Share

Bab 11 Dia Suamiku

Sienna mendongak dan kebetulan melihat tatapan sinis yang tebersit pada wajah Jacob.

Sekelompok orang itu berjalan melewati Sienna tanpa meliriknya sama sekali. Pemimpin kelompok itu berjalan sambil fokus berbincang dengan Jacob. Tutur bicaranya sangat sopan, bahkan terkesan seperti sedang menjilat dan takut menyinggung perasaan Jacob. Orang-orang yang mengikuti di belakang mereka juga berpakaian rapi.

Ini adalah lingkaran sosial yang sangat asing bagi Sienna. Setelah terdiam di tempat sejenak, Sienna membawa tas tongkat golfnya dan berjalan keluar.

Calvin mengenakan pakaian olahraga merek terkenal, penampilannya biasa-biasa saja. Begitu mengayunkan tongkat golf, bola yang terlempar jauh dengan lengkungan indah itu masuk ke dalam lubang dengan akurat. Melihat kehadiran Sienna, Calvin menyerahkan tongkat golfnya kepada pelayan lapangan yang berada di sampingnya.

"Nona Penny, susah sekali mengatur jadwal denganmu."

Sienna tersenyum sopan, lalu duduk di sampingnya dan berkata, "Tuan Calvin bisa saja. Aku cuma karyawan biasa."

Saat mereka sedang berbicara, staf di sebelah mulai membersihkan area. Bisa dilihat, sebentar lagi akan ada orang penting yang datang.

Menyadari arah pandangan Sienna, Calvin mulai membanggakan diri, "Kamu tahu Grup Yuwono, 'kan? Hari ini, ayahku ada janji temu dengan mereka untuk membahas kerja sama kontrak bernilai 40 triliun."

Sienna pernah menangani berbagai klien dengan kepribadian yang berbeda-beda sebelumnya, termasuk orang yang suka membual. Di saat seperti ini, langkah yang paling tepat adalah memuji mereka.

"Aku dengar, Tuan Calvin membeli tanah senilai 600 miliar tahun lalu. Bagi Tuan Muda Bank Megah, uang 40 triliun itu seharusnya cuma sedikit, bukan?"

Terlintas sorot bangga pada tatapan Calvin, sudut bibirnya terangkat ketika berkata, "Bukan jumlah kecil juga sih. Tapi, Bank Megah adalah mitra kerja sama pertama Grup Yuwono setelah kepulangan Tuan Jacob kali ini. Bisa dibilang, ini adalah sebuah kehormatan."

"Kepulangan Tuan Jacob memang menimbulkan sensasi besar," pungkas Sienna. Meski tidak berlebihan, pujian Sienna ini tepat pada sasaran.

Sambil menerima segelas air yang diserahkan oleh pelayan, Calvin berjalan ke arah lapangan. Sementara itu, Sienna mengikutinya dari belakang.

"Iya, tapi kata ayahku dia sudah menikah."

"Oh, ya? Tuan Jacob nggak kelihatan seperti pria yang sudah berkeluarga."

Sienna mengeluarkan tongkat golfnya untuk menemani Calvin bermain. Jika kliennya suka bergosip, Sienna akan meladeninya sebisa mungkin.

"Aku rasa juga begitu. Kalau memang sudah menikah, mana mungkin dia nggak pernah bawa istrinya? Kecuali istrinya itu sangat jelek."

Gerakan tongkat Sienna terhenti sejenak, kemudian dia menyesuaikan posisinya sambil menimpalkan, "Mungkin saja."

Melihat kibasan rambut Sienna di udara, ditambah dengan kulitnya yang tampak berkilau cerah di bawah sinar matahari, Calvin tidak kuasa menelan liurnya. "Kalau istri Tuan Jacob secantik Nona Penny, pasti dia akan membawanya keluar setiap hari."

"Tuan Calvin bisa saja, aku nggak seberuntung itu."

Setelah mengobrol santai sejenak dan memainkan beberapa putaran golf, Calvin mengatakan bahwa dia ingin beristirahat.

Pada kesempatan ini, Sienna berencana untuk menanyakan detail desainnya. Namun, sebelum dia bersuara, Calvin sudah menyela, "Setelah bermain golf, badanku jadi keringatan. Gimana kalau kita ganti baju dulu?"

