Yusuf tersenyum dan itu membuat Surya menjadi sedikit heran.
"Apa kau sedang menertawakan penderitaanku?"
"Bukan seperti itu hanya saja aku sedang teringat kata-kata ustad Haikal kalau kita itu adalah suami suami yang tersakiti."
"Iya juga sih, sepertinya kita memang harus buat grup suami suami yang tersakiti."
Yusuf dan Surya tertawa bersama dan melupakan perlakuan Erni yang membuat sakit hati. Erni yang penasaran mengintip dan melihat Surya dan Yusuf tertawa lepas seperti tidak ada beban. Erni hanya mendengus kesal.
"Dasar laki laki tidak berguna." Kata Erni masuk ke kamar setelah membanting pintu.
"Mak lampir ngamuk lagi." Kata Surya yang dibalas senyum oleh Yusuf.
Pagi harinya, Yusuf ikut dengan Surya untuk melamar pekerjaan di perusahaan tempatnya bekerja.
Tapi ternyata sesuatu terjadi. Surya minta maaf pada Yusuf karena pekerjaan yang dijanjikannya ternyata sudah diisi oleh orang lain.
"Tidak apa-apa bro ini bukan salahmu mungkin saja belum rezeki ku untuk bekerja di tempat ini."
Yusuf hampir putus asa tapi segera ditepisnya perasaan itu karena putus asa itu tidak akan membuat permasalahannya menjadi selesai.
Yusuf menguatkan dirinya sendiri agar tidak mudah menyerah dan yakin pasti masih ada jalan yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas semua masalahnya.
Saat Yusuf akan pergi salah seorang teman Surya memberitahu bahwa ada lowongan kerja sebagai office boy.
Surya terkejut saat Yusuf berencana untuk mengambil pekerjaan itu. Dia merasa kasihan melihat Yusuf yang sangat terpuruk dan harus menjadi office boy sementara sebelumnya dia adalah direktur utama perusahaan besar.
"Aku akan memulainya dari awal. Dulu aku bukan siapa-siapa hanya saja nasibku sedang beruntung sehingga di pertemukan dengan papanya Selia, jadi sekarang aku akan berusaha sendiri dengan keberuntungan ku sendiri."
Surya tidak bisa lagi mencegah Yusuf yang sudah beranjak untuk menemui bagian penerimaan pekerja.
Setelah diwawancarai saat Yusuf akhirnya diterima dan hari itu juga langsung bekerja sebagai office boy di perusahaan itu.
Tidak lupa Yusuf sujud syukur sebelum memulai pekerjaannya dan itu membuat teman-temannya sesama office boy terkejut sekaligus kagum melihat Yusuf yang tidak lupa bersyukur walaupun pekerjaannya sangatlah rendahan.
Yusuf kemudian memulai pekerjaannya. Dia mendapat tugas untuk membersihkan lobby sampai ke halaman depan. Sementara teman yang lain membersihkan ruangan yang lain yang sudah di bagi-bagi sesuai dengan porsi masing-masing.
"Bismillahirrahmanirrahim."
Yusuf mengucapkan basmalah sebelum memulai pekerjaannya dia mulai menyapu lantai kemudian mengambil pel dan membersihkan lantai yang sedikit kotor bukan hanya mengepel Yusuf pun juga membersihkan barang-barang yang terpajang dengan menggunakan kemoceng sehingga semua terlihat bersih.
Teman-teman sesama OB memuji Yusuf karena pekerjaannya yang rapi dan juga tidak banyak protes.
Yusuf sedang mengepel lantai saat sepasang kaki berdiri di dekatnya. Yusuf segera melihat orang itu dan sangat terkejut karena pemilik sepasang kaki itu ternyata adalah Selia.
Selia pun tampak sangat terkejut melihat Yusuf yang bekerja sebagai office boy. Dia tidak menyangka laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya kini menjadi office boy, sebuah pekerjaan yang dipandang rendah hampir semua orang.
"Assalamualaikum Selia, bagaimana kabarmu?" Yusuf tetap mencoba ramah pada Selia walaupun rasa sakit hatinya muncul kembali mengingat semua penghinaan dan tuduhan yang sudah dilontarkan padanya.
