Drey tidak berkedip memandangi Anna yang hanya mengenakan pakaian dalam. Dia terbengong-bengong tidak percaya. Sepersekian detik tersadar, “Apa kamu gila?!” teriaknya. Drey merasa frustrasi oleh kelakuan Anna.
Anna seperti ingin telanjang di depan Drey tanpa sehelai benang. Itu gila!
Anna tidak peduli dengan teriakkannya. Dia semakin ingin membuka baju.
Drey langsung memalingkan mukanya dan menyuruh Anna memakai baju. “Cepat pakai bajumu,” suruhnya memaksa. "Ini adalah hal yang bodoh, Anna. Kamu seperti ingin merusak rumah tanggaku dan merusak harga dirimu sendiri. Itu hal yang sangat-sangat gila."
Anna menjadi kesal. Berkali-kali Drey mengatakan dirinya gila. Wajahnya sudah memerah, menahan rasa kesal kepada Drey. Saking kesalnya, Anna melemparkan benda ke dinding dan membantingkan barang-barang untuk melampiaskan emosinya. Dan apartement Anna seperti kapal pecah.
Sementara itu, Drey segera pe
Terlalu lama menunggu Drey pulang, Aku merebahkan kepala di atas meja. Tanganku meraih bingkai foto dan menatap lekat potret diriku dengan Drey. Di foto itu Drey mencium bibirku, foto kenangan saat pernikahan. Saat itu Drey memasangkan cincin di jariku dengan tersenyum manis, jantungku sangat berdebar.Huh. Bila membayangkan membuat aku tersenyum miris. Kenyataan hidup tidak seindah apa yang aku harapkan.“Aku tahu. Perubahan dalam diri seseorang pasti ada, tapi detik ini aku menyadari. Aku benar-benar tidak menyangka skenario Tuhan setelah aku menikah, kenyataan bahwa kamu menyukai wanita lain."Aku mengelus wajah Drey di dalam foto tersebut. Mataku mulai memanas, Batinku terasa sakit dan cemburu. Tapi berusaha tetap tegar karena sekarang telah menjadi istri Drey.Terkadang pemikiran bodoh memang ada, mengharapkan cinta kelak seindah kisah novel dan berakhir happy ending. Perasaan cemburu, sakit hati hanya dipendam dalam benak, hanya bisa menahan rasa
"Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, Ryn. Aku menyakitimu lagi, maafkan aku,” lirih Drey.Suara Drey sangat lirih, namun aku masih bisa mendengar suara itu menelusup indra pendengaranku." Kamu memang menyakitiku, Drey," batinku.Drey semakin mengelus dahiku dan memainkan anak rambutku.Jika Anna tidak kembali ke Indonesia, mungkin Drey tidak akan berubah.Jika cinta pertama Drey bukan Anna, mungkin Drey tidak akan jatuh cinta kepadanya.Apa aku menyalahkan Anna? Tentu saja tidak. Aku tidak sepenuhnya menyalahkan Anna, karena memang masalah terjadi begitu saja. Walaupun masalah datang setelah kehadiran Anna.“Aku sungguh bingung, Ryn.” Drey memegang erat tanganku.Aku masih memejamkan mata dan berpura-pura tidur, tapi aku yakin, Drey mengetahui bahwa aku hanya berpura-pura tidur saja.Tiba-tiba Aku merasakan tetesan air jatuh membasahi ke tangan. Itu air mata Drey. Drey sekarang menangis? Menangisi telah menyakitiku atau menangisi ruma
“Aku tidak apa-apa,” dustaku.Tidak apa-apa? Rasanya aku ingin tertawa hambar mendengar perkataan diriku sendiri. Sok tegar dan sok kuat di depan suamiku.“Aku menyakitimu lagi. Kamu bilang tidak apa-apa?” Wajah Drey sendu menatap lekat bola mataku. “Aku bersalah, maafkan aku, Ryn. Aku menjadi suami yang buruk dan brengsek!”Aku mengigit bibir bawah. “Berhantilah meminta maaf, Drey,” perintahku. Karena bagiku, permintaan maaf tidak akan menyembuhkan hatiku yang terluka dan kecewa.Drey menggeleng kepala. “Aku sangat merasa bersalah. Aku bodoh! Pasti rasanya sakit, 'kan?” Drey meneteskan air mata kembali.Begitu juga denganku, aku tidak bisa menahan bendungan air mata. Aku menangis, setiap kali ingin terisak, aku menahan isakan yang akan keluar dari mulut dengan merapatkan bibir dan tersenyum joker.Drey menghapus jejak air mata di pipiku lalu membelai pipiku. “Jangan menangisi lelaki sepertiku, Ryn. Berhentilah menangis,” kata Drey. "Aku mohon, in
