Suamiku (Tidak) Jadul
ParliNiaSeason ke-2
Sub judul : Mie Ayam Pesugihan
Sore itu kami jalan-jalan di taman, bawa dua anak, Ucok dan Butet. Aku duduk di bangku taman baca buku, sementara suamiku dan dua anak kami bermain di rumput. Entah kenapa, sudah enam tahun tinggal di kota, Bang Parlin tak bisa move on dari rumput. Kalau jalan-jalan, pilihannya kalau gak taman, ya, pemandian alam.
"Mak, ada orang gila," lapor si Ucok seraya menunjuk seseorang di pinggir jalan.
"Huss, gak boleh ngomong gitu," kataku seraya menyilangkan jari telunjuk di bibir.
"Memang orang gila, kok, Mak," kata si Ucok lagi.
Sementara itu Bang Parlin lagi bermain kejar-kejaran dengan si Butet. Butet kini sudah sudah tiga tahun, si Ucok lima tahun. Sudah sekolah TK.
Ucok kembali bermain, aku kembali sibuk dengan bukuku.
"Maaakkk ...!" tiba-tiba terdengar jeritan si Ucok. Segera aku berlari
Suamiku (Tidak) JadulSesion ke-dua.Sub judul ; Cemburu Pada NamaSi Ucok kini sudah sekolah TK, setiap hari aku antar dia naik becak tetangga kami. Ini usul Bang Parlin, katanya untuk membantu tetangga tersebut. Seorang bapak tua yang di hari tuanya masih mengayuh beca. Kebetulan pula sekolah si Ucok tidak berapa jauh dari rumah.Hari itu aku jemput si Ucok seperti biasa, akan tetapi ternyata ada acara sehingga anak sekolah agak lama pulang, Bapak tukang becak tersebut kusuruh menunggu. Aku duduk di kantin, di sini banyak emak-emak muda yang menjemput anaknya."Jemput anaknya, Bu," sapa seorang wanita padaku."Iya, Bu, katanya agak lama hari ini," jawabku sesopan mungkin."Iya, aku juga jemput anak, ngomong-ngomong gak kasihan sama anaknya naik becak tiap hari, panas lo," kata ibu yang satu lagi."Udah biasa, Bu," jawabku."Itulah gak sayang sama anak itu, suamiku mana dikasihi
Suamiku (Tidak) JadulSesion ke-2Part 3Jalan-jalan Keluarga ParliNiaSekali setahun kami selalu jalan-jalan, salah satu kesukaan Bang Parlindungan adalah keliling Indonesia. Kali ini Bang Parlindungan sampai buat status Facebook, dia buat hanya aku dan Bang Parlin yang bisa lihat. Dia memang sudah mulai lancar menggunakan medsos. (Kepingin jalan-jalan lagi, keliling pulau jawa, pengen ke Jogja, pengen ke Borobudur) Begitu status Bang Parlin, tapi dia sudah bisa privasi Facebook-nya, hanya aku dan Bang Parlin yang melihat. "Abang makin canggih aja sekarang, ya, Bang," Tanyaku di suatu malam. Saat itu kami lagi tiduran di depan TV, si Ucok dan si Butet sudah tidur di kamar. "Canggih apanya, Dek?""Mau jalan-jalan pun pakai status Facebook,""Hanya pengen, Dek,""Abang sudah bergeser dari prinsip hidup Abang sendiri, pengen kan berarti keinginan, bukan kebutuhan," kataku lagi. "Iya, memang, Dek, tapi keinginan yang bisa jadi kebutuhan, kita butuh piknik lo, Dek, biar gak panik, bi
Suamiku (Tidak) JadulSesion ke-2Part 4Bu Parwati benar-benar menjamu kami bagaikan tamu agung. Dia perkenalkan kami pada anak dan saudaranya. Dia sebut Bang Parlindungan sebagai malaikat. Lebay memang. Hanya Bang Parlindungan yang dipuji-puji, aku tidak.Dua hari di Malang, kami lanjutkan perjalanan. Kali ini kami mau ke Jogja. Kota asal presiden Jokowi. Kata Bang Parlin presiden itu saudara jauhnya. Karena putri presiden pernah ditabalkan marga siregar.Kereta api jadi pilihan transportasi kami dari Malang ke Jogja, semua ini karena si Ucok katanya dia pengen naik kereta api. Semua urusan tiket diurus Bu Parwati. Kami bahkan diberikan bekal makan di jalan. Karena perjalanan akan memakan waktu yang lama, sampai sekitar delapan jam.Di Jogja kami langsung cari hotel. Terus jalan-jalan keliling Jogja naik becak. Ketika naik becak ini, ada kejadian lucu dan menggemaskan."Ayo, naik becak, keliling hanya sepuluh ribu," kata
