Share

Bab 88. Ruang

“Iya. Karena aku sudah menyelamatkan kamu dari, entah siapa bapak-bapak yang di dalam sana tadi.”

“Okay, terima kasih. Udah?” Nisha berusaha menarik tangannya, tapi tak bisa. Genggaman Andreas terlalu kuat. Dia pun menghela napas, menatap ke arah lain, sebelum akhirnya kembali pada lelaki itu. “Lepasin. Saya harus pulang.”

Andreas tersenyum. Matanya menatap jahil ke arah Nisha. “Dengan satu syarat.”

“Syarat? Kenapa pakai syarat segala? Ini tangan Saya, hak Saya mau bebas dari genggaman kamu ini.” Nisha menggeram marah. Sorot matanya sangatlah tajam.

“Barusan itu kamu mendapatkan bantuanku, sudah sepatutnya aku meminta imbalan, 'kan?”

Dua ujung alis Nisha kian terpaut seiring tatapannya kian mengungkapkan kemarahan. “Ternyata kamu ngga setulus itu. Sudah aku duga, sih.”

“Lagian, tuh bapak-bapak masih ngeliat ke arah sini. Kamu ngga takut kalau dia tahu kita hanya bersandiwara?”

Nisha menoleh ke arah dalam restoran. Benar saja, Syahrul masih menjulurkan lehernya ke arah sini. Pasti masi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status