Matahari mulai menyembunyikan sinarnya di atas permukaan laut dan sebentar lagi akan diganti dengan cahaya bulan. Saat ini Vania sedang duduk sendiri di teras kosnya menunggu waktu untuk ia berangkat bekerja ke kafe. Ia berharap semoga hari pertamanya bekerja tidak seburuk hari pertamanya masuk kuliah. Hukuman dari Tia sang kakak kelasnya membuat Vania jadi sedih. Jika tidak karena adiknya Dita butuh biaya untuk berobat ! Mungkin Vania sudah memilih kembali ke desa saat ini juga. Saat Vania akan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba motor Siska masuk dari gerbang, wanita cantik itu memanggil nama Vania dengan lantang.
"Vani, Vania" panggil Siska, ia buru-buru memarkirkan motornya lalu berlari menghampiri Vania.
"Vania, apa benar kamu dapat hukuman dari Tia ?" Tanya Siska
"Hm..." Sahut Vania dengan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis.
"Kamu kenapa tidak melawannya ?" Protes Siska.
"Sudah, enggak apa-apa Sis, kita tidak perlu melawan orang seperti itu. Biarkan dia melakukan sesuka hatinya. Suatu saat dia pasti akan sadar sendiri" sahut Vania. Dia memang wanita yang polos dan lugu, seumur hidupnya dia belum pernah bertengkar dengan orang lain. Vania wanita yang selalu mengalah.
"Oh, tidak bisa. Sampai kapan dia menindas kamu seperti itu. Mentang-mentang dia anak orang kaya, jadi sesuka hatinya melakukan apapun kepada kita !" Siska geram dengan tingkah laku Tia yang selalu sesuka hatinya kepada mahasiswa lain.
"Sudahlah, jangan dipermasalahkan. Sekarang aku berangkat kerja dulu ya. Ini sudah pukul enam" ucap Vania dengan lembut.
"Aku antar kamu ya ?" Tawar Siska.
"Enggak usah Sis, aku naik ojek saja" tolok Vania.
"Atau kamu bawa motorku saja, malam ini aku enggak bawa motor, soalnya dijemput sama teman"
"Hehehe" Vania terkekeh sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal "aku enggak bisa bawa motor" ucapnya
"Ya ampun Vania" keluh Siska "ya sudah, kamu hati-hati ya ? Nanti kalau sudah pulang kerja, hubungi aku ! Biar aku jemput kamu" lanjutnya
Hehehe Vania kembali terkekeh "aku kan enggak punya ponsel Sis" ucapnya
Siska menepuk keningnya sendiri "oh ya Tuhan, aku lupa. Ya sudah nanti aku hubungi Ferdy"
"Baiklah, aku pergi dulu ya" Vania melambaikan tangannya kepada Siska. Ia melangkah menuju tempat pangkalan ojek yang tidak jauh dari kostnya. Saat tiba di pangkalan, ia melihat tidak ada satupun ojek di sana.
"Ya ampun, kenapa ojeknya enggak ada" ucap Vania kepada dirinya sendiri "mana hari sudah mulai gerimis lagi" lanjutnya.
Sudah 10 menit ia duduk di sana, tetapi tidak satupun ojek yang datang, ia ingin menghubungi Siska, tetapi ia tidak memiliki ponsel, ingin kembali ke kost ! Tetapi hujan sudah mulai lebat. Tentu saja dia akan basah. Yang dapat ia lakukan hanya berdiam diri menunggu hujan redah dan datangnya ojek.
Tidak lama, tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna putih berhenti tepat di hadapannya. Seorang pria keluar dari pintu pengemudi sambil menggenggam payung di tangannya.
"Hay Vania" sapa pria itu
"Om Alex" panggil Vania "om mau ke mana ?" Lanjut Vania
"Om baru pulang dari kantor, tadi enggak sengaja lihat Vania. Makanya om singgah" jawab Alex
"Oh..." Sahut singkat Vania.
"Kamu kenapa di sini ?" Tanya Alex
"Saya lagi menunggu ojek om"
"Kamu mau ke mana ?"
"Mau kerja om" jawab Vania dengan senyum.
*Oh ya Tuhan, kenapa setiap melihat senyum anak ini rasanya jantungku ingin melompat ya ?" Bisik dalam batin Alex
"Om antar saja ya ? Soalnya kalau hujan lebat seperti ini, biasanya gak ada ojek" ucap Alex
"Tapi tempat kerjaku jauh loh om" keluh Vania. Dia memang tipe wanita yang tidak suka menyusahkan orang lain.
"Enggak apa-apa, sekalian om mau cari tempat makan" dalih Alex. Sebenarnya ia tidak ingin mencari tempat makan, sebab ia sudah makan saat bertemu dengan kliennya.
"Oh iya, kebetulan sekali tempat kerjaku adalah kafe, mana tahu om suka dengan menu makanan di sana" sahut Vania dengan polosnya.
"Mari" ajak Alex. Duda tampan satu anak itu membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Vania masuk ke dalam. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Alex fokus menyetir mobilnya sedangkan Vania hanya menundukkan kepalanya sambil meremas-remas jari rampingnya.
Alex tiba-tiba menelan salivanya dengan kasar saat melihat paha mulus Vania. Rok span berwarna hitam yang dikenakan Vania naik hingga menunjukkan setengah dari paha mulusnya. *Cobaan apa lagi ini ?* Ucap batin Alex
"Oh iya, apa om sudah tahu di mana tempatnya ?" Ucap Vania untuk memecah keheningan di antara mereka.
Alex menggaruk kepalanya yang tidak gatal "om belum tahu" sahut Alex. Ia benar-benar lupa menanyakan di mana tempat kerja Vania. Bahkan jalan yang mereka lalu saat ini adalah arah ke rumahnya. Karena senyum manis Vania membuat ia lupa segalanya.
"Tempat kerjaku di kafe Mutiara om" jawab Vania
Alex membulatkan matanya "itu kan kafenya Ferdy" ucap Alex tanpa sadar.
"Nah, benar om. Yang punya kafe itu namanya Ferdy. Om hebat, bisa tahu nama bos aku" puji Vania dengan polosnya
"Hehehe, soalnya aku pernah makan di sana" sahut Alex. Ia bukan hanya pernah makan di sana, tetapi ia selalu makan di sana saat bertemu dengan klien dan pemilik kafe itu adalah keponakannya sendiri. Tapi Alex segan untuk mengatakan kalau Ferdy itu adalah keponakannya.
"Oh....besok sering-sering makan ke sana ya om" ajak Vania
"Iya" sahut singkat Alex.
Setelah tiba di dekat kafe, Vania meminta Alex untuk menghentikan mobilnya. Ia meminta turun di sana saja, sebab tidak enak jika dilihat karyawan lain kalau ia di antar dan turun dari mobil mewah. Bagi Vania itu hal yang memalukan.
Setelah mengucapkan terima kasih, Vania langsung berlari dengan terburu-buru, sebab waktu sudah menunjukkan pukul 6 lewat 55 menit, yang artinya 5 menit lagi waktunya untuk ia masuk kerja. Sementara Alex masih tetap di tempatnya. Ia memandang Vania dari kaca mobilnya hingga wanita cantik itu masuk ke dalam kafe. "Dia sangat menggemaskan" ucap Alex kepada dirinya sendiri sambil menginjak gas mobilnya dan pergi meninggalkan tempat itu.
"Selamat malam pak" sapa Vania kepada Ferdy saat masuk ke dalam kafe.
"Malam nol" jawab Ferdy dengan tersenyum genit sambil mengedipkan sebelah matanya.
Vania tiba-tiba menghentikan langkahnya, lalu memutar tubuhnya menghadap Ferdy yang berdiri di dekat kasir "nama saya Vania pak, bukan nol" protes Vania.
"Oh...iya...iya..." Sahut Ferdy dengan menyeringai licik. Ia tertawa sambil melihat Vania masuk ke ruang karyawan.
"Nanti kalau Vania sudah keluar, minta dia untuk datang keruanganku" ucap Ferdy kepada kasirnya.
"Baik pak" sahut kasih itu dengan hormat. Tidak lama Ferdy masuk ke ruangannya ! Vania langsung menjulurkan kepalanya dari ruang karyawan. Ia sudah merapikan pakaian dan rambutnya serta riasan wajahnya.
"Vania...." Panggil sang kasir
"Iya mbak" Vania melangkah mendekati wanita yang memanggil namanya
"Tadi pak bos berpesan, kamu diminta ke ruangannya"
"Baik mbak, saya permisi dulu. Terima kasih" ucap Vania dengan hormat. Ia langsung bergegas melangkah menuju ruangan manajer.
Tok...tok...tok... Vania mengetuk pintu
"Iya, masuk" suara dari dalam
"Permisi pak. Apa bapak memanggil saya ?" Tanya Vania setelah ia membuka pintu ruangan Ferdy.
"Iya nol" jawab Ferdy
"Vania pak, bukan nol" Vania kembali meralat panggilan Ferdy.
"Oh iya, Vania. Maaf aku lupa" sahut Ferdy *habis tubuh kamu bahenol sih, jadi aku lupa terus dengan nama kamu* lanjut Ferdy dalam hatinya.
"Begini Vania, kamu kan baru pertama kali bekerja di sini. Jadi aku harus memberitahu bagaimana cara kerja di kafe ini. Yang pertama aku harus tahu dulu apa keahlian kamu agar aku bisa menempatkan kamu di bagian mana, contohnya sebagai kasir, koki, waiters, supervisor, sekretaris atau bendahara"
"Sebagai koki saja pak. Soalnya aku suka masak" sahut Vania dengan semangat empat lima
Ferdy memandang Vania sambil tersenyum *anak ini benar-benar menggemaskan, ingin rasanya aku mengigitnya* ucap dalam hati Ferdy.
"Sebagai koki itu tidak lah muda Vania. Kamu setiap harinya harus berteman dengan cabai, bawang dan yang lainnya" jelas Ferdy. Jiwanya tidak rela jika wanita secantik Vania harus di dapur terus.
"Bukan berteman pak, tetapi harus menyentuh cabai, bawah, dan yang lainnya. Kalau berteman itu ya sesama manusia atuh pak" protes Vania. Ia benar-benar polos.
"Iya, itu maksud saya" timpal Ferdy
"Enggak apa-apa pak. Aku sudah biasa di kampung"
"Oh ya ? Tapi untuk saat ini aku tempatkan kamu di bagian kasir saja ya ?" Ucap Ferdy
"Kasir itu kerjanya, hanya duduk dan menerima uang kan pak ?" Tanya Vania
"Iya, benar sekali"
"Tapi aku enggak suka duduk pak. Nanti aku bisa bosan dan ngantuk. Duduk 30 menit saja sudah buat mataku ngantuk, apa lagi duduk berjam-jam pak" protes Vania.
Ferdy mengacak rambutnya sendiri "terus kamu mau di bagian mana ?" Tanya Ferdy
"Terserah bapak saja, yang penting kerjanya tidak duduk"
"Baiklah, kalau begitu kamu sebagai waiters saja. Kamu tahu kan apa tugas waiters ?"
Vania menggelengkan kepalanya sambil tersenyum seribu pesona yang membuat Ferdy salah tingkah, apa lagi saat melihat kedua lesung pipinya.
"Waiters itu, kerjanya khusus untuk mengantar makanan dan minuman kepada customer" Ferdy menjelaskan bagaimana tugas waiters.
"Oh, begitu..... Baik pak, saya sudah mengerti, kalau begitu saya pamit dulu pak" Vania keluar dari ruangan Ferdy. Ia langsung menuju kasir untuk meminta buku menu. Ia melakukan sesuai apa yang dikatakan Ferdy kepadanya. Saat pengunjung datang, Vania langsung menghampirinya dan memberikan buku menu.
