"Hufh..." untuk kesekian kalinya Fara mend*sah lesu. Saat ini masih pukul 10 yang berarti 4 jam lebih sudah ia berpisah dengan Kenan. Sungguh baru selama itu saja, ia sudah sangat merindukan Kenan setengah mati. Sembari duduk malas di kursi kebesarannya, ia membaringkan kepalanya miring di atas meja kerjanya.
"Hufh..." Nabila yang duduk di sisi seberang meja berhadapan dengan Fara, ikut - ikutan mend*sah. Bedanya, ia mend*sah jengah mendapati Fara yang sejak tadi terus mend*sah lesu. Tentu saja ia tahu apa yang sedang Fara alami, apa lagi kalau bukan galau akibat merindukan Kenan setengah mati. "Ayolah Far, ini baru 4 jam lebih loh. Dan lo udah kayak zombie hidup aja." ucapnya mencoba mengamati Fara sembari geleng - geleng kepala.
"Lo gak tau sih gimana rasanya jadi gue. Gue tuh gak bisa banget jauh - jauh dari Kak Ken." adu nya melankolis sembari terus mempertahankan posisinya.
Nabila memutar kedua bola matanya ma
Drrt drrt...Sekitar pukul 1 dini hari ponsel Fara yang terletak di atas nakas, bergetar notifikasi pesan masuk. Fara yang memang masih terjaga segera meraih ponselnya dengan penuh antusias, samar - samar ia dapat menebak siapa sang pengirim pesan tersebut.Benar saja, mata Fara langsung berbinar - binar bahagia kala melihat nama sang pengirim pesan yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kenan, suaminya yang telah ia rindukan setengah mati seharian ini.'Assalamualaikum sayang, Kakak udah sampe nih. Miss you more.' begitulah isi pesan Kenan yang dibubuhi emote icon 'mencium' total 3 buah diakhir kalimat pesannya.'Waalaikumsalam, alhamdulillah. Miss you more too Kak.' balas Fara menyertakan total 3 buah emote icon 'mencium' pula di akhir kalimat pesannya.Drrt drrt...Tak sampai 10 detik kemudian ponsel Fara kembali bergetar. Kali ini bukan notifikasi pesan,
"Nak, nanti malam sepulang kerja, kamu langsung ke rumah tante Ami mu ya!" ujar Farzan menyuruh kepada Fara ketika mereka sedang sarapan bersama di ruang makan kediamannya.Ya, semalam waktu video callan dengan Kenan, Fara memang berada di kamar lamanya yang ada di kediaman Farzan, sang ayah. Rencananya selama Kenan berada di Swiss, Fara akan menginap di sini, sesuai usulan Kenan agar Fara tak merasa kesepian tanpa dirinya di apartemen."Ngapain ke rumah tante Ami, Yah?" tanya Fara santai sembari terus menyuapkan makanan kedalam mulutnya."Kamu masih ingat Andre kan?" alih - alih menjawab, Farzan malah bertanya balik yang agak tak nyambung menurut Fara.Sejenak Fara terdiam mencari nama 'Andre' dalam ingatannya "Maksud Ayah, Kak Andre, Keponakan Suaminya tante Ami, Om Ardan?""Hm." Farzan mengangguk sembari mengunyah makanan dalam mulutnya. "Iya, Andre Keponakan Ardan. Dia baru m
Ding dong...Tiba - tiba bel pintu utama kediaman Farzan berbunyi di pagi hari, kala Fara dan Farzan tengah sarapan bersama di ruang makan."Siapa yang bertamu sepagi ini Yah?" tanya Fara sedikit heran sembari menghentikan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.Farzan menggedikan bahu, juga sedikit heran sembari menghentikan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya "Entah, Ayah juga gak tau."Sesaat sepasang ayah dan anak itu saling pandang dan sama - sama menggelengkan kepala isyarat benar - benar tak tahu siapa gerangan sang tamu."Bi Darsih!" seru Farzan kemudian, setengah berteriak memanggil sang kepala ART di kediamannya yang sedang bertugas di dapur yang hanya terpisahkan sebuah tembok dari ruang makan.Tak lama kemudian, tampaklah sesosok wantia paruh baya kisaran usia 50 tahunan, dengan setengah berlari menghampiri Fara dan Farzan dari arah gerbang dapur.