Hari ini gelap tiga bulan aku dan Drey membina keluarga. Kehangatan dan keromantis keluarga tercipta. Meskipun aku tahu, cinta Drey masih belum sepenuhnya untukku. Tapi Drey memperlakukanku dengan baik.Ketika mengharapkan kebahagian rumah tangga, tapi ada orang ketiga. Dulu Drey mencintaiku, sangat mencintai. Jadi dia menikahiku. Namun setelah pernikahan hal yang tidak terduga, kakakku mencintai suamiku.Itu sungguhan. Nyata terjadi kepadaku.Dan kini kisah cintaku klise garis berwarna hitam dan putih, terlalu rumit untuk dipahami.Drey mencintai kakakku, namanya Anna. Tapi faktanya aku dan Drey yang menikah. Masalah datang bertubi-tubi menghantam keteguhan cinta dan sedikit demi sedikit membuat lubang yang menyakitkan pada hatiku.Hari ini aku berangkat ke kampus bersama dengan Drey. “Nanti malam ke rumah mama, ya?” kata Drey setelah mobilnya terparkir di tempat par
“Auryn, aku mencintamu!” ucapnya dengan cepat. Yaya, sudah bisa ditebak dia malu untuk mengatakan, jadi berkata dengan cepat.Aku terkejut bukan main ketika dia mengatakan mencintaiku. Dan aku heran, keherananku bertambah dua kali lipat. Pasti dia bercanda. Aku sedikit risih dengan sikap mahasiswa itu sedang berlutut di depanku, aku hendak menyuruhnya untuk berdiri tapi seruan seseorang membuatku mengurungkan niatku.“Hei! Ucapanmu kurang jelas, kami di sini tidak mendengar. Ayo katakan lebih keras lagi!” seru mahasiswa di bawah pohon rindang.Aku segera memalingkan wajah ke arah gerombolan mahasiswa di sana, tidak lain yang berseru adalah Tedy, mahasiswa paling jail. Oh, rupannya begitu, mahasiswa yang di depanku sedang dikerjain oleh anak jail itu.“SARANGHAE AURYN! AKU MENCINTAIMU!” serunya dengan lantang masih menundukkan kepalanya dalam-dalam. Mungkin dia sangat malu.Aduh, ada ada aja.Gerombolan mahasiswa nakal itu tertawa terbahak-ba
“Hey!”Tepukan di pundak Drey membuatnya menoleh seketika lalu menatap ke bawah lagi. Lelaki itu sudah tahu siapa gerangan yang menepuk pundaknya.“Nggak masuk ke ruangan? Bukannya bentar lagi kamu mengisi kelas, Drey?”Drey diam.Wanita itu bernama Anna. Dia memperhatikan Drey tengah asik memandang ke bawah membuatnya semakin penasaran, sebenarnya apa yang Drey lihat?Di bawah, lebih tepatnya di halaman kampus melihat Auryn bersama mahasiswa kedokteran. Anna juga tidak kalah heran lantas mengeryit dahi dan bergumam, “Auryn? Apa yang dia lakukan di sana?”Drey masib diam, matanya terfokus ke arah Auryn berdiri di sana.“Kau cemburu?” duga Anna.Cemburu? Satu kata itu membuat pikiran Drey sadar. Ah, mungkinkah dia cemburu? Cemburu ketika memperhatikan istrinya yang sedang digoda. Itu tidak mungkin!Drey malah pergi dari tempat itu setelah Auryn hilang dari pandangannya. Ya, saat itu juga Auryn pergi meningg
“Aku telah berbuat salah kepadamu?”Drey masih diam.“Drey?!” Aku terus memaksa Drey untuk berbicara denganku. Aku pusin, kesal dan bingung memikirkan kenapa Drey hanya diam saja. “Jangan membuat aku bingung dong, Drey. Katakan salahku? Apa yang membuat kamu marah?”Kemudian aku memasang wajah cemberut dan memilih berdiri meninggalkan Drey yang tak kunjung mengatakan apapun, saat hendak pergi tanganku tiba-tiba ditarik oleh Drey. Aku kaget setengah mati karena terjatuh di atas tubuh Drey.Itu memalukan! Aku segara bangkit berdiri, tapi tangan Drey memegang menahanku.Suasana mendadak canggung.Aku berusaha untuk berdiri karena jarak wajahku dengan Drey sangat dekat, apalagi posisiku berada di atas tubuhnya. Mataku melotot karena Drey menahan tubuhku semakin kuat.“Lepas—”“Aku marah kepadamu,” bisiknya lirih tepat di telingaku.Tubuhku langsung kaku di tempat mendengar bisikan dari Drey yang membuatku merinding.
Malam ini aku dan Drey pergi ke rumah Mama Davina, ibu kandung Drey. Aku tahu, Drey sangat menghormati Mama Davina, bahkan Drey sangat penurut. Drey juga anak satu-satunya Mama Davina.“Nanti di depan Mama, panggil aku sebutan seperti biasa. Tapi jangan menunjukkan sikap canggung, aku nggak mau Mama khawatir tentang hubungan kita.”Penjelasan dari Drey membuat aku bingung. Apa maksudnya? Apa Drey ingin menyembunyikan masalah keluarga beberapa hari yang lalu? Maksudnya, Drey tidak ingin Mama Davina tahu bahwa dia mencintai kakakku.“Aku mengerti,” kataku lalu keluar dari mobil dan mengetuk pintu rumah Mama Davina.“Wah mantuku sayang datang ke rumah mama, masuk, Nak," sambut Mama Davina sambil mendekati kami.Drey mencium punggung tangan Mama Davina, begitu juga denganku dan kemudian mama Davina merangkulku membawa ke ruang keluargaAku tersenyum lebar membalas sambutan Mama Davina. “Mama apa kabar?”“Mama baik dan sehat dong!” ja