Jax’s PoV“Jadi apa rencanamu setelah ini, Jax? Apakah kau akan tetap menjadi pengawal Ivanna sementara gadis itu akan segera menikah?” tanya Ayden, saat aku berada di laboratorium pribadi miliknya.Aku memiliki tugas penting kali ini, karena salah seorang Lycan yang sudah menjadi residivis kini berulah kembali. Aku harus menangkap bahkan bila perlu menghabisinya.Namun, aku sengaja mampir ke tempat Ayden biasa menghabiskan waktu, untuk meminta persediaan serum, juga serum tritmen yang Ayden buat untuk Ivanna.“Aku tak tahu, kawan. Sulit untuk mengubah pendirian dan keputusan gadis itu jika tidak atas dasar keinginannya. Sementara selama ini, aku berusaha memberi tahu segalanya, tetapi ia tak percaya. Pria itu adalah seorang penjahat, Ayden.” Aku menyuntikkan cairan itu, kemudian memasukkan sisanya ke dalam saku jaketku.Ayden memberikan respon atas perkataanku sebelumnya, tetapi tidak terlalu terdengar olehku, karena aku kini tengah mempersiapkan persenjataan seperti pistol dan sarun
Ivanna’s PoVAku menatap sudut ruangan di mana Jax biasa berada di sana. Kosong. Ia tak ada di mana pun. Aku yakin ia yang menyelamatkanku dari Kay, tetapi dirinya tak muncul di saat sekarang aku sangat membutuhkannya. Setidaknya sekadar untuk bercerita, sekaligus untuk melindungiku. Bukankah itu sudah menjadi tugasnya sebagai pengawalku?Aku hanya cemas, bagaimana jika Kay kembali dan melakukannya lagi karena merasa berhak atas diriku dan segala yang kupunya.Ah, sial! Aku baru ingat mengenai perkataan Jax tempo hari tentang Kay dan apa saja yang ia lakukan selama aku tidak berada di rumah. Aku bangkit dan bergegas menuju walking closet yang menjadi tempatku menyimpan brankas yang berisi sejumlah uang dan benda-serta surat berharga.Aku membukanya perlahan, bukan karena ragu melainkan takut kalau apa yang Jax katakan adalah sebuah kebenaran.Baru saja tanganku hendak meraih semua yang ada di dalamnya demi memastikan, terdengar suara yang sangat familiar di telingaku. Bri datang denga
Ivanna’s PoVAku masih tak percaya apa yang telah terjadi padaku. Jangankan untuk membuak pintu kamar, membuka mata pun aku sudah tak sanggup. Kepalaku terasa nyeri akibat pukulan keras yang Kay lakukan padaku malam tadi.Aku menutup kedua telingaku dengan bantal, berharap agar tidak mendengar suara dari luar, entah itu Bri atau pelayan yang masih berusaha memaksaku untuk membuka pintu dan makan meski hanya sedikit. Terlebih jika itu Kay.Aku bangkit dan berjalan menuju ke sudut ruangan, membuka walking closet dan melangkah ragu memasuki ruangan tersebut. Aku ingin memastikan kali ini bahwa perkataan Jax memang benar adanya.Meski sudah membuktikan sendiri bahwa Kay memang tidak sebaik yang kutahu, tetapi hati ini masih berusaha menyangkal dan berharap bahwa apa yang Kay lakukan terhadapku malam itu adalah akibat dari pengaruh obat-obatan yang ia konsumsi. Lantas bagaimana dengan malam tadi? Apakah itu juga karena pengaruh obat-obatan terlarang?Aku membuka sebuah lemari di mana terda
Ivanna PoV Aku tak sanggup menggerakkan tubuhku. Hanya mataku yang berkedip lemah dan berusaha untuk mengenali keberadaanku saat ini. Namun, tetap tak juga berhasil. Aku telah mengalami kemalangan bertubi-tubi dan hanya berharap dua hal, Jax menyelamatkanku dan membawaku pergi jauh, atau mati saja. Siapa yang akan sanggup bertahan setelah mengalami pelecehan dan penganiayaan seperti apa yang kualami? Tidak ada tempat aman bagiku sekarang, karena Bri justru lebih percaya pada apa yang Kay ucapkan ketimbang yang keluar dari mulutku. Jadi percuma saja jika aku berharap pertolongan darinya. Aku menyempatkan diri untuk berjalan-jalan sore selama di rumah sakit. Bri yang mengantar dan menemaniku untuk beberapa saat. Aku hanya bungkam sejak ia datang hingga saat di taman. Dan tampaknya sikapku itu mulai membuatnya cemas. “Vans, ada apa sebenarnya? Mengapa kau jadi mogok bicara dan melakukan hal berbahaya seperti ini? Apakah kau sudah tidak menganggapku sahabat?” tanya gadis itu, yang ter