Suamiku (Tidak) JadulSesion ke-2Part 5"Aduh, Dek, abang jadi merasa bersalah sekali," kata Bang Parlindungan.Foto Burhan terpampang di layar televisi. Ada pula wawancara dari tetangga Burhan. Dia mengaku sebelum kejadian melihat ada tamu sepasang suami-istri dan dua anak. Ya, Allah, itu kami."Bagaimana ini, Bang?" aku juga ikut khawatir."Seandainya tadi kita bantu, Dek," kata Bang Parlin."Tidak, Bang, yang seperti itu tak layak dibantu,"Aku makin khawatir ketika berita di TV menayangkan vidio CCTV ketika kami pulang dari toko Burhan. Ya, Allah, apakah kami akan tersangkut kasus di sini, niat kami di sini hanya liburan.Tiba-tiba HP jadul Bang Parlin berbunyi, ada panggilan dari nomor tak dikenal. Bang Parlin memberikan padaku, dan ..."Halo, ini keluarga Parlin Nia, dengan siapa ya?" kataku kemudian."Selamat pagi, Bu, kami dari kepolisian, ada korban diduga
Suamiku (Tidak) JadulSesion ke-2Part 6Sebenarnya aku malas ke Bandung, melihat Bang Parlindungan bertemu Rara serasa mengusik rasaku. Membuat benih cemburu bertunas kembali. Cemburu itu belum sepenuhnya mati. Tetap ada, mungkin selamanya akan ada.(Iya, memenuhi undangan teman Bang Parlin) kubalas komentar Rara.(Kapan ke Bandung?)Sudah kuduga, pasti akan diajak, aku harus bilang apa, kalau Bang Parlin baca ini, dia akan langsung ajak ke Bandung.(Belum ada rencana, nanti kutanya Bang Parlin) balasku akhirnya.Belum sempat aku bertanya ke Bang Parlin, dia sudah bilang duluan."Dek, kira gak usah ke Bandung kali ini," kata suami."Lo, kenapa, Bang?" tanyaku heran."Gak enak, Dek," kita ketempat lain saja,"Ada apa dengan perubahan suamiku ini, biasanya dia selalu suka ke Bandung, ini tumben? Suami ke kamar mandi, dia letakkan HP-nya di me
Suamiku (Tidak) #JadulSeason ke-2Part 7Dunia terbalik, suami yang dulu jadul kini bilang aku jadul hanya karena aku tak tahu siapa itu Ateng, ingin bertanya sama Google kami sedang berada di pesawat."Aku mau buang air kecil, Bang," kataku pada Bang Parlin."Ya, udah, sana ada toilet, gak usah takut airnya jatuh ke bumi, airnya ditampung," kata suami."Hahaha," aku jadi tertawa, suamiku kini mengajari aku buang air di pesawat. Dia yang dulu bahkan tak pandai pakai sendok, tak bisa memakai toilet duduk, kini mengajari aku.Penerbangan dari Jakarta ke Jambi hanya butuh waktu sekitar satu setengah jam. Menjelang siang kami sudah mendarat di bandara Sultan Thaha Saifuddin. Tak ada yang menjemput kami, mereka memang sudah beritahu duluan kalau saja tak bisa jemput karena baru saja menjemput Bang Parta.Setelah turun dari pesawat, segera keambil HP dan mencari cara ke Tanjung Jabung Barat, tempat Bang Nyata
Suamiku (Tidak) JadulSeason ke-2Part 8Empat keluarga Pa Siregar sepakat mau lanjutkan liburan ke Palembang. Ini saran dari Bang Parta, sebelum merantau ke Kalimantan, dia memang pernah merantau ke Palembang. Semua setuju usul Bang Parta.Dengan mengendarai dua mobil, kami pun berangkat. Dari Tanjung Jabung Barat ke Kota Palembang memakan waktu sekitar 5 jam. Kami berangkat pagi sekalian. Tengah hari sudah tiba di kota palembang."Kita cari makanan dulu," usulku kemudian."Dasar tukang makan," jawab Rina. Akan tetapi Dame yang bawa mobil justru mengiayakan.Kami makan di restoran khas Minang, terus lanjut perjalanan menuju Jembatan Ampera. Konon jembatan ini ikon kota palembang."Ini sungai terpanjang di Sumatera, Dek," kata Bang Parlin."Iya, Bang, tau, kita cari jajanan, yuk," ajakku pada suaminya. Sementara Bang Nyatan dan Bang Parta sibuk foto-foto.Kami berjalan mencari j
Suamiku Tidak JadulSesion ke-2 part 9Ada apa dengan nama Naduma Sari? kenapa banyak orang bernama sama, mulai dari saudara sepupu Ayah mertua, anak kami, bahkan Rara pun ditabalkan nama itu, kini kami bertemu anak perempuan bernama Naduma Sari."Bisa ceritakan bagaimana ibu bisa menikah dengan ayah kami, tanpa kami tahu, sejak kapan kalian menikah, sama berapa, tinggal di mana?" tanya Bang Parlin."Begini Parlin, Parlindungan Siregar, sebenarnya aku tak butuh pengakuan, aku bahagia bersama ayah kalian, itu saja sudah cukup bagiku," kata Ibu tersebut."Begini, Bu, bila benar kami akan berikan hak Ibu, yaitu seperdelapan dari harta peninggalan ayah kami," kata Bang Parlin lagi."Sudah kubilang, Pain, aku tak butuh pengakuan kalian, toh selama ini pun aku dirahasiakan, tapi bila kalian ingin tahu juga, begini ceritanya," kata ibu tersebut, dia menghentikan ceritanya sejenak, memperbaiki letak duduknya.