"Dasar manusia gak punya hati!" gerutu Naya.
"Padahal, itu roti kesukaanku seenak jidatnya dia memperlakukan gadis yang menggemaskan ini layaknya bocah tengil." Ia mengumpat sambil meneguk susu kedelai yang baru ia beli di toko sebelah swalayan.Kring-kring! deringan ponselnya membuat ia terdiam sejenak, dengan cepat ia mengambil benda pipih itu dari saku celananya."Iya halo, Ma.""Nay kamu kemana aja? Di rumah ada Om Toto sahabat papa beliau mau berkenalan dengan kamu pokoknya kamu harus pulang segera kalau enggak Mama coret nama kamu dari KK." Terdengar suara mengancam dengan penuh penekanan dari Nyonya Alexa, ibu Naya."Loh kenapa sahabat papa mau kenalan sama Naya Ma, jangan bilang Mama mau jodohin Naya sama aki-aki kayak kemarin itu?" Naya menyergitkan dahinya keheranan dengan perkataan ibunya."Udah kamu pulang aja dulu," jawab Nyonya Alexa."Iya, Ma, ini Naya dari swalayan," ujar Naya dengan wajah masam.Nyonya Alexa tak pernah membiarkan hidup putrinya ini bahagia sekali saja selalu ada ancaman dari mulutnya."Beli cemilan lagi, Nay? Kamu, ya. Kalau kamu punya pekerjaan ini cuma pengangguran kerjamu cuma asik nonton, rebahan sambil ngemil gak jelas. Pokoknya Mama gak mau tau sebulan ini kamu harus dapat kerja!" Nyonya Alexa mengancam putri semata wayangnya itu kembali."Iya, Ma, bakal Naya usahain, Mama gitu banget si sama anak sendiri.""Loh ini buat masa depan kamu juga Nay, ya udah cepet pulang Mama tunggu ya awas aja kalau kamu gak pulang pintu rumah tertutup buat kamu." Nyonya Alexa menutup panggilannya."Huh kapan diriku punya orang yang bisa ngertiin perasaanku. Aku hanya ingin hidup bahagia tanpa mikirin beban hidup, aargh pusing."Beberapa orang di jalan kala itu menatap padanya sesekali mereka menatap lama.
"Kenapa lihat-lihat, emang aku ini cantik!" Lalu ia meninggalkan tempat itu.Seketika tampak olehnya wanita tua seumuran kakeknya di kampung, ia luntang-lantung membawa beban di punggungnya. Naya menghampiri wanita paruh baya itu setengah berlari."Nek mau nyebrang ya? Saya bantu ya Nek," ujar Naya dengan santun.Walaupun dia tidak punya pekerjaan, pengangguran sejati, tetapi hatinya masih kaya dengan kebaikan setidaknya begitu. Sesampai di pinggir jalan Naya menuntun nenek itu ke emperan ruko, ia melihat iba sang nenek, sudah tua kenapa nasibnya luntang-lantung? Apakah dia tidak punya keluarga? Pikir Naya.Naya mengeluarkan beberapa bungkus roti dan sehelai uang dengan nominal lima pulih ribu rupiah lalu ia memberikan kepada sang nenek."Nek, ini Naya ada sedikit uang, ada roti juga buat Nenek. Ini Nenek makan ya Nek." Naya melemparkan senyum pada si nenek lalu pergi.Tak jauh dari sana tampak si pria yang berdebat dengan Naya di swalayan tampaknya ia sedang mengawasi Naya dari dalam mobilnya."Dia perempuan yang aku cari selama ini." Ia terdiam lama lalu tersenyum melajukan mobil mersinya ke arah sang nenek.Di tengah perjalanan pulang Naya menatap dompetnya coklatnya itu dengan perasaan sedih.
