Saat mereka sedang membahas rumah Melinda, tiba-tiba ponsel Riko berdering."Kapan-kapan kita ke rumah Melinda, ya. Bude penasaran banget dengan rumah mu, Mel. Dulu saat resepsikan diadakan dirumah nenek mu kan?" kata bude Ami antusias."Iya bude," jawab Melinda."Maaf bos kantor nelpon," ucap Riko pamit meninggalkan meja makan."Bos kantor? Ngapain telpon malam-malam begini?" tanya mama Imel menyerngit heran."Mas Riko kan orang penting. Jadi kapan dan dimana pun bos nya membutuhkan, bos nya selalu menghubungi mas Riko," jawab Santi."Tapi masa malam-malam begini? Memang nya bos nya Riko gak istirahat juga?""Nama nya juga bos besar, ma. Nama nya bos pasti dimana pun berada selalu memikirkan pekerjaan," sambung Santi lagi.Riko masuk kembali, dia kemudian berpamitan dengan Santi dengan dalil ada urusan pekerjaan yang mendesak."Ya udah hati-hati di jalan. Dan semangat kerja nya," kata Santi."Iya, sayang. Dan buat semua nya silakan lanjutkan makan malam nya, aku pamit dulu," kata Rik
Melinda terus mencari keberadaan Yusuf. Dia mencari Yusuf di ruang keluarga, ruang tamu, dan kamar mandi tapi tak ada Yusuf disana.Dengan langkah berat Melinda memutuskan untuk pergi ke dapur. Baru saja Melinda memasuki dapur, dan ternyata Yusuf ada disana sedang mengobrol dengan bik Ramlah."Mas!!!" seru Melinda membuat Yusuf tersentak kaget."Loh kamu belum tidur yank?" tanya Yusuf kikuk."Belum. Kamu ngapain disini?""Oh ini, anu yank aku habis ambil minum tiba-tiba haus soalnya," jawab Yusuf sambil menggaruk rambutnya."Loh ini bik Ramlah? Belum tidur bik?""Belum, mbak. Kebetulan saya sedang nungguin mesin cuci, tadi siang lupa nyuci," jawab bik Ramlah.Melinda mangut-mangut, "Baru tahu aku kalau nungguin mesin cuci di dapur,""Em anu mbak tadi saat nungguin mesin cuci mas Yusuf masuk ke dapur, jadi bibik tanyain mau ngapain siapa tahu perlu bantuan kan?" jelas bik Ramlah."Oh gitu ya bik, makasih ya,""Iya sama-sama mbak. Sepertinya mesin cuci nya sudah selesai berputar saya ma
Setelah dokter pergi Yusuf masuk kembali ke ruangan. Sepertinya dia sudah selesai bertelponan dengan rekannya."Bagaimana kata dokter?" "Melinda harus di rawat inap disini," sahut mama Imel."Rawat inap disini, yank?" tanya Yusuf memastikan."Iya mas,"Yusuf tertunduk lesu, "Jadi bagaimana ini ma? Besok aku harus kembali ke Kalimantan padahal. Ini juga orang proyek menghubungi terus dan mendesak ku agar besok harus sudah disana,"Melinda menghembuskan nafas kasar, "Yaudah gak papa berangkat aja mas. Disini aku ada papa dan mama yang jagain,""Tapi sayang? Kamu benaran gak papa jika aku tinggal?" ucap Yusuf dengan mata berbinar."Gak papa. Nanti aku telpon ibu dan bapak juga suruh kesini buat nemani aku,""Tapi yank, mereka kan baru saja pulang dari sini juga. Kasian mereka dong harus balik kemari lagi," "Kasian kenapa? Lagian pasti nantinya mereka sendiri yang ngotot mau kesini kok,""Gak diberitahu lah mereka, Mel. Mama merasa gak enak sama mereka karna udah lalai jagain kamu, mere
Yusuf kembali masuk ke ruangan setelah setengah jam pergi tanpa pamit. Di belakang nya berjalan Alika, mantan pacarnya dulu."Maaf gak sempat pamit, buru-buru soalnya tadi. Alika menghubungiku buat minta tolong tadi," ucap Yusuf berusaha menjelaskan."Memang nya kenapa dengan Alika?" tanya mama Imel."Dia di jambret, ma. Kunci mobilnya ada di dalam tas itu. Uang juga berada dalam tas nya, jadi gak bisa pulang," jelas Yusuf lagi."Di jambret?" tanya Melinda dengan penegasan."Iya, yank. Kan kasihan dia?""Tapi kok bisa menghubungi kamu, mas? Memang nya ponsel nya gak di jambret juga?" tanya Melinda sengaja agak keras."Di ambil juga, aku menghubungi mas Yusuf dengan ponsel orang lain. Aku pinjam di jalanan tadi," ucap Alika agak gugup."Di jalan? Memang kamu ngapain di jalanan? Mau beli jajanan di pinggir jalan?" tanya Melinda lagi."Di mall kok. Lagi mau belanja," sahut Alika."Oh di mall juga ada jambret ya? Padahal sangat susah ngejambret di mall, bisa habis tuh jambretnya kena amuk
"Iya Hallo bu!" ucap Yusuf begitu telpon terhubung, rupanya yang menelpon adalah ibu Marisha, ibu nya Melinda."Iya gak papa kok, bu. Melinda sama bayi nya gak kenapa-napa," kata Yusuf lagi."Jatuh di kamar mandi karna buru-buru tadi bu," sambung Yusuf."Gak usah bu, besok juga sudah boleh pulang. Ibu mau bicara sama Melinda kah?" kata Yusuf lagi."Ibu mau bicara, ini!" bisik Yusuf seraya memberikan ponselnya kepada Melinda.Melinda menerima ponsel itu, "Hallo bu,""Kamu kenapa bisa jatuh? Kok gak hati-hati sih? Mau ngapain juga buru-buru begitu?" cecar bu Marisha diseberang telpon."Iya bu, maaf. Aku kebelet tadi jadi buru-buru,""Lain kali hati-hati, nak. Kamu itu membawa bayi loh bukan dirimu sendiri. Pokoknya ibu gak mau dengar lagi kamu jatuh begini. Ibu dan bapak akan segera kesana, ini lagi siap-siap,"Melinda menyerngit heran, "Ibu dan bapak mau kemari?""Iya lah, kan mau lihat keadaan mu. Meskipun Yusuf sudah melarang tapi ibu dan bapak ingin melihat keadaan mu secara langsun
Selagi Melinda masih memegang ponsel, dan Yuuf juga belum kembali. Melinda pun memeriksa ponsel milik Yusuf lagi. Mungkin ada yang disembunyikan Yusuf di belakang Melinda.Hal yang pertama Melinda periksa ada aplikasi hijau, karna Melinda ingin tahu dengan siapa saja suaminya berhubungan. Setelah di cek satu per satu tak ada yang mencurigakan. Hanya ada pesan dari rekan kerja nya Yusuf. Dan pesan terakhir yang dia terima memang dari Alika, rupanya Yusuf memang tidak bohong jika Alika lah yang menghubunginya untuk minta tolong. "Semoga kamu tidak menyembunyikan apapun dari aku, mas. Karna hanya kamu orang yang ku percaya saat ini," lirih Melinda.Yusuf kembali setelah setengah jam keluar. Dia menenteng dua kresek besar berisi camilan di tangan nya."Ini aku beliin camilan, biasanya kamu suka ngemilkan?" ujar Yusuf seraya meletakkan kresek itu di meja."Makasih mas,""Udah telpon mama nya?""Udah mas, tapi kata nya malam baru kesini. Atau gak besok sekalian," jawab Melinda jujur.Yusuf
Imel dan Eddy kembali ke rumah sakit setelah mendapat telpon dari Yusuf. Mereka tiba lebih dulu sebelum Kusuma dan Marisha. Dibelakang mereka ternyata ada Santi, Riko, dan juga Ami."Ini ponsel mu, Mel. Tapi bukan di atas nakas, tadi mama harus mencari dulu dikamar mu," kata Imel menyodorkan ponsel kepada Melinda."Loh kok gak di atas nakas, ma? Terus ini ketemu ponselnya dimana?""Di dalam nakas. Untung mama juga mencari ke dalam juga,"Melinda tertekun, padahal jelas sekali malam itu dia meletakkan ponselnya di atas nakas bukan di dalam nakas."Mungkin kamu lupa naruh nya, Mel," sahut Ami."Bude juga dari rumah tadi?" tanya Melinda."Iya, niatnya mau ketemu sama kamu. Tapi kata Santi kamu terjatuh di kamar mandi jadi bude langsung ikut saja saat mama dan papa mu mau kesini," jelas Ami.Melinda mangut-mangut saja, mungkin memang bude suaminya itu juga mengkhawatirkan kondisinya."Bude tahu nomor telpon ibu ku dari mana?" tanya Melinda lagi."Ada deh, Mel. Bude benar-benar berusaha bu
"Ini loh bapak dan ibu sedang mengusulkan nama untuk anak kita nanti, mas. Masa katanya kalau perempuan mau di kasih nama Yummy," ujar Melinda berbohong."Iya, Yummy singkatan dari Yusuf dan Melinda. Lagian lucu lagi kalau nama Yummy pasti comel begitu cucuku," kata Marisha terkekeh mengikuti alur kebohongan Melinda."Nama yang bagus, gak papa kok kalau ibu pengen memberikan nama untuk anak kami. Aku setuju kok," kata Yusuf tersenyum ramah. "Tuh kan Yusuf saja setuju kok. Kamu aja yang gak suka," kata Marisha lagi."Iya deh bu, nanti aku sisipin nama Yummy pada anak ku. Sekalian Yummy Yammy Lezatmy," kata Melinda sambil tertawa terbahak-bahak, diikuti oleh yang lainnya.Kusuma kemudian merangkul pundak Yusuf. Dia kemudian menanyakan tentang pembangunan rumah milik Yusuf dan Melinda. "Kira-kira kapan rumah kalian bisa di tempati?" tanya Kusuma."Aku belum bisa memastikan kapan bisanya. Tapi yang pasti tahun ini sudah selesai pembangunan rumahnya, pak," sahut Yusuf."Kenapa memang nya