"Akhirnya, hiks..." Farzan terisak haru mendengar kabar kehamilan Fara "Hiks... Gak lama lagi Ayah bakal jadi Kakek."
Usai makan malam di restauran tadi, Fara meminta Kenan untuk pulang ke kediaman Farzan, katanya ingin memberikan kejutan pada sang ayah. Kenan yang sejatinya juga rindu ingin bertemu Farzan, sang ayah mertua, dengan senang hati mengiyakan. Dan di sinilah mereka sekarang, di ruang keluarga kediaman Farzan.
Kenan dan Fara yang duduk mengapit di sisi kanan dan kiri Farzan hanya tersenyum sembari sama - sama mengusap - usap punggung pria paruh baya itu.
"Udah berapa minggu umur calon cucu Ayah?" tanya Farzan kemudian, sembari menyeka air matanya.
"Belum cukup sebulan Yah, baru 3 minggu lebih." Kenan yang menjawab.
Farzan mendelik pada Kenan dan Fara secara bergantian "Udah hampir sebulan dan kalian baru ngasih tau Ayah?" protesnya tidak terima.
Ke
Seminggu berlalu, hari pertemuan antara pihak keluarga Nabila dan keluarga pihak Ju Woon untuk membahas perihal lamaran pun tiba. Pertemuan tersebut diadakan di hotel XXI, salah satu hotel bintang 5 di ibu kota, sesuai pengaturan Ju Woon.Awalnya Nabila sempat bertanya - tanya, mengapa pertemuannya tidak diadakan di kediaman keluarganya saja? Bukankah pertemuan itu untuk melamar dirinya pada orang tuanya?Dan Ju Woon berdalih bahwa dalam pertemuan tersebut Kenan juga akan ikut hadir untuk membahas bisnis dengan kepala keluarga Choi. Jika diadakan di kediaman keluarga Nabila, maka tak etis untuk Kenan turut hadir sementara pihak keluarga Ju Woon akan langsung kembali ke Korea usai pertemuan. Jadi, sekalian saja diadakan ditempat yang agak terbuka.Dengan itu, Nabila pun tidak bertanya lebih jauh lagi dan mengikuti saja pengaturan Ju Woon. Dan di sinilah mereka berada di salah satu ruangan presiden suit yang sudah disulap
"Kak Ken, menurut Kakak gimana? Apa Ju Woon dan Nabila bakal baik - baik aja?" tanya Fara pada Kenan. Saat ini mereka tengah berada dalam perjalanan pulang dari acara pertemuan lamaran Ju Woon dan Nabila tadi yang hasilnya kedua belah pihak keluarga sepakat akan menikahkan putra putri mereka 3 bulan mendatang.Hening...Setelah sekian waktu berlalu, Fara tak kunjung mendapatkan jawaban apapun dari Kenan. Menoleh pada Kenan yang duduk di sampingnya, Fara mendapati suaminya itu ternyata tengah melamun sembari memandang keluar kaca pintu mobil.Fara memutar bola matanya malas, lalu ditepuknya pundak Kenan pelan sembari menegur "Kak Ken!""Ah..." Kenan tersentak dari lamunannya dan spontan balas menoleh pada Kenan "Eh, i- iya sayang, ada apa?""Ck..." Fara mencebik "Seharusnya Fara yang nanya gitu, Kak Ken ngelamunin apa sih? Sampe - sampe Fara nanya ngomong gak didengar."&nb
"Kak Ken!" Fara menegur Kenan dengan berseru sedikit keras. Saat ini mereka tengah bersantai bermalas - malasan di ruang santai apartemen, seperti biasa rutinitas mereka di pagi hari akhir pekan.Namun sejak tadi Fara berceloteh mengajak Kenan mengobrol, suaminya itu malah tak menyahut sedikitpun. Fara tahu itu bukan karena Kenan tengah asyik menonton televisi, tapi karena melamun. Dan Fara sudah jengah dengan hal itu. Pasalnya bukan pagi ini saja, sejak semalam ia mendapati Kenan memang banyak melamun. "Kak Ken kenapa sih?"Kenan tersentak dari lamunannya dan spontan menunduk demi bertemu tatap dengan Fara yang tengah berbaring menggunakan sebelah pahanya sebagai bantal. "Eh, Ka- Kakak gak kenapa - napa kok sayang."Bohong. Fara tahu Kenan berbohong "Dari semalam Kakak bilangnya gak kenapa - napa, tapi apa? Fara masih sering nemuin Kak Ken ngelamun." diputarnya kedua bola matanya malas "Emang Kak Ken ngelamunin apa sih?