"Jadi kau sekarang jadi office boy, kasihan sekali padahal dulu kau bisa hidup mewah tapi kau sia-siakan itulah balasan untuk lelaki serakah dan jahat sepertimu." Kata Selia ketus tanpa perasaan.
Rasa sakit hati Yusuf semakin bertambah tapi masih bisa ditahan nya dengan mengelus dadanya.
"Iya sekarang mas bekerja sebagai office boy tapi ini bukan karma untuk mas. Sampai dengan saat ini mas tidak akan mengakui semua tuduhan mu karena yang kau tuduhkan itu adalah salah."
"Maling mana ada yang mau ngaku."
"Terserah bagaimana tanggapanmu tapi kau tidak bodoh Selia seandainya mas memang mencurangi mu, mengambil keuntungan dari perusahaan untuk apa mas bekerja seperti ini? Kenapa mas tidak menikmati uang hasil kecurangan mas?"
Kata-kata Yusuf berhasil membuat Selia terdiam. Diam-diam dia membenarkan apa kata Yusuf, untuk apa dia bekerja rendahan seperti ini kalau memang sudah menggelapkan banyak uang perusahaan memikirkan ini saja kepala Selia langsung merasa pusing.
"Kau pasti punya urusan dengan pemilik perusahaan ini jadi sebaiknya kau segera pergi tidak perlu berbicara dengan office boy sepertiku nanti orang-orang menganggapmu hina."
Yusuf segera membereskan alat alat pel nya kemudian pergi meninggalkan Selia yang masih berdiri terpaku.
Seseorang menepuk pundak Selia dan membuatnya tersadar kembali orang itu adalah Ferdi yang ternyata mengantarnya ke kantor.
"Ada apa kenapa kau berhenti di sini bukankah kau punya urusan dengan ibu Bella pemilik perusahaan ini."
"Iya."
Ferdi kemudian mengecup kening Selia lalu menggandeng tangannya.
"Tenang saja, kau akan aman selama bersamaku."
Selia berpikir apakah harus memberitahu Ferdi tentang pertemuannya dengan Yusuf tapi setelah berpikir dia memilih untuk tidak bercerita.
Selia dan Ferdi segera berlalu dan masuk ke lift dan menuju ke ruangan ibu Bella pemilik perusahaan itu.
Yusuf yang yang sedari tadi mengintip keluar dari tempat persembunyiannya. Matanya berkaca-kaca menahan kesedihan dan sakit hati.
"Ternyata hubungan kalian sudah sedekat itu padahal sampai dengan saat ini statusmu masih istriku tapi kau sudah berani menampakkan kemesraan di tempat umum seperti ini."
Yusuf menghapus air mata yang jatuh dari sudut matanya, biar bagaimanapun sebagai suami hatinya benar-benar tersakiti oleh sikap Selia.