Jax’s PoV “Apakah kau sudah menemuinya?” tanyaku pada Ayden yang datang mengunjungi untuk ke sekian kalinya. Pria itu mengangguk. Namun, ekspresi yang tergambar di wajahnya tak bisa kuterjemahkan. “Apakah ada masalah? Ivanna baik-baik saja, kan?” Ayden menggeleng lantas menatap mataku tajam. “Dia tidak baik-baik saja, Jax. Kau harus lakukan sesuatu. Mengapa tidak meminta bantuan pada Jason? Ia pasti akan menolongmu. Kau lupa kalau kakakmu itu adalah ketua klan yang pasti akan menolongmu untuk bebas. Tak ada yang berani menentangnya.” Apa yang Ayden katakan memang benar, tetapi aku bukan tipe yang suka meminta bantuan pada kakakku. Apa lagi dengan niat dan tujuannya terhadap Ivanna, aku tidak mungkin setuju dengan itu. Dan pasti hal itu nanti yang akan menjadi syaratnya. Blood moon, ritual makan, dan memperkuat klan, itulah tujuan Jason. Meski aku tak tahu pasti apa hubungannya dengan Ivanna, tetapi aku tidak akan setuju. “Kau tahu sendiri bagaimana Jason. Tidak ada yang gratis di
Jax’s PoV“Ivanna, jawab aku apa yang ia lakukan padamu sebelum ini?” desakku pada gadis yang tampak setengah teler di hadapanku.Menurut asumsiku, Kay Lee pastilah sudah menggigitnya atau sekadar mencampurkan air liurnya ke dalam luka Ivanna yang masih belum pulih. Itu sebabnya lukanya kembali mengucurkan darah. Entah apa tujuan lelaki itu, tetapi ini sangat berbahaya bagi Ivanna jika aku tidak segera menetralkannya.Tak bisa sembarangan menjadikan manusia menjadi seorang vampir. Terlebih jika dengan cara seperti yang Kay lakukan—dengan mencampurkan air liurnya ke dalam aliran darah Ivanna. Hal itu justru akan menjadi racun baginya.Aku tentu saja panik kala mengetahui adanya keanehan yang terjadi pada Ivanna. Mungkin saja gadis itu nantinya akan berubah menjadi seperti kami, tetapi bagaimana jika justru menjadi makhluk lain yang mengerikan?Dalam dunia vampir, ada yang namanya vampir dan feral. Feral adalah makhluk pengisap darah yang berbeda dibanding vampir yang wujudnya menyerupa
Jax’s PoV Ivanna meloloskan desahan dari bibir ranumnya saat aku mengecupi setiap senti permukaan kulitnya. Dan ketika bibirku merayap turun makin ke bawah, tepat di dadanya, bermain sebentar di sana, desah itu berubah menjadi sebuah lenguhan.Aku memberinya bonus dengan memainkan lidahku di sana dan ia membalas dengan meremas rambutku. “Oh, maafkan aku, Jax. Itu hanyalah gerakan refleks karena kau—sudahlah, ayo kita lanjutkan lagi “ ucapnya dengan suara serak khas yang seksi dan membuatku makin menggila setiap mendengarnya.Aku jatuh cinta dan tergila-gila dengan segala yang Ivanna miliki. Dan itu berlangsung selama ribuan tahun hingga akhirnya sang cupid memberi kesempatan bagiku untuk mendapatkan hatinya sekarang, di reinkarnasi ketiganya. Aku melakukan seperti yang ia minta. Permainan berlanjut, kecupanku makin merembet ke bawah dan makin bawah. Tepat di bagian inti miliknya.Aku tak bisa menahan gejolak hasrat yang sudah memaksaku untuk menuju ke sajian utama. Bergantung, apak
Ivanna’s PoVJax menatapku intens dengan sepasang bola mata indahnya yang sewarna safir itu. Aku seketika hanyut seolah ia tengah menghipnotisku dengan sorot matanya yang tajam tetapi penuh cinta terhadapku. Aku tahu itu.Aku memang memaksanya untuk bercinta sekali lagi dan ia harus langsung menggigitku agar rasa sakitnya tersamarkan dengan nikmat pergumulan kami. Namun, ia terus melakukan kesalahan yang membuatku kesal.Kesal karena aku mendambakannya terus-menerus. Aku tak pernah cukup dengannya dan meski sekujur tubuhku terasa remuk redam, tetapi aku menikmatinya.“Jax, ayo lakukan sekarang. Aku siap untuk risiko apa pun yang harus kutanggung setelah aku menjadi vampir sepertimu,” desakku agar pria itu segera menggigitku. Setelah lama tertegun, ia kemudian meraih pinggulku dan mendekatkan wajahnya padaku.“Bagaimana kalau kita nikmati hidup sebelum aku menggigitmu? Karena aku tak bisa menjamin kalau kau masih mencintaiku nanti