*****Setelah membersihkan diri di kamar mandi, Vania membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia merasa lelah setelah bekerja selama 6 jam. Dalam hitungan detik, kedua bola mata Vania tertutup rapat. Ia menjemput mimpi indahnya bersama para pangeran tampan.Tok....tok...tok.... Seseorang telah mengetuk pintu kamarnya. Vania dengan malas membuka matanya, lalu menurunkan kakinya dari atas ranjang melangkah menuju pintu.Cek lek suara pintu terbuka."Vania, kamu enggak kuliah ya ?" Ucap Siska dengan suara cemprengnya"Aku masih ngantuk Sis, kamu ngapain tengah malam datang ke kamarku ?" Sahut Vania. Ia berpikir kalau saat ini masih malam."Hellowww.....ini bukan malam lagi nona, tapi sudah jam 7 pagi, bahkan anak-anak kost sudah berangkat ke kampusnya masing-masing" ucap Siska sambil menjentikkan jari di depan wajah Vania.Vania refleks membuka matanya dengan sempurna "ya Tuhan" ucap Vania. Tanpa sadar ia langsung menutup pintu kamarnya dan berla
Sementara di perusahaan Winata Grup. Alex sedang berkumpul dengan geng KUDAJIR yaitu Kumpulan Daddy Tajir."Lex, kamu sampai kapan hidup sendiri seperti ini ?" Tanya Andrian Mahendra, sahabat Alex sejak kecil. Memiliki perusahaan sama sepertinya."Iya, benar itu" timpal Biyan."Aku belum terpikir untuk mencari pengganti Santi" jawab Alex"Belum terpikir atau yang itu enggak hidup lagi" canda Andrian sambil memayungkan bibirnya ke arah bawa pusat Alex"Sembarangan lu ?" Protes Alex"Aku juga berpikir seperti itu. Sedangkan kita yang masih punya istri tetap aja ingin coba yang lain" timpal Biyan"Kalian berdua kan beda denganku" jawab Alex dengan santai."Ya jelas beda lah bro. Punya kami masih hidup dan norma. Kalau punya kamu mah, perlu diragukan" cibir Biyan."Ih....kalian benar-benar" geram Alex"Kalau memang punya kamu masih hidup dan norma ! Coba buktikan" tantang Andrian"Besok-
Dua hari telah berlalu, Vania belum juga mendapatkan uang untuk biaya operasi Dita. Ia sudah mencoba meminjam kepada Ferdy sang bosnya di kafe. Tetapi Ferdy justru meminta imbalan darinya, yaitu menikah sirih dengannya. Tentu saja Vania menolak permintaan Ferdy. Di saat itu juga ia sadar, kenapa Siska melarangnya untuk meminta bantuan kepada Ferdy.Vania mondar-mandir di kamarnya, ia sudah tidak tahu lagi dari mana bisa mendapatkan uang. Ia sudah mencoba untuk melamar sebagai pelayan di rumah orang kaya. Banyak yang menerimanya bekerja, tapi tidak satupun yang mau meminjamkan uang dengan jumlah sebanyak yang ia minta.Jalan satu-satunya, ia harus meminta bantu kepada Regina. Vania keluar dari kamarnya dan melangkah menuju dapur untuk mencari Rati sang ibu kost. "Selamat pagi buk" sapa Vania"Pagi Vania" sahut Rati"Buk, aku boleh pinjam ponselnya sekali lagi" ucap Vania ragu-ragu.Rati menghentikan gerakan tangannya yang memotong kentan
Dua hari telah berlalu, Vania belum memberikan jawaban kepada Regina, sementara dokter yang menangani Dita sudah berkali-kali menghubunginya, menanyakan kapan Dita akan dioperasi. Dokter selalu mendesak Vania karena Dita saat ini sedang kritis. Anak malang itu sudah dua kali kritis dalam satu Minggu ini.Vania meraih ponsel dari atas meja belajarnya, lalu menghubungi Regina. Ia mengatakan kalau dia bersedia menjadi sugar baby. Walaupun Vania belum mengerti apa itu sugar baby, tetapi keputusannya sudah bulan.Setelah sambungan teleponnya terputus, Regina mencoba menghubungi Daddynya.Tu...tu...tu.... "Ayo angkat dong sayang" ucap Regina. Sudah tida kali ia menghubungi Andrian tetapi tidak satupun yang terhubung. Dengan rasa tidak sabar, Regina meraih kunci mobil dari atas meja rias, lalu pergi ke kafe di mana biasanya kumpulan Daddy Tajir itu biara nongkrong.Benar saja, saat tiba di sana, ia sudah melihat mobil Andrian dan Alex ada di parkiran kafe. Sebel
