Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 10 : Dicumbu dalam kegelapanPintu kamar terbuka, terlihat Mas Gilhan muncul dai balik pintu. Jantung ini jadi berdebar cepat dan aku tak berani bergerak dari depan meja rias karena tak pede dengan lingeri yang kukenakan ini.“Sayang, ayo makan malam dulu!” Mas Gilhan menghampiriku.Aku meliriknya namun masih tetap pura-pura fokus dengan cermin di hadapan, jadi ningung harus melakukan apa.“Sayang, ayo!” Mas Gilhan mengulurkan tangannya.Dengan meremas jemari yang kini menjadi dingin dan gemetar, aku bangkit dari kursi dan memberanikan diri meliriknya.“Sayang, kamu baju baru?” tanya Mas Gilhan sambil tersenyum.“Iya, Mas, kamu suka gak?” tanyaku pelan dengan meliriknya sekilas lalu menundukkan wajah.“Hmm ... suka dong, tapi lapisi lagi pakaianmu ini jika mau keluar!” jawab Mas Gilhan dengan mengamatiku lalu menarikku ke dalam pelukannya.“Iya, Mas .... “ Aku mengangkat wajah lalu melingkarkan tangan di lehernya berharap lelaki ini mengerti mauku.
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 11 : Nyata atau Mimpi?“Selamat pagi, Sayang.” Terasa sebuah kecupan mendarat di dahi juga suara lembut khas suamiku.Aku membuka mata dan mendapati diriku sedang terbaring di tempat tidur, padahal tadi malam aku ingat betul kalau sedang duduk meringkuk dengan memeluk lutut yang mungkin telah ketiduran, tapi kini aku tertidur dengan posisi seperti biasanya, di samping suamiku, lengkap dengan selimut.“Sayang, kok bengong saja? Kamu kenapa?” tanya Mas Gilhan menyentuh pipiku, ia berbaring menyamping dengan menghadap kepadaku.“Mas, tadi malam kamu ke mana?” tanyaku dengan berusaha mengingat apa yang terjadi setelah aku duduk meringkuk dengan memeluk lutut saat putus asa mencari keberadaan suamiku itu.“Maksudmu apa, Sayang? Aku tak ada ke mana pun. Hmm ... bangunlah, hari ini kita ajak anak-anak jalan keluar,” ujar Mas Gilhan sambil beranjak dari tempat tidur.“Mas, tadi malam ... pas mati lampu, kamu ke mana?” Aku beranjak bangkit lalu menarik tanga
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 12 : Sendiri di RumahAku tak jadi membalas pesan Bianca, tapi melakukan panggilan video saja, biar lebih enak ngobrolnya.“Bi, kamu lagi di mana?” tanyaku saat panggilan telah tersambung kepada temanku dengan rambut potongan bob itu.“Lagi di rumah, kamu udah baca chat dari aku ‘kan? Kalau kamu merasa tak mau percaya, nggak apa-apa kok,” jawabnya.“Udah, emang kamu mimpiin aku kenapa tadi malam?” tanyaku penasaran.“Hmm ... itu cuma mimpi sih, kamu boleh percaya atau tidak, semuanya hanya firasatku saja.” Bianca terlihat sedang duduk di atas tempat tidurnya.“Apa itu? Cepat ceritakan!” desakku penasaran.“Tadi malam ... aku mimpiin kamu ... hendak dibunuh oleh makhluk bertubuh hitam besar, berbulu, berkuku panjang juga bertaring .... “ ujar Bianca dengan raut cemas.Aku menelan ludah sebab yang dikatakan Bianca memang sudah terjadi kepadaku, hanya saja aku masih belum bisa membedakan itu mimpi atau nyata.“Bi, yang kamu mimpiin itu memang sudah kua
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 13 : KesurupanRasanya tidak sah jika pintu yang hanya tinggal dibuka ini malah kutinggal begitu saja. Aku menarik napas panjang dan bersiap melihat ada apa di balik pintu ini.“Bi, tunggu sebentar, aku akan segera ke sana. Ini aku sedang dalam misi penting, teleponnya jangan dimatiin dulu,” ujarku dengan mengapit ponsel diantara bahu dan telinga, sedang kedua tangan kugunakan untuk membuka pintu berbahan keras ini.Jantung semakin berdebar tak karuan, tubuh jadi panas dingin. Semuanya akan segera terkuak. Kutarik pintu itu perlahan dan menyiapkan diri melihat apa yang didatangi suamiku setiap malam itu.“Nyonya Sindy, sedang apa di sini? Itu di depan ada temannya yang nyari.” Sebuah suara membuatku terkejut dan membuatku harus menoleh ke belakang.Belum sempat aku membuka pintu itu, tangan Pak Satpam sudah menekan ke depan, membuat aku tak bisa untuk menarik daun pintu.“Pak Satpam, lepaskan tanganmu! Aku mau membuka pintu ini,” ujarku dengan jengk