Yusuf sengaja menunggu Selia dan Ferdi di parkiran. Ada suatu hal penting yang ingin dikatakannya pada Selia menyangkut hubungan mereka. Yusuf segera menghampiri Selia dan Ferdi yang sudah akan membuka pintu mobilnya. Selia sedikit terkejut melihat kedatangan Yusuf apalagi melihat wajah lelaki yang masih berstatus suaminya itu tampak sangat sedih dan menanggung banyak beban. Selia hendak menyapa Yusuf tapi Ferdi lebih dulu menyerang Yusuf dengan kata-kata yang menyakitkan hati. "Mau apa lagi kau lelaki pecundang? Belum puas kau menipu Selia? Atau kau mau dilaporkan polisi saat ini juga." Cecar Ferdi tidak memberi kesempatan pada Yusuf untuk berbicara dengan Selia. "Selia masih berstatus istriku sampai dengan detik ini jadi aku masih berhak untuk berbicara dengannya itu pun kalau kau masih punya malu." Yusuf sengaja menekankan kata kata masih istriku untuk membuat Ferdi sadar diri. "Kau..." Ferdi bermaksud untuk memukul Yusuf tapi dengan sigap
Yusuf mendekati Selia kemudian memeluknya dengan erat, air matanya tidak bisa tertahan dan mengalir begitu saja membasahi pundak Selia. Selia pun merasakan hal yang sama hatinya sedih membayangkan kalau setelah pertemuan ini Yusuf sudah menjadi mantan suaminya, dia pun ingin menangis tapi ditahannya karena tidak ingin terlihat lemah dihadapan Yusuf. Yusuf melepaskan pelukannya kemudian menatap Selia. "Sebelum kita berpisah mas ingin menekankan sekali lagi kalau apa yang kau tuduhkan kepada mas itu tidak benar semua itu hanyalah fitnah dan kesalahpahaman tapi mas tidak akan membuktikan apapun biarlah ini akan terbukti dengan sendirinya dan satu hal kalau nanti semuanya terbukti mas tidak bersalah, kau tidak perlu mencari mas untuk minta maaf karena mas sudah maafkan mu, mas tidak benci sama sekali kepadamu karena sampai dengan hari ini mas masih mencintaimu dan entah kapan rasa cinta itu tersimpan di hati mas." Yusuf segera berlalu dari hadapan Selia dan Ferdi
Selia membuka halaman demi halaman buku harian yang ditulis oleh Yusuf. Dia baru tau kesedihan yang dialami Yusuf diawal pernikahan mereka. Saat itu dia sama sekali tidak menganggap Yusuf sebagai suaminya tetapi hanya sebatas laki laki yang dinikahkan dengannya untuk mengobati luka hatinya. Selia juga baru tau kalau Yusuf sempat ingin menyerah karena sikapnya tidak kunjung berubah dan tetap sinis padanya. Perlakuan Selia waktu itu memang keterlaluan dia tidak mau seranjang dengan Yusuf tapi menyuruhnya tidur di sofa sampai hampir setahun. "Selia mulai membuka hatinya untukku." Itulah yang ditulis Yusuf di lembar berikutnya. Selia ingat waktu itu dia memutuskan untuk memberi kesempatan pada Yusuf setelah melihat ketulusan saat merawatnya. Yusuf selalu menemani dan tidak meninggalkannya di rumah sakit walau sedikitpun. "Akhirnya aku merasakan menjadi suami seutuhnya, Selia akhirnya membolehkan menyentuhnya dan kami sudah bercinta untuk pertama kalinya."
Yusuf segera menyeka air matanya saat Surya masuk ke kamarnya. "Ada apa bro? apa yang membuatmu menjadi sangat sedih seperti ini?" "Aku sudah sangat hancur bro, di dunia ini semua orang akan menganggap ku adalah orang jahat dan tidak ada lagi tempat untukku mencari kerja." "Bukankah sekarang kau sudah bekerja sebagai office boy." "Tapi aku tidak yakin berapa lama aku bisa bertahan karena berita perceraian ku dan Selia sudah masuk tv dan berbagai media lainnnya dan aku pasti akan dipecat karena ini bisa merusak nama baik perusahaan." Surya melihat berita yang sedang ditayangkan di tv, hatinya ikut sedih melihat sahabat baiknya dirundung masalah yang tidak kunjung usai. "Maafkan aku, bro. Aku tidak bisa bantu tapi aku yakin kau bukanlah seperti yang diberitakan di tv. Aku tau kau adalah lelaki yang baik." "Tapi sekarang semua tidak ada gunanya, Selia benar benar telah menghancurkan hidupku." Surya merangkul sahabatnya, di