Sienna berpikir sejenak, rasanya memang tidak pantas membahas urusan bisnis dalam keadaan seperti ini. Setelah menyelesaikan mandinya dengan cepat, Sienna baru saja mengganti pakaiannya ketika pintu ruang ganti dibuka.

Sienna mengernyit, ruang ganti ini adalah ruang pribadi. Kenapa ada orang yang masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu? Ketika mendongakkan kepalanya, dia melihat orang yang masuk ternyata bukan seorang staf.

Usai mandi, Calvin hanya membungkus dirinya dengan handuk dan berdiri di tempat itu. Tubuhnya tidak terlalu kekar. Sekilas, bisa dilihat bahwa ini adalah tubuh yang terbiasa dengan pesta dan alkohol.

Sienna merasa ada yang tidak beres, jadi dia berkata dengan hati-hati, "Tuan Calvin sepertinya salah ruangan, ya? Di sini adalah ruang ganti wanita."

Calvin hanya tersenyum dan memandang Sienna dengan lancang sambil berkata, "Ada yang pernah bilang nggak, kamu itu cantik sekali."

Sambil berbicara, Calvin berjalan mendekat dengan sambil tersenyum licik, "Sebelumnya kamu selalu cuek kalau diajak ketemuan. Tapi, kali ini kamu langsung datang begitu saja. Lagi butuh uang, ya?"

Sienna melangkah mundur sambil berkata, "Tuan Calvin, mohon jaga sikapmu."

Calvin justru menyukai sikap Sienna yang dingin ini. Wanita memang harus bersikap tegas, baru kelihatan menarik ketika dipaksa.

"Tenang saja. Kalau kamu melayaniku dengan baik, aku akan menambahkan beberapa miliar lagi untuk biaya desainmu."

Terlintas rasa jijik dalam pandangan Sienna. Ketika baru saja hendak melangkah keluar dari ruangan, tangan Calvin merangkul pinggangnya. "Ada anggotaku yang berjaga di lorong, memangnya kamu kira kamu bisa lolos?"

Dengan wanita secantik ini dalam pelukannya, Calvin tidak bisa menahan diri untuk mendekat.

"Aku nggak bermaksud mau melarikan diri, tapi apa Tuan Calvin yakin mau berbuat seperti ini?"

Sienna menarik napas dalam-dalam dan berusaha menenangkan diri. Dari segi kekuatan, dia sudah pasti tidak bisa melawan Calvin. Apalagi, ada anggota Calvin yang berjaga di luar sana.

"Dengan susah payah, Bank Megah baru bisa bekerja sama dengan Grup Yuwono. Nggak mungkin karena kecerobohan Tuan Calvin yang sesaat, membuat semuanya jadi kacau, bukan?"

Calvin melihat Sienna sekilas, lalu tertawa sambil berkata, "Maksudmu, Jacob akan membatalkan kerja sama dengan Bank Megah demi kamu?"

"Ya," jawab Sienna dengan yakin. Ucapannya ini membuat Calvin ragu sesaat.

"Apa hubunganmu dengan Jacob?"

"Dia suamiku," jawab Sienna.

Tawa Calvin langsung pecah mendengar jawabannya. Namun, detik berikutnya, Sienna malah berkata, "Kalau Tuan Calvin nggak percaya, aku bisa meneleponnya dan menyuruhnya datang sekarang."

Perkataannya ini membuat senyuman di wajah Calvin membeku. Jika Sienna tidak berbohong, ketika Jacob datang nanti dan melihat istrinya berduaan dengan pria lain di ruang ganti ....

Kalaupun pria itu tidak menyukai istrinya, egonya sebagai pria juga pasti akan terluka, bukan?

Karena merasa tidak yakin, Calvin juga tidak berani menyentuh wanita itu lagi. Dia melepaskan tangannya dengan wajah muram.

Sienna bertaruh bahwa Calvin tidak akan berani mengambil risiko. Dia diam-diam merasa lega, lalu mengambil barang-barangnya dan membuka pintu ruang ganti.

Saat baru saja keluar, langkah kaki Sienna terhenti. Melihat sosok yang berjalan ke arahnya, Sienna merasakan hawa panas yang menjalar dari punggungnya.  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status