Bab 106“Alah udahlah, kamu nggak usah kebanyakan alasan! Kalau memang kamu nggak percaya sama aku tuh bilang aja! Gak usah pakai acara alasan-alasan begitu. Aku juga tahu kok, aku memang bersalah sama kamu. tapi kan aku sedang berusaha untuk memperbaiki diri. Aku juga sudah janji sama kamu kalau aku bakalan setia dan menjadikan kamu sama anak kita sebagai prioritas utama. Tapi kalau kamu terus-terusan mencurigai aku, terus-terusan ngecek aku secara berkala. Terus nanti gimana caranya aku bisa konsentrasi kerja? Baru apa-apa sedikit aja kamu udah curiga. Baru aku nggak bisa dihubungi sebentar aja, kamu udah langsung telepon ke sana-sana. kayak aku jadi buronan aja!” Saleh lagi-lagi menunjukkan secara jelas rasa marahnya kepada Mega.“Ya Allah Mas… sungguh aku minta maaf sama kamu, bukan maksud aku buat mencurigai kamu lagi. Aku hanya khawatir kalau kalau kamu merasa kesulitan karena ini adalah hari pertamanya kamu kerja dan mengambil alih bisnis aku.”Rupanya ucapan Mega barusan, seka
Bab 107Walaupun kelihatannya tidak terlalu cakep, tapi sebenarnya Soleh cukup mengerti tentang pembukuan dan juga data keluar masuknya uang. Dia hanya kurang beruntung saja dalam hal pekerjaan. Tapi secara kecerdasan, dia sebenarnya cukup mumpuni. Hingga saat dia melihat laporan yang diberikan oleh kedua pegawainya, yaitu Retno dan juga Hilda. Ada sesuatu hal yang cukup mengganjal di dalam benak Saleh. Di mana laporan yang sempat di abaca dan dia terima dari sang istri sebelumnya, justru jauh berbeda dengan apa yang dia lihat di data saat ini. Ada beberapa selisih yang terlihat nyata dari laporan yang dia baca sekarang.Sampai akhirnya Saleh yang sudah yakin betul, bahwa memang terdapat selisih dan kejanggalan di dalam data tersebut, akhirnya memanggil kedua pegawainya itu untuk menghadap dirinya sekarang juga.“Saya sudah membaca Semua yang ditulis di sini. Tapi ada satu hal yang menurut saya tidak sesuai dengan apa yang dituliskan. Yaitu laporan pembukuan ini, saya mau tanya sama k
Bab 108.Ari masih terus kepikiran tentang Mega. Apalagi, setelah beberapa hari berselang, ternyata Saleh masih mengulang perbuatan yang sama. Dia masih tetap datang ke restoran milik Ari bersama dengan wanita simpanannya tersebut. Mereka berdua bahkan tidak lagi canggung untuk memamerkan kemesraan mereka dihadapan semua orang. Dan bersikap layaknya suami istri. Walaupun menurut Ari, itu sama sekali tidak pantas. Karena pasangan suami istri yang sebenarnya, biasanya justru tidak akan terlalu vulgar seperti ini.Sementara dia mengetahui kenyataan bahwa suami dari sahabatnya sendiri tersebut sedang berselingkuh. Dia juga harus melihat kenyataan bahwa sahabatnya yang tidak tahu apa-apa justru merasa bahagia dan gembira. Meskipun ada beberapa kali, Mega menghubungi dirinya dan mengeluhkan soal sikap Saleh yang sering kali untuk terpancing amarahnya hanya karena hal sepele. Seperti beberapa waktu lalu. Saat Mega yang tak sengaja bertemu dengan Ari ketika dia baru saja mengantarkan Kevin ke
Bab 109.Sementara itu di tempat yang lain, Mamat dan juga Desi akhirnya menyelesaikan serangkaian pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter yang ditunjuk dan diinginkan langsung oleh kedua orang tua dari Desi tersebut. Walaupun Mamat sebenarnya sangat lelah. Secara fisik tapi juga lebih ke arah batinnya. Dengan semua treatment yang dia lakukan belum lagi mendapat sorotan tajam dari kedua orang mertuanya tersebut, membuat pria itu hanya bisa berulang kali menghela nafas panjang dan menunjukkan ekspresi lelah yang begitu nyata di hadapan sang istri.Kini mereka berdua hanya tinggal menunggu hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh Mamat dan juga Desi. Sebelum kemudian mengetahui apa yang akan menjadi solusi yang nantinya ditawarkan oleh sang dokter kepada mereka berdua.Sementara menunggu hasil pemeriksaan. Mamat mengajak Desi untuk berbicara berdua saja. Dia mengajak istrinya tersebut untuk pergi ke sebuah ruangan yang memang agak jauh dari tempat tumbuh di mana kedua mertuanya berada.