Jantung Vania semakin berdegup kencang saat mereka tiba di parkiran kafe. Ia begitu sulit untuk melangkahkan kakinya, bahkan Regina samapi mendorongnya dengan lembut agar kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan khusus yang sudah di booking tadi pagi.Mata Vania menyapu seluruh ruangan yang cukup luas itu, ia penasaran seperti apa wujud calon sugar Daddynya. Tetapi tiba-tiba keningnya mengerut karena di ruangan itu tidak ada siapa-siapa."Re, mana orangnya ?" Tanya Vania kepada Regina."Ih....sudah enggak sabar lagi ya ?" Cibir Regina"Bukan, bukan begitu" bantah Vania"Terus ?""Aku hanya bertanya saja, enggak ada maksud lain" jawab Vania"Oke deh, enggak usah cemberut gitu dong ! Aku hanya bercanda Vania. Aku juga ingin secepatnya bertemu dengan mereka, agar kamu bisa segera menerima uangnya" bujuk Regina. Ia tahu kalau Vania buru-buru ingin bertemu dengan sugar Daddynya karena ingin mendapatkan uang."Emang, uang
Satu bulan telah berlalu, Vania masih tinggal di kost Ikatan Hati. Ia juga jarang bertemu dengan Alex, karena pria tampan itu datang ke kost Ikatan Hati saat ia masih di kampus. Tetapi saat ini Vania sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan Alex di sebuah tempat."Vania, kamu mau ke mana ?" Tanya Siska saat Vania keluar dari kamar."Aku ada tugas kampus Sis" jawab Vania dengan berbohong. Tentu saja dia berbohong, karena tidak mungkin ia mengatakannya kepada Siska kalau ia ingin bertemu dengan Alex."Ow, kamu pergi dengan siapa ?" Tanya Siska. Ia berniat ingin mengantar Vania."Aku dijemput Regina Sis" jawab Vania."Oh, baiklah. Jika kamu butuh bantuan hubungi aku ya?" Ucap Siska."Baik sahabatku. Kalau begitu aku pergi dulu. Sepertinya Regina sudah datang" setelah berpamitan kepada Siska dan Rati sang ibu kost, Vania melangkah menghampiri Regina yang sudah menunggu di parkiran.Sepanjang perjalanan menuju tempat di mana Alex menunggun
Tepat pukul 5 sore, Vania sudah selesai mandi. Saat ini ia sedang berdiri di balkon sambil mengeringkan rambut dengan handuk."AW..." Jerit Vania saat tangan kekar tiba-tiba melingkarkan di pinggangnya dari belakang."Kamu sudah mandi Vania" bisik Alex tepat di telinga Vania.Vania memutar tubuhnya, matanya membulat melihat Alex, jantungnya berdegup tidak menentu, darahnya mengalir kencang seperti sengatan listrik, seluruh tubuhnya tiba-tiba gemetar. "O..o..om, kenapa bisa masuk ?" Ucap Vania dengan gugup sambil berusaha melepaskan tangan Alex dari pinggangnya.Alex meraih sesuatu dari saku celananya "om punya satu kuncinya. Jadi om bisa masuk kapan saja" ucap Alex sambil menunjukkan kunci yang berbentuk kartu ATM itu."Oh..." Sahut Vania dengan tersenyum."Maaf karena aku sudah memelukmu tanpa meminta izin" ucap Alex. Ia merasa bersalah karena sudah memeluk VaniaHehehehe Vania terkekeh "tidak apa-apa om" ucap Vania sambil ters
Sinar matahari yang menembus masuk ke dalam kamar melalui kaca jendela, membangun Vania dari mimpi indahnya. Ia sudah membuka mata, lalu menutupnya kembali saat mengigat kalau hari ini adalah hari Sabtu, yang artinya ia tidak masuk kampus. Tetapi saat ia menyadari kalau ranjang yang ia tiduri saat ini terasa empuk dan jauh berbeda dengan tempat tidur yang biasa ia pakai di kost ! Vania kembali membuka matanya. Ia refleks bangkit dari ranjang "kenapa aku bisa ada di sini ? Bukannya aku tadi malam tidur di sofa" ucap Vania. Ia menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang lalu ke luar dari kamar. Langkahnya terhenti saat bola mata indahnya melihat Alex tertidur di atas sofa. "Om Alex benar-benar tampan ya ? Dia masih terlihat muda, padahal kata Siska, anak om Alex sudah seusiaku" ucap Vania kepada dirinya sendiri. Ia begitu mengangumi ketampanan pria yang sedang tertidur di sofa itu. Vania kembali masuk ke dalam kamar, ia meraih selimut lalu membawanya ke lu