Jepreet jepreet..."Hehe... Mimpi apa gue semalam, kayaknya hari ini gue bakal dapat jackpot nih." gumam seorang pria kisaran usia 25 tahunan sembari menyeringai smirk merasa puas dengan hasil jepretan yang baru saja didapatkannya dengan canon miliknya."Ooh, benarkah?" sahut sebuah suara bariton yang terdengar santai tepat dari belakang pria itu."Tentu saja, hehe..." tanggap sang pria tak kalah santai dan terkekeh sombong sembari terus menyaksikan hasil jepretannya pada layar kecil canon miliknya itu."Wah, kalo gitu bolehlah nraktir aku. Semangkok bakso aja gak apa - apa kok." suara bariton dari belakang pria itu kembali terdengar menyahut meminta ditraktir oleh sang pria."Ck..." sang mencebik seraya membalikan tubuhnya ke belakang "Enak aja minta traktiran ke gue, kerja sendiri sono. Emangnya lo sia- pa?" sontak pria itu tercengang hampir tak dapat menyelesaikan ucapannya ak
Hari ini adalah akhir pekan pertama yang Fara harus lalui tanpa Kenan semenjak pernikahan mereka yang telah berjalan hampir 2 bulan ini. Sementara Kenan di Swiss, hari ini adalah hari pertama masa pemantauan kondisi pasien yang baru dioperasi nya kemarin.Saat ini Fara dan Farzan tengah bersantai di ruang keluarga kediaman Farzan usai sarapan beberapa waktu yang lalu. Terlihat Farzan tengah asyik menyaksikan tontonan di layar televisi, sedang Fara sejak tadi sibuk memainkan ponselnya sembari duduk malas selonjoran di sofa."Hufh..."Untuk kesekian kalinya Farzan mendengar Fara mend*sah lesu. Ia tahu apa yang membuat sang putri sejak tadi seperti itu. Apa lagi kalau bukan karena resah menunggu kabar dari Kenan yang sejak kemarin sama sekali tidak bisa dihubungi karena sibuk dengan proses operasinya."Sabar Nak, Kenan pasti bakal hubungin kamu kalo dia lagi gak sibuk." dan untuk kesekian kalinya pula F
"Kak Ken kemana aja seharian ini? Kenapa gak hubungin Fara sekalipun? Fara coba hubungin, nomer Kakak gak aktif. Emangnya Kak Ken gimana sih mantau pasiennya? Masa Kakak seharian mantau nya? Atau Kak Ken lupa sama Fara ya?"Akhirnya setelah penantian yang cukup lama dan sangat menyiksa bagi Fara, Kenan baru menghubunginya di siang hari yang berarti telah malam hari di Swiss sana. Tak tanggung - tanggung, setelah saling salam dan sapa singkat, Fara langsung memborong Kenan dengan cercaan bertubi - tubi tanpa jeda yang sukses membuat suaminya itu meringis di seberang sana.Kenan langsung menggeleng tegas kala mendengar pertanyaan terakhir Fara yang lebih terkesan menuduh. "Astaga, gak sayang, mana mungkin Kakak lupain kamu. Sumpah, seharian Kakak sibuk banget, musti siaga mantau pasien Kakak yang terkena kompilasi pasca operasi, tekanan darahnya gak stabil. Masalah ponsel Kakak yang gak aktif itu, emang dari kemaren belom Kakak aktifin, saking
"Kak Kenn!!!"Grep..."Ugh... Hati - hati sayang, ingat loh kamu lagi hamil!" Kenan tertegun sembari merasa lega karena berhasil dengan sigap menangkap Fara yang langsung berhambur melompat ke pelukannya ketika dirinya baru saja memijakkan kakinya ke aspal landasan setelah menuruni setiap anak tangga tangga jet."Hehe..." Fara menyengir setelah Kenan menurunkan dirinya yang sempat menggantung di udara dengan penuh kehati - hatian "Ups... Maaf, maaf, Fara lupa, saking kangennya pingin meluk Kak Ken." ucapnya sedikit merasa bersalah dan menyesal."Hufh..." Kenan menghembuskan nafas lembut sembari tersenyum dan mengusap - usap puncak kepala Fara "Gak apa - apa sayang, lain kali hati - hati ya!" peringat nya lagi penuh perhatian."Siap Kakak Suami!" tanggap Fara manja sambil berpose hormat asal.Cup...Kenan mendaratkan sebuah kecupan singkat
"Hm, terima kasih atas niat baik anda yang sudah bersedia menyempatkan waktu untuk menjemput kepulangan saya, Dokter Andre. Tapi sayang, seperti yang anda lihat, sekarang saya sudah sampai di sini. Jadi, sebaiknya setelah ini anda pulang saja, atau mungkin langsung berangkat kerja ke NF Hospital." tutur Kenan datar nan formal tanpa melupakan kesopanan kepada Andre.Ya, mobil yang beberapa waktu yang lalu yang hampir bertabrakan dengan mobil yang ditumpangi Kenan, Fara dan Farzan serta Bambang di depan gerbang kediaman Farzan, tidak lain dan tidak bukan adalah mobil milik Andre. Dan sekarang, kecuali Bambang, keempatnya sedang berada di ruang keluarga kediaman Farzan sembari menikmati hidangan ringan yang telah disuguhkan oleh ART untuk menemani sesi mengobrol Mereka, sesuai perintah Farzan.Andre baru saja menyampaikan tujuan kedatangannya sepagi ini ke kediaman Farzan yang katanya, berniat ikut serta bersama Fara dan Farzan untuk menjemput