Bab 110Retno masih menangis tersedu-sedu di rumahnya. Saat ini sudah ada Mega dan Hilda yang berkunjung. Setelah insiden Retno yang tertangkap melakukan pencurian di toko dia terus menyesali perbuatannya setiap kali berhadapan dengan mantan bos dan rekan kerjanya, dia tidak bisa menyembunyikan rasa bersalah. "Kami ke sini bukan untuk melihat kamu menangis, melainkan mau melihat ibumu." Hilda yang tidak tega melihat tangisan Retno akhirnya bersuara. Sementara Mega mengeluarkan tisu dari tasnya. Dia mengulurkan tisu itu untuk Retno. "Di sini juga ada kesalahan kami karena tidak terlalu memperhatikan kesulitan kamu. Mau bagaimanapun juga kamu tetap bagian dari rekan kami yang seharusnya mendapatkan perhatian yang layak." Dia menambahkan, mencoba untuk menenangkan gadis itu.Retno membersit hidungnya sebelum menjawab, "Tetap aja saya merasa bersalah karena sudah melakukan hal yang memaluka, Mbak.""Kalau kamu merasa bersalah dan malu, aku rasa itu udah cukup. Tandanya, kamu nggak meny
Bab 111“Ini, aku serius. Kalau aku jadi cowok, udah naksir berat sama Mbak Mega.” Hilda masih tetap bersikeras menjadikan mantan bosnya itu sebagai topik pembicaraan kali ini.“Kenapa mikirnya begitu?”“Yah, Mas ini nggak peka atau emang nggak peduli, sih?”“Apa bedanya?”Hilda terkikik. “Ya emang, sih. Apa yang bisa diharapkan sama Mas Ari? Hidupnya seakan terjebak dalam tempurung kelapa. Masa lalu masih aja menjadi alasan buat nggak melirik orang lain.” Dia mencibir, tidak peduli dengan eskpresi Ari yang hampi seperti ingin memakannya.“Nggak punya kaca atau emang udah lupa kalau kamu punya muka?” tukasnya tak mau kalah. “Orang yang punya masalah sama kenapa harus saling meledek, sih?” Jeda sesaat untuknya meminum es hingga tandas. “Kamu juga harus ingat kepada siapa kamu mengadu soal perceraianmu dan berapa lama kamu menggalau.”Hilda meringis. Mana mungkin dia lupa tentang masalah yang menjadi titik balik kehidupannya? Dia dan mantan suami yang berakhir dengan perpisahan. Masalah
Bab 112"Kenapa kamu jadi bentak-bentak aku?! Emangnya apa yang salah, hah? Orang Kamu yang bilang sendiri waktu dulu, kok. Kamu butuh uang yang banyak karena nggak mau jadi bahan tertawaan dan ejekan teman, tenagga dan saudara sendiri!" Tidak mau kalah, Febi membalas dengan suara yang lebih nyaring. Hal itu tentu saja membuat orang-orang di sekitar mereka memperhatikan keduanya dengan tatapan heran sekaligus tatapan seolah mereka terganggu. Pelayan yang sedang menyajikan makanan di atas meja Mereka pun sampai melirik takut-takut baik kepada si wanita maupun pria."Tapi itu dulu, tante! Itu karena aku benar-benar putus asa! Aku nggak mau dipandang rendah sama orang lain! Tante mungkin nggak merasakan gimana penderitaanku saat itu karena tante emang nggak pernah kekurangan uang sama sekali!" Wajah Saleh memerah dengan bola mata yang melotot dan seolah hampir keluar hanya dengan satu kali hentakan saja. Dia tidak peduli dengan Bagaimana pandangan orang di sekitar melihatnya.. sudah ter
Bab 113Mega tidak mengajak Saleh bicara lagi setelah pertengkaran beberapa menit yang lalu. Saat ini dirinya masih berada di ruang tamu sedangkan Saleh sudah masuk ke dalam kamar. Setidaknya, Saleh tidak keluar lagi malam ini seperti malam-malam sebelumnya.Wanita itu sedang merenungkan, berpikir tentang apa yang kemungkinan terjadi pada suaminya itu sampai bisa marah besar dan memintanya agar pergi dari hadapan Mega merasa sakit hati, terluka dan tercabik-cabik namun dia juga berpikir bahwa mungkin saja terjadi sesuatu hal yang buruk saat Saleh berada di luar dan hal yang memungkinkan bagi lelaki tersebut melepaskan emosi ketika berhadapan dengan sang istri.Karena hal itulah Mega mencoba untuk mengerti dan memaafkan Saleh sekali lagi.Setelah cukup lama dia berada di ruang tamu sambil menunggu Anda harus suaminya tertidur terlebih dahulu, dia beranjak dari sana dan menuju ke kamar. Saat itu juga dia baru tersadar ada pakaian yang teronggok di lantai dan itu terlihat asing di matany