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 14 : Keluar RumahSetelah mengalami pergolakan batin beberapa saat, kuputuskan untuk tetap pergi bersama Bianca walau raga seakan tak mau terpisah dari suamiku yang mendadak romantis siang ini. Sedikit dilema juga, namun aku harus menentukan pilihan.“Mas, aku pergi, ya,” ujarku berusaha melepaskan diri dari pelukannya.“Hmm ... kasih Mas kiss dulu,” ujarnya dengan sambil menoleh ke sekitar, mungkin karena takut ada anak-anak yang melihat adegan dewasa ini.Aku menahan senyum dan membiarkan dia menautkan bibir kamu. Napasku menjadi memburu, seakan menginginkan hal yang lebih lagi. Agghh ... Bianca ada di teras, dia pasti sudah keluh kesah menungguku.“Mas, aku harus pergi, kasihan Bianca udah nungguin,” ujarku dengan sambil mengelap bibirku yang mungkin lipstiknya sudah memudar karena ulah Mas Gilhan barusan.Mas Gilhan tersenyum. Aku bangkit dari sofa lalu melangkah bersamanya menuju teras.“Hati-hati, Sayang.” Mas Gilhan melambaikan tangan saat ak
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 15 : Sedikit Terkuak“Kamu takkan dibunuh, Sin. Jadi, setelah kamu kembali ke rumah suamimu nanti, bersikaplah seperti biasanya. Lalu selidiki misi suamimu di halaman belakang itu, sebab mata batinku tak bisa menembus sana,” ujar Bianca dengan memegang pundakku, ia berusaha membuatku tenang.“Bi, kenapa aku harus mengalami hal aneh ini, Bi? Mengapa harus aku, lalu kenapa Mas Gilhan melakukan semua ini kepadaku?” Aku menahan tangis, semua ini begitu membuatku terpukul.“Ada sesuatu di dalam dirimu yang membuat Mas Gilhan memilihmu, Sin. Dekatkan dirimu dengan Yang Maha Kuasa, mintalah pertolongan dengan-Nya sebab hanya Dialah yang mengetahui segalanya." Bianca menggenggam tanganku."Bi, semenjak di rumah itu ... aku jadi tak bisa melakukan ibadah apa pun, aku mendadak lupa semua ayat-ayat Al-quran. Aku harus gimana, Bi?" Aku menatap nelangsa Bianca, sumpah ... Aku bingung saat ini. Semuanya tak masuk diakal, tapi kejadian ini nyata adanya.***Setela
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 16 : Bau BusukAku menggigit bibir dengan berusaha menahan napas, bau busuk ini semakin menusuk hidung. Apa hanya aku yang menciumnya, kenapa Mas Gilhan dan anak-anak santai saja? Semua ini semakin menambah keanehan, aku semakin yakin dan percaya dengan kata-kata Bianca.“Sayang, kamu kenapa?” tanya Mas Gilhan.“Eh ... hmm ... kamu dan anak-anak nggak mencium bau aneh, Mas?” tanyaku dengan menutup mulut dan hidung dengan tangan.“Nggak, emang bau aneh seperti apa, Sayang?” tanya Mas Gilhan dengan mengusap kepalaku.Aku menghembuskan napas berat, tak tahan lagi rasanya dengan bau yang membuatku seperti mau muntah begini.“Sayang, kamu sakit? Ya sudah, kita ke kamar saja. Niko, matikan tvnya! Antar adik-adikmu ke kamar, lalu tidur,” ujar Mas Gilhan kepada putranya yang terlihat masih sibuk bermain game di ponsel.Niko hanya mengangguk, Mas Gilhan menggandengku menuju anak tangga lalu naik ke lantai atas. Bau busuk itu perlahan menghilang saat kini sud
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 17 : Berita DukaDengan memberanikan diri, aku membuka pintu kamar, lalu mengedarkan pandangan ke sekitar juga lantai bawah. Suasana rumah ini sudah gelap, mungkin semua orang telah tertidur, padahal rasanya belum lama saat aku masuk kamar bersama Mas Gilhan tadi. Sekarang juga baru pukul 21.00, belum tengah malam ini.Semuanya harus segera terkuak, aku harus bisa mengetahui apa misi sebenarnya Mas Gilhan menjadikanku istrinya, sedang hingga saat ini, ia belum juga menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami. Padahal tadi kukira aku akan mendapatkannya malam ini, nyatanya gagal juga.Kini langkahku telah tiba di lantai bawah, suasana terasa semakin mencekam tapi lantunan ayat kursi masih mengaung dari ponsel di saku celana pendekku. Berkat usulan Bianca, aku merasa memiliki senjata, walau lawanku saat ini setan gentayangan.Tiba-tiba, dari arah dapur, aku melihat penampakan sekelebat bayangan hitam. Ponsel di saku celana juga mendadak mati, aku