Yusuf masih mencoba untuk membujuk Bryan agar bisa segera pergi tapi Bryan sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk pergi. Bryan terus memaksa agar menemaninya bermain. Yusuf menatap Bella mencoba meminta pertolongan tapi Bella yang merupakan mantan bosnya itu cuek dan tidak peduli padanya.Yusuf mencoba menahan rasa jengkel yang timbul dari dalam hatinya dengan memperhatikan Bryan yang sudah mulai menyusun robot-robotan. Wajah anak itu sangat tampan dan itu membuatnya tersenyum. Sudah lama dia ingin memiliki seorang putra tapi sayang Selia selama ini belum memberikan lampu hijau untuk mewujudkan hal itu, dia selalu berdalih bila belum siap untuk menjadi seorang ibu padahal dia sudah sangat menginginkan untuk memiliki seorang putra.Bryan memalingkan wajah dan beli mendapati Yusuf sedang tersenyum sambil melihatnya."Kenapa Om tersenyum?" Pertanyaan Bryan membuyarkan lamunan Yusuf."Om hanya sedang membayangkan betapa bahagianya seandainya punya putra sepert
Yusuf menemui Surya dan mengutarakan niatnya untuk pulang kampung. Surya ikut sedih melihat nasib sahabatnya yang tidak kunjung membaik."Aku tidak bisa melarangmu untuk pulang kampung tapi satu yang harus kau tau, aku pasti akan merasa sedih kehilangan sahabat sekaligus sudah ku anggap saudara sendiri.""Aku hanya pulang sebentar kok, hanya ingin menenangkan diri sekaligus menjenguk ibu.""Kapan kau pulang?""Besok, karena aku juga mau ke tempat ustad Haikal dulu dan mungkin menginap di sana.""Maafkan aku, sebagai sahabat tidak bisa membantu saat kau lagi kesusahan.""Tidak usah dipikirkan, setiap manusia punya jalan hidup masing masing dan yang terjadi padaku saat ini memang haruslah terjadi, mungkin aku banyak dosa dan saatnya untuk menebus dosa itu, jadi aku harus tetap bersabar.""Aku salut padamu, disaat terpuruk seperti ini kau masih saja optimis dan berpikir positif.""Hanya itu yang bisa ku lakukan."Yusuf dan Surya masih akan berbi
Bella mondar mandir didepan kamar ICU, dia sangat khawatir karena sudah beberapa jam dokter yang memeriksa Bryan putra semata wayangnya belum juga keluar dan memberikan informasi apapun padanya. Sebagai single parent, Bella sangat menyayangi putranya, berbagai mainan mewah dan mahal dibelikannya dan juga menyediakan dua orang pengasuh yang selalu setia menemani hari hatinya.Bryan adalah anak yang dilahirkannya tanpa seorang suami, dulu suaminya meninggalkan dia pada saat usia kehamilannya 2 bulan dan lebih memilih menikah dengan wanita yang dicintainya. Pernikahan Bella dan Alex memang awalnya hanyalah perjodohan orang tua sejak untuk urusan bisnis dan mengembangkan perusahaan.. Awalnya Alex sudah menolak untukku menikah dengannya tapi entah mengapa pada akhirnya menerima pernikahan itu.Pesta pernikahan pun berlangsung sangat meriah karena keluarga Bella dan juga keluarga Alex adalah pengusaha besar yang memiliki banyak mitra usaha di mana-mana sehingga pernikahan itu lebih kepada
Bella kemudian menemui Bryan yang sudah dipindahkan ke ruang rawat. Bella segera mencium kening putra kesayangannya dan berusaha untuk tidak menunjukkan kesedihannya. dia tidak ingin membuat Bryan curiga kalau memiliki penyakit yang cukup parah. selama ini Bella memang tidak pernah memberitahu Brian perihal penyakit jantung yang dideritanya."Mama aku sakit apa?""Kau baik-baik saja sayang tadi itu kau hanya terkejut karena hampir tertabrak oleh mobil dan itu membuat nafasmu sedikit sesak."Bryan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dia seperti sedang mencari seseorang."Mana Om Yusuf Bryan tidak melihatnya di ruangan ini.""Om Yusuf tidak ada sayang bukankah mama sudah bilang kalau Om Yusuf tidak bekerja di perusahaan mama jadi tidak mungkin bisa menemanimu sepanjang hari.""Kenapa Mama tidak mencarinya aku ingin sekali bertemu dan bermain dengan Om Yusuf.""Kau bisa bermain dengan banyak orang Kenapa harus memaksakan dengan Om Yusuf.""Kalau mama tidak bisa mencari Om Yusuf d