Vania sangat pusing dibuatnya. Dia tidak mungkin bisa kehilangan Kesha. Jadi Dia akan mengupayakan segala macam cara untuk bisa menolong keponakannya. "Tolong kalau ada cara untuk mengatasinya segera beri tahu saya. Saya dalam kondisi mendesak jadi pertolongan tuan-tuan akan sangat membantu keluarga Ansel!" Vania memohon dengan sangat."Ya... saya akan mengupayakan hal tersebut Nyonya," kata Arvel kemudian. Dibandingkan dengan Loka, Arvel jauh lebih sopan dan lembut. Penampilan mereka berdua juga berbanding terbalik. Loka lebih acak-acakan rambutnya meskipun Dia sekarang menyandang gelar Master Menara sihir, sedangkan Arvel sangat rapi baik rambut dan bajunya. "Kalau begitu saya harus segera permisi karena saya juga tidak ingin menganggu waktu tuan-tuan sekalian!" Vania pamit undur diri dan segera berdiri, tapi diluar dugaan, Loka justru berkata untuk menahannya."Saya akan bantu keponakan Nona," kata Loka. Perkataannya itu membuat langkah Vania terhenti, dia yang tadinya sudah berd
Malam harinya, Loka datang bersama Arvel. Mereka memakai jubah hitam lengkap dengan tudungnya. Datang ke mansion Ansel secara diam-diam untuk memeriksa kondisi Kesha. "Aliran mana di tubuhnya sangat berantakan, tapi berkat pendeta yang datang sepertinya dia mencoba membuat aliran mananya bekerja seperti normal." Kata Arvel saat memeriksanya."Benar, tapi berkat itu juga mana yang sudah tersegel sebelumnya malah kembali dengan lebih cepat, ledakan mana tidak akan bisa dihindari kalau begini," Loka menimpali omongan Arvel.Mendengar penjelasan dua ahli sihir itu membuat Vania dan Jeff tercengang . Laju jantung mereka berdua sangat kencang. "Aku akan membuat ramuan untuk mengurangi mana dalam tubuhnya, tapi aku juga tidak yakin akan berhasil karena itu resep kuno yang bahannya juga sakit dicari, akan aku usahakan 2 hari ini jadi. Sementara terus datangkan pendeta untuk memurnikan tubuhnya. Itu sedikit menghambat pergerakan mana dari tragedi peledakan," Loka bersungguh-sungguh.Vania dan
"Saya menghadap Matahari Kerajaan," sapa Elia kepada Ayahnya. Wajahnya menunduk, untuk memberikan penghormatan yang mendalam."Angkat kepadamu anakku," Heber memandangi anaknya dengan mata takjub. Anak yang dulu kecil dan tersenyum dengan cerah sudah tumbuh menjadi anak yang berwajah dingin. Badannya kekar menunjukkan usaha dan kerja kerasnya. "Apa yang membawamu kesini larut malam Putra Mahkota?" "Hamba ingin melaporkan peristiwa penting kepada Yang Mulia," Elia menatap wajah Ayahnya. Orang yang dengan keras selalu mengirimkan ke medan bahaya. Dulu dia selalu mengharapkan kasih sayangnya tapi sekarang hanya menghormatinya karena dia adalah wajah negara, orang yang sudah memimpin Kerajaan Merden selama bertahun-tahun."Kemudian, bicaralah!" "Telah ditemukan kasus kematian di daerah kumuh di Ibukota Yang Mulia, penyebab kematiannya antara lain gagal jantung, melemahnya fungsi hati dan penyakit dalam lainnya." Heber mengkerutlan alisnya, "Bukankah itu sekua wajah dialami seseorang?"
Tiada hari tanpa istirahat. Jadwal Vania bagaikan angin topan yang selalu ribut tanpa jeda. Dia harus mengurus wilayahnya, dia juga harus mengurus keponakannya. Diam-diam, Vania juga menceritakan masalahnya kepada Amel. Surat itu dikirim ekspresi dengan sihir ruang, sehingga bisa dipastikan Amel bisa menerima suratnya hari itu juga. Vania sekarang bahkan punya mata panda. Matanya pedih karena kurang tidur. Lehernya kaku karena terlalu banyak membaca laporan. Andrew Anderson yang jadwalnya harus satu minggu ini libur sudah Dia panggil karena butuh bantuannya. Tapi Andrew Anderson tak menjawab pesan daruratnya. "Dasar brengsek!" umpat Vania.Vania tahu kalau dia mungkin tak semumpuni kakaknya tapi dia juga berusaha untuk membuat Duchy Ansel terus berdiri dengan kokohnya tanpa terpengaruh kalaupun puting beliung akan datang. Tapi kalau dia sendiri rasanya juga dia hampir mau menyerah. Apalagi dengan fakta kondisi Kesha yang membutuhkan banyak waktunya. Hari itu juga dia mengirim surat k
Vania sedikit lega karena pada akhirnya Andrew mau menerima tawarannya meskipun harus sedikit dengan pemaksaan dan ancaman. Setelah Andrew pergi, Jeff datang menyerahkan dua buah surat, pertama surat dari Kerajaan yang kedua surat dari sahabatnya Amel. Surat dari Kerajaan menegaskan bahwa akan ada kunjungan ke kediaman Ansel dan orang yang yang akan berkunjung adalah Putra Mahkota Elia, "Berkat ini pekerjaanku jadi bertambah. Sialan!" umpat Vania. Berita mengenai kunjungan ini akan menghebohkan mansion dalam beberapa waktu, apalagi kunjungan utu dalam waktu satu minggu, artinya Dia harus menyiapkan segala sesuatu seperti pembersih mansion ekstra, menyiapkan kamar tamu khusus juga oerjamuan ekstra. Itu membuat semua orang bekerja dua kali lebih lelah. Vania merasa kalau beban kerjanya akhir-akhir ini sangat melelahkan, makanya dia merasa kesal dengan pemberitahuan kunjungan Putra Mahkota. Surat kedua adalah surat yang dia nantikan, dari sahabatnya Amel.( Dear Vaniaku tersayang Suda
Pagi-pagi sekali, Pangeran Jehu mendapatkan pemberitahuan bahwa Ayahnya, Raja Heber tiba-tiba saja memanggilnya dalam urusan resmi. Jadi Dia yang baru bangun segera bersiap untuk menghadap Ayahnya. Dia sendiri merasa heran karena selama ini, Ayahnya tak pernah tertarik dengan hidupnya. Bahkan dengan rumor buruk yang sengaja dia sebarkan sendiri itu, Dia tidak pernah mendapatkan panggilan atau teguran khusus. Sungguh Ayah yang tidak perduli dengan anaknya. Dia menghadap Ayahnya di teras istana Ayahnya. Karena masih pagi dan belum jam kantornya. "Salam kepada Matahari Kerajaan, semoga berkah Dewa selalu menyinari jalan terang kita semua!" Jehu memberikan salam formalnya. Raja yang tengah duduk sembari menikmati sarapannya. Hanya mengangguk dan mengisyaratkan anaknya untuk duduk di depannya. "Mari sarapan bersama," kata Heber. Itu terlihat seperti menyuruh daripada menawarkan. Jehu yang memang belum makan apapun dan langsung pergi ke kediaman Ayahanya sekarang duduk dan ikut menikmati
Tak lama dari surat balasan Vania, surat balasan Amel pun datang yang menyatakan bahwa Erick akan datang ke Duchy Ansel. Kedatangannya itu tentu saja untuk membantu Vania dalam menangani Kesha. Pendeta Amar yang datang setiap hari pun terlihat sudah mulai kelelahan. Vania tak sampai hati melihatnya maka yang dia lakukan hanya memberikan sumbangan kepada pihak kuil sebanyak-banyaknya. Itu bukan suap tapi dia benar-benar juga berdoa agar sumbangannya ke kuil bisa menggerakkan hati para Dewa agar membantunya dan menyembuhkan Keshanu. Bala bantuan dari menara sihir juga sudah didapatkannya. Tapi setiap malam Loka dan Arvel yang datang tidak membuahkan hasil. Kesha masih saja terbaring di kasur dan belum mendapatkan hasil yang baik. Erick Jamamiel, nama yang Amel sebutkan itu adalah seorang teman Amel di akademi. Posisinya sekarang sebagai seorang peneliti juga, jadi Vania berharap banyak padanya. "Semuanya tidak ada yang mengkhawatirkan Duchess..." itu adalah laporan pagi rutin Andrew y
Setelah mandi dan malam tiba, Vania memanggil Erick untuk mempertemukannya dengan Master Menara Sihir yang baru yaitu Loka dan Arvel sekaligus untuk bertemu dengan Kesha.Erick yang sudah siap dengan segala peralatannya pun bergegas ke kamar Kesha. "Halo Tuan Erick," Vania menyambutnya. "Apakah ada yang tidak nyaman dengan tempat tinggal atau lainnya?" sambungnya menanyakan keadaannya. "Ah, tidak Nona, semuanya nyaman dan saya baik-baik saja," jawab Erick dengan senyum sederhananya. "Perkenalkan, dia adalah Tuan Loka dan Arvel dari menara sihir," Vania memperkenalkan dua orang laki-laki yang ada di depannya. Loka dan dan Arvel lalu tersenyum dan menundukkan kepalanya tanda memberi hormat."Tuan Arvel dan Loka, dia adalah Tuan Erick Jamamiel dari Akademi Kiluan tempat saya dulu belajar, beliau adalah seorang peneliti ramuan dan mana," kata Vania. "Halo semua... semoga berkah Dewa dan dewi menyertai kita semua," balas Erick berbasa-basi.Setelah proses perkenalan itu selesai, Vania m