"Sayang, kok makanannya gak dimakan?" tanya Kenan pada Fara. Saat ini dirinya, Fara, Ju Woon dan Nabila tengah makan siang bersama di kantin rumah sakit pada jam istirahat siang."Bentar Kak, Fara lagi serius amatin wajah Kakak dan Ju Woon nih.""Ck..." Kenan mencebik "Kenapa sih kamu masih ngeyel aja sayang? Kan Kakak udah bilang, mana ada wajah Kakak mirip sama bocah gak ada rahang ini.""Uhuk uhuk..." spontan Ju Woon tersedak makanan yang tengah dilahapnya kala mendengar Kenan mengatakan wajah mereka mirip."Tuh kan, mana sudi Kakak mau disamain wajahnya dengan bocah yang makan aja gak benar seperti dia." lanjut Kenan mencibir sembari melirik sinis pada Ju Woon yang tengah dibantu oleh Nabila mengobati tersedak nya dengan segelas air.Setelah merasa lebih baik, Ju Woon menatap Kenan dengan tatapan yang sulit diartikan sembari mengenakan ekspresi was - was. Mendapati tidak ada
Flashback on!21 tahun yang lalu...Di sebuah rumah sederhana berdinding bata dan berlantai olahan semen mentah, dalam sebuah kamar terlihat dua orang, pria dan wanita paruh baya tengah berbincang dengan ekspresi serius di wajah masing - masing."Bagaimana kondisinya, Dok?" tanya sang wanita pada sang pria yang diketahui sebagai seorang dokter berdasarkan jas dokter yang dikenakannya."Hufh..." sang dokter menghembuskan nafas berat "Maaf Bu Ayu, untuk saat ini saya belum bisa menyatakannya secara langsung. Anak itu perlu dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh."Ya, sang wanita tidak lain dan tidak bukan adalah Ayudia. Dan tempat mereka berada saat ini adalah rumah Ayudia yang sejak 3 tahun yang lalu merangkap sebagai panti asuhan yang diberi nama Al - Rahman.Sementara Ayu dan sang dokter berbincang - bincang, pandangan mereka terus tertuju pada sesosok gadi
"Kak, nona Asmita itu siapanya Kak Ken sih?" tanya Fara pada Kenan. Saat ini mereka tengah berbaring di atas ranjang yang rencananya telah bersiap untuk tidur. Namun baik Fara maupun Kenan tak dapat memejamkan mata dikarenakan ada sesuatu yang mengusik pikiran mereka.Lain Fara lain Kenan. Kalau Fara pikirannya tengah diusik oleh pertanyaan - pertanyaan tentang siapa Mita bagi Kenan. Sedangkan Kenan, pikirannya tengah diusik oleh hasil pemeriksaan terhadap kondisi Mita yang diperiksanya siang tadi yang hasilnya menunjukan bahwa wanita yang dulu bahkan hingga sekarang dianggapnya saudara itu ternyata mengalami amnesia setelah operasi pencangkokan tumor 3 tahun yang lalu."Hm, panggil aja Mita. Bisa dikatakan, Mita adalah wanita dari masa lalu Kakak." jawab Kenan ambigu yang sontak membuat Fara yang berbaring di sampingnya memicingkan mata tajam padanya."Maksud Kakak, wanita dari masa lalu?" tanya Fara memastikan sembari
"98,9%, 99,8%, 99,9%. Se- semuanya positif." gumam Ju Woon dengan suara bergetar setelah memeriksa 3 lembaran hasil tes DNA, masing - masing antara dirinya dan Kenan, Hyun Jae dan Kenan, serta Jung Hwa dan Kenan.Akhirnya Ju Woon memperoleh hasil tes DNA yang dilakukannya seminggu yang lalu, tepatnya sehari setelah pertemuan lamaran antara pihak keluarga Ju Woon dan pihak keluarga Nabila, dimana pada pertemuan tersebut, secara diam - diam tanpa sepengetahuan siapapun Ju Woon mengambil sampel helai rambut Jung Hwa dan Hyun Jae. Memang Ju Woon sudah menebak hasilnya akan seperti ini, namun setelah melihatnya secara langsung, tetap saja ia tak dapat mengendalikan debaran hatinya yang begitu hebat, saking takjub nan senangnya."Ok, tenang Ju Woon! Sekarang kamu harus memikirkan apa yang harus kamu lakukan setelah ini." gumam Ju Woon lagi mensugesti dirinya sendiri agar tidak terbuai dan malah melakukan tindakan bodoh, seperti menemui Kenan sekar
"Bagaimana Dok?""Sepertinya memang perlu dilakukan operasi lagi Prof.""Hufh..." Kenan menghembuskan nafas berat.Saat ini Kenan dan dokter Adnan tengah terlibat percakapan serius di bilik konsultasi pasien penyakit dalam sepeninggalan Mita beberapa saat yang lalu usai melakukan konsultasi dengan dokter Adnan. Dan hasilnya, seperti yang dokter Adnan katakan bahwa Mita perlu melakukan oeprasi lagi yang ternyata pencangkokan tumor yang dilakukan 3 tahun lalu tidak benar - benar mengangkat akar tumornya sehingga kembali tumbuh."Maafkan saya Prof." ucap dokter Adnan dengan segenap rasa bersalah dan penyesalan. Ialah yang menjadi penanggung jawab pengontrolan kondisi Mita paska operasi 3 tahun lalu. Bagaimana ia bisa lalai hingga tidak menyadari bahwa akar tumor di otak Mita tidak terangkat? Ia benar - benar merasa bersalah dan menyesal atas kelalaiannya itu.Kenan menatap lurus tep