"Kosong," gumamnya sedih."Hem, bagaimana aku nyari kerja, mana uang gak ada. Eh, gak boleh ngumpat harus bersyukur semangat Naya." Ia memeluk dirinya sendiri.Setelah lima belas menit berjalan akhirnya Naya sampai di pekarangan rumah putih tulang dengan pagar hitam dengan nomor rumah 30, tampak sebuah mobil berwarna putih terparkir di sana. Ia melihat ke arah mobil lalu melenggangkan kaki masuk ke dalam rumah, semua isi rumah sedang berkumpul di sana sepertinya ada sesuatu yang penting sampai Nyonya Alexa mengancam akan mencoret namanya dari KK (kartu keluarga). Ibu macam apa Nyonya Alexa sebenarnya, entahlah.Tuk! Tuk! Naya mengetuk pintu yang tak tertutup supaya para isi rumah melihat kehadirannya. Semua menoleh ke arahnya."Naya, nah ini dia anaknya Mas, Naya masuklah ini ada Om Toto." Nyoya Alexa tersenyum pada Naya dan Om Toto serta ayahnya di sana."Kemarilah Nak, ini sahabat Ayah sejak muda. Ia ingin berkenalan dengan putri Ayah." Tuan Broto ikut menyahuti perkataan Nyonya Alexa.Naya memajukan langkahnya lalu duduk sembari menyodorkan telapak tangannya di hadapan Om Toto sebagai tanda perkenalan."Naya, Om," sapa hangat Naya.Om Toto membalas sodoran telapak tangan Naya kemudian berjabat tangan. Di usia yang tak muda lagi pria berkulit putih itu masih tampan masih tersisa jejak-jejak ketampanannya di masa muda. Kemudian tanpa ragu ia mulai menanyai segala hal yang berkaitan dengan putri sahabatnya itu."Kamu sudah memiliki pasangan?" tanya Om Toto tanpa basa-basi.Naya terdiam sejenak 'kenapa dia menanyaiku soal pasangan? Aneh' Naya kemudian merespon pertanyaan pria itu lagi."Belum Om, Mama terlalu over protektif terhadapku." Naya menoleh ke arah Nyonya Alexa sedangkan Nyonya Alexa tersenyum malu pada tamunya kala itu.Om Toto tertawa kemudian meminta Naya untuk mengisi suatu kertas berisi biodatanya, Naya melihat menatap ragu untuk apa dirinya mengisi biodata ini. Ia membaca pertanyaan demi pertanyaan yang di formulir itu. Namun, tak ada tujuan dan alasan formulir digunakan untuk apa. Naya kemudian menatap ibu dan ayahnya berharap mereka menjelaskan semua ini. Kedua orangtua itu menatap satu sama lain lalu mengedipkan mata."Naya, isi saja formulirnya, formulir ini untuk memindah tangankan harta warisan nenekmu ke tanganmu kelak," ujar Nyonya Alexa berbohong.Nyonya Alexa menatap wajah Naya dengan perasaan takut jika putrinya itu tidak percaya padanya. Namun, ternyata Naya tak mencurigai hal itu ia mengisi formulir itu kemudian menyerahkannya pada Om Toto kembali. Setelah be
"Yaelah formal banget si lu." Renomenghempaskan tubuhnya di bangku empuk sudut ruangan tempat biasa Bagas menyesap kopinya di pagi hari. Reno melanjutkan permainannya yang sempat tertunda."Gue pengen lu cari tau tentang cewek ini." Bagas menunjukan foto Naya entah darimana dia mendapatkan foto tersebut, mungkin dari media sosialnya."Siapa ni? Calon kakak ipar gue. Kurang cocok ini mah gak cocok sama lu yang kayak dajjal." Bagas menjitak kepala adiknya itu seperti waktu kecil.Reno mulai memancing kemarahan kakaknya kembali, selain hobi bermain game dia juga suka sekali menggoda kakaknya, ya memang tidak jelas."Dasar lu ya, cepet kerjain apa yang gue suruh," gertak bagas."Iya, iya berisik amat lu ngebet banget pengen kawin," kekehnya mengejek Bagas."Udah lu keluar." Bagas mengusir adiknya itu lalu kembali memikirkan siasat untuk mendapatkan sang Naya hanum.Bagas sejujurnya dap
"Atau Naya bakal dicoret dari KK, iya 'kan Ma?" gerutu Naya sambil meraih susu di Baki yang di bawa Nyonya alexa sambil mencoba beberapa gigit roti keju dengan dua lapis daging panggang di dalamnya.Melihat jam sudah menunjukan jam tujuh pagi ia memutuskan untuk bangkit dari pertapaannya itu, ia bergegas mengambil sehelai handuk dari laci khusus peralatan mandinya kemudian berjalan ke arah kamar mandi, sedangkan Nyonya Alexa masih mantap duduk di atas ranjang gadis semata wayangnya itu. Sungguh lucu ia harus memastikan gadis itu mandi dengan bersih. Ya, biasanya Naya selalu menghabiskan waktu paginya untuk menatap laptop menyaksikan beberapa drama Korea yang belum ia selesaikan kemarin malam sambil menyantap beberapa cemilan seperti biasanya."Ma, Nay gak usah ditungguin. Nanti Nay ke bawah sendiri." Naya merasa tidak nyaman diawasi oleh Nyonya Alexa.Kadang Nyonya Alexa sangat protektif terhadap an
"Sebenarnya kamu mau 'kan, jujur saja." Kini Bagas berjalan beriringan dengan Naya ditambah dengan senyuman dibibirnya, wajah Naya masih nampak kesal."Enggak menikahimu adalah neraka bagiku!" tukasnya."Bener?" Bagas mencoba mengganggu Naya yang masih kesal dengan tingkahnya itu."Iya, Karena aku membencimu dan tidak memiliki cinta sedikit pun untuk orang yang menyebalkan macam dirimu" Ia mengacungkan jarinya telunjuknya ke arah Bagas."Ok kalau begitu akan aku buat kamu jatuh cinta."Ia tersenyum pada Naya lalu pergi sambil berkata. "Naya Hanum istri sang Bagas Permana." Ia berteriak beberapa orang melihatnya dengan heran."Dasar orang sinting huh." Ia mengerutkan dahinya.Naya memutuskan untuk pulang memberikan kabar gembira pada Nyonya Alexa. Ya, walaupun baru sekadar panggilan wawancara tapi ia yakin dirinya punya posisi yang bagus nanti di perusahaan itu."Mama ...." Naya me
"Eh anda bisa gak si gak usah ikut campur urusan aku bikin sebel aja pagi-pagi, pergilah!" hardik Naya."Lo aku cuma mau ngasih tumpangan untuk calon istriku, apakah salah?" Ia memperlihatkan mimik wajah bodohnya, Naya tetap tak habis pikir dengan pria menyebalkan di depannya ini."Udