakkah sebaiknya kamu bergabung duduk denganku di sini. Biar lebih nyaman ngobrolnya, tidak berjauhan seperti ini." menjeda sejenak "Atau aku yang ke sana?" lanjutnya sambil menaik turunkan sebelah alisnya menggoda.
Sontak Fara sedikit salah tingkah "Bi-biar saya yang ke sana." jawabnya gelagapan sebelum dengan cepat beranjak.
Kenan terkekeh pelan, merasa sedikit terhibur melihat tingkah istrinya itu yang terkesan imut nan menggemaskan. "Sepertinya kamu sangat bersemangat mengobrol denganku." godanya lagi ketika Fara baru saja mendaratkan bokongnya di sofa seberang saling berhadapan dengan dirinya.
Dan lagi Fara salah tingkah dibuatnya. Tiba-tiba wajahnya terasa panas yang ia yakini, pasti tengah memerah seperti kulit apel matang. Digigitnya sedikit keras bibir bawahnya "Siapa bilang?"
"Hmmm...?" Kenan sedikit menaikan dagunya sembari menahan senyum "Buktinya, begitu cepat kamu tiba di sini."
"Itu agar kau tidak menghampiri ku." sanggahnya cepat sesuai isi pikirannya.
"Memangnya kenapa jika aku yang ke sana? Apa bedanya dengan kamu yang ke sini? Bedanya hanya, jika aku yang menghampirimu, maka kita akan mengobrol di ranjang. Dan jika kamu yang menghampiriku, maka kita akan mengobrol di sofa, seperti ini. Tapi, bukankah tujuannya sama-sama mengobrol?" tutur Kenan panjang lebar sok polos. Ya, kali ini sok polos. Ia hanya ingin menggoda Fara, yang rasanya sangat seru dan menghibur.
Benar saja, wajah Fara yang tadinya memerah seperti kulit apel matang, kini seperti kepiting rebus. 'Oh s*it!' umpatnya dalam hati. Ia baru tersadar bahwa Kenan sedang menggodanya. Dan betapa bodohnya ia sampai melupakan keahlian Kenan yang sangat ilahi memainkan kata-katanya. Dan hasilnya ya, Kenan benar-benar sukses mencapai tujuannya. Kini Fara tidak tahu lagi harus berkata apa, ia pun memilih bungkam. Ia yakin, apapun yang diucapkannya, hasilnya tetap sama. Ia hanya akan menjadi bahan bulan-bulanan Kenan. Dan sialnya, ia tidak bisa protes apalagi marah. Segala bentuk senyuman yang sejak tadi terukir di bibir Kenan seakan menjadi penawar saat emosinya hendak meledak. Ingin rasanya Fara menangis. Ia yakin, kini bukan wajahnya saja yang memerah, tapi juga matanya yang terasa pedih menahan tangis, saking malunya.
Dan benar saja, hal itu tak luput dari pandangan Kenan. Mendapati kondisi sang istri yang terkesan menyedihkan, Kenan sedikit merasa kasihan dan juga bersalah. Sepertinya ia sudah kelewatan menggoda gadis itu, pikirnya. Iapun memutuskan berhenti "Ehem... Sepertinya basa basi nya sudah cukup. Tapi, sebelum mulai mengobrol, bisakah kamu menggunakan bahasa santai saat kita berbicara?"
'What? Anda menyebut itu basa basi? Anda memang sangat pandai bermain kata-kata, tuan.' maki Fara kesal dalam hati. Namun ia tetap mengangguk mengiyakan "Hm." sahutnya malas, singkat, padat dan jelas.
Kenan hanya tersenyum menyadari kekesalan sang istri. Alih-alih meminta maaf atau mengaku telah menggoda gadis itu, ia malah memilih untuk memulai obrolan "Jadi, apa yang akan obrolkan? Apakah kamu punya topik?"
Fara hanya menggeleng masih enggan membuka suara.
Lagi Kenan mengabaikan kekesalan sang istri. Pria itu malah terdiam sembari memikirkan topik apa yang akan mereka obrolkan. Beberapa saat kemudian, ekspresinya tiba-tiba berubah serius seolah baru saja mendapatkan topik yang sangat krusial. "Berapa umurmu?"
"Hah?" sontak Fara termangu, pertanyaan itu benar-benar di luar ekspetasinya. Ia sudah harap-harap cemas memikirkan bagaimana harus menjawab jika Kenan menanyakan sesuatu yang teramat krusial seperti, hubungannya dengan Bagus selama mereka menjalin kasih, misalnya. Intinya pertanyaan-pertanyaan yang akan membuat suasana diantara dirinya dan Kenan menjadi canggung. Namun apa? Suaminya ini memang beda dan sangat sulit di baca.
"Hallo, Nis? Apakah kamu mendengarkan ku?" Kenan melambai-lambaikan tangan tepat di depan wajah Fara, hingga gadis itu tersadar dari lamunannya.
"I-iya, aku dengar." jawab Fara sedikit terbata "Eh, Nis? Apa kamu baru saja memanggil aku, Nis?" tanyanya kemudian sedikit speechless.
Kenan mengangguk "Hm. Tidak boleh? Maaf kalau aku terkesan terlalu akrab. Aku hanya ingin berbeda dari yang lain, sebagai suamimu."
Fara terdiam sesaat. Tiba-tiba hatinya menghangat dan merasa senang, saat Kenan mengucapkan kata 'suamimu'. Ia merasa diakui. Jujur saja, sebelumnya ia tidak berharap banyak pada Kenan yang sejatinya sosok yang sangat sensasional. Ia sadar bahwa dirinya dan Kenan bagaikan dua insan yang sangat berbeda. Jika dirinya bumi, maka Kenan adalah langit. Perbedaan yang sangat jauh, bukan? "Te-tentu saja boleh. Silahkan panggil aku sesukamu." jawabnya kemudian. Tanpa sadar gadis itu menyunggingkan senyum di bibirnya.
Senyuman yang sangat manis menurut Kenan hingga membuatnya terpesona sesaat. Ya, hanya sesaat. Pria itu memang sangat ilahi dalam mengontrol emosinya. "Baguslah." tanggapnya santai seadanya "Jadi, bisakah kamu menjawab pertanyaan ku yang pertama?"
Lain Kenan lain Fara. Jika Kenan sangat pandai mengontrol emosinya, maka Fara sebaliknya. Seperti saat ini, senyumnya yang tadinya manis, tiba-tiba berubah kikuk menyadari dirinya telah terbawa suasana. "Ma-maksud kamu, umurku?"
Kenan hanya mengangguk membenarkan.
"24 menuju 25 tahun." ungkap Fara jujur.
Sesaat Kenan terdiam membandingkan usia mereka "Ternyata kumayan jauh. Kamu tahu berapa umurku kan?"
Tanpa ragu Fara mengangguk. Tentu saja ia sangat tahu. Selain sosok sensasional, Kenan juga merupakan pemilik rumah sakit tempatnya bekerja, NK Hospital, rumah sakit terbesar dan termaju di Indonesia.
Faranisha Gayatri, 24 tahun. Putri dari Farzan Abrisam, pensiunan dokter spesialis bedah cukup ternama dimasanya. Dan Fara, kini menjadi menjadi dokter spesialis bedah pula meneruskan karir sang ayah. Di usianya yang masi terbilang sangat muda ini, ia cukup sukses dengan karirnya. Buktinya, ia berhasil menjadi dokter spesialis bedah utama di rumah sakit tempatnya bekerja, rumah sakit terbesar dan termaju di Indonesia, NK Hospital yang tidak lain rumah sakit swasta milik suaminya, Naufal Kenan.Sungguh jauh sebelumnya, Fara sekalipun tidak pernah bermimpi menjadi istri sang inspirator. Ya, Kenan adalah sosok inspiratornya dalam meraih kesuksesan dalam karirnya sebagai dokter spesialis bedah. Mungkin bukan hanya dirinya, melainkan seluruh dokter spesialis bedah dan penyakit dalam di dunia ini, akan munafik jika mereka tidak menempatkan Kenan sebagai inspirator mereka, bahkan mungkin ada yang menjadikannya sebagai panutan. Tapi tidak dengan Fara, sosok panutannya h
Akhirnya setelah melalui drama menggoda Fara di pagi hari yang cukup menghibur dirinya, kini Kenan sudah siap dan rapi dengan setelan tuxedonya yang membuat pria itu tampak semakin tampan. Sedangkan Fara, sejak Kenan kembali ke kamar mandi untuk memakai pakaian, gadis itu kembali termenung hingga saat ini, bahkan setelah Kenan keluar dari kamar mandi.Perlahan Kenan mengayunkan langkahnya menghampiri sang istri di sofa sebelumnya. "Jika kamu ingin menangis, menangis lah. Tidak baik memendam kesedihan, namun tidak baik pula berlarut-larut dalam kesedihan. Aku harap ketika aku kembali nanti, kamu sudah tidak bersedih lagi." ucapnya begitu tiba di sisi Fara. Pikirnya saat ini sang istri tengah bersedih setelah menyaksikan berita pernikahan mantan calon suaminya dengan wanita lain. Namun karena adanya dirinya, gadis itu enggan meluapkan kesedihannya. "Maaf, saat ini aku tidak bisa meminjamkan bahuku untukmu bersandar." lanjutnya sembari merogoh saku jasnya dan menge
Tap Tap Tap...Fara mengayunkan langkahnya tergesa-gesa setengah berlari. Bahkan saat menuruni tangga, kecepatannya tak ia kurangi."Nak, mengapa kamu berlari seperti itu di dalam rumah." tegur Farzan saat mereka berpapasan dengan Farzan yang baru saja memasuki rumah.Fara acuh dan melewati sang ayah begitu saja hingga membuat kedua alis pria paruh baya itu saling bertaut erat.Setibanya di luar rumah, Fara mendapati mobil yang ditumpangi Kenan baru saja akan keluar dari gerbang pekarangan. "KAK KENAN, TUNGGU!!!" teriaknya sekencang mungkin berharap yang diteriaki mendengarkan. Namun sayang itu hanya harapan semu, mobil yang ditumpangi Kenan terus saja berlalu hingga hilang dari pandangannya di ambang gerbang.Fara tak menyerah, kecepatan langkahnya ia tingkatkan. Hingga tiba di ambang gerbang, gadis itu tertunduk lemas dengan nafas terengah-engah sambil celingak celinguk mencari
Kenan tiba di Kanada sekitar pukul 2 dini hari dan langsung menuju mansion nya untuk beristirahat. Rencananya Kenan akan berada di Kana selama 3 hari. Semua itu telah ia estimasikan dengan baik untuk menyelesaikan semua keperluannya.Jika ada yang bertanya, mengapa selama ini Kenan memilih Kanada sebagai tempatnya bertugas? Jawabannya sederhana. Yakni, karena Kanada adalah negara dengan pengetahuan medis terbaik di dunia. Alasan lainnya adalah mentor nya sebagai dokter spesialis penyakit dalam merupakan seorang bertanah kelahiran negara berjulukan 'Pecahan Es' itu. Jadi, itulah intinya alasan Kenan selama ini menapaki karirnya di Kanada.Keesokan harinya, usai sarapan Kenan segera menuju rumah sakit tempatnya bekerja. Rumah sakit milik sang mentor, Logan's Hospital. Nama sang mentor adalah Berhan Logan. Namun tidak seperti Kenan dan Farzan yang hubungan mereka layaknya anak dan ayah, hubungan Kenan dan Berhan murni antara anak didik dan sang
"Mengapa tiba-tiba Ken?" Berhan sangat terkejut setelah membaca surat pemindahan tugas yang diajukan Kenan. Bukan karena apa, kalau itu dokter lain, tanpa banyak bertanya akan langsung disetujuinya pemindahannya. Tapi ini dokter sekaliber Kenan, sangat sulit mendapatkan penggantinya, bahkan mungkin mustahil.Ya, kini Kenan tengah berada di ruang direktur utama sekaligus pemilik Logan's Hospital, tepatnya di ruangan Berhan."Maaf Prof, keadaan yang mengharuskan ku." jawab Kenan ambigu."Keadaan?" kedua alis Berhan saling bertaut "Maksudnya?""Ya, keadaan. Sekarang aku tidak sendiri lagi, aku sudah memiliki keluarga yang menjadi tanggung jawabku." jelas Kenan singkat."Keluarga?" sepertinya Berhan belum sepenuhnya connect "Keluarga panti asuhan tempatmu dibesarkan? Bukankah itu sudah sejak dulu?" tebaknya gagal paham."Bukan Prof." Kenan menarik nafas dalam-dal
3 hari kemudian...Kini Kenan sudah duduk anteng di dalam jet pribadinya yang akan lepas landas beberapa saat lagi mengantar kepulangannya ke Indonesia, tanah air tercinta. Ternyata estimasi waktu yang telah ia perhitungkan untuk menyelesaikan segala keperluannya di Kanada melenceng satu hari lebih lama.Penyebabnya, siapa lagi kalau bukan Gabela. Saat mengetahui Kenan akan pindah tugas secara permanen, terlebih dengan alasan kepindahannya yang tidak lain karena telah menikah, membuat gadis itu benar-benar shock dan memberontak tidak terima.Berbagai upaya Kenan dan Berhan lakukan untuk menenangkan Gabela serta memberinya pengertian agar bisa menerima keadaan. Gabela yang mengerti tidak dapat merubah apapun, akhirnya dengan berat hati mau menerima keadaan. Entah ikhlas atau tidaknya, hanya Gabela yang tahu. Namun ia tidak serta merta menerimanya. Sebagai gantinya ia mengajukan sebuah syarat yang mengharuskan dirinya dan
Hari ini Fara mengawali paginya dengan perasaan berkecamuk. Gugup, senang serta gundah berpadu menjadi satu kesatuan mengobrak abrik hatinya. Ia bingung memikirkan harus bersikap seperti apa nanti di depan suaminya yang ternyata adalah cinta pertamanya.Hal itu Fara pikirkan sejak semalam, tidak, lebih tepatnya kemarin siang sejak Nabila memberitahukan kabar kepulangan Kenan. Ia mungkin tidak akan mengetahui kabar itu jika sang sahabat tidak memberitahukannya secara langsung. Padahal kabar itu menjadi trending utama di forum chat resmi para pegawai NK Hospital, bahkan hampir di seluruh jejaring sosial resmi. Hanya saja sejak pernikahan Bagus dan Sherina dipublikasikan, ia menjauh dari situs sosial, sebab takut mendapati obrolan publik yang berisi gunjingan terhadap dirinya. Jadilah ia kudet, alias kurang update dengan berita terkini.Pertama kali mengetahui kabar itu, jujur terbesit rasa kecewa yang cukup mendalam di hati Fara. Sempat terpik
"DOKTER KENAN!!!" seruan antusias terdengar dari depan gerbang ketika sebuah mobil ceper panjang mewah memasuki halaman rumah sakit diikuti dua mobil sedan mewah lainnya mengekor di belakangnya. Di dalam mobil ceper panjang mewah tersebut, menampakan sosok Kenan yang duduk di deretan kursi penumpang yang kedua pintu, kanan kirinya diturunkan kacanya.Kenan yang mendapatkan sambutan atas kedatangannya, tersenyum dan melambai sebagai balasan. Bukan mencari perhatian, itu hanyalah bentuk penghargaan Kenan atas sambutan mereka.Hingga akhirnya mobil yang ditumpangi Kenan berhenti tepat di tepi panggung penyambutan. Pria tampan nan rupawan itu pun keluar dari mobil setelah sang sopir membukakan pintu untuknya."DOKTER KENAN!!!" sekali lagi terdengar seruan antusias. Kali ini lebih terkesan histeris.Bagaimana tidak? Kenan yang baru keluar dari mobil sudah lengkap dengan setelan jas dokter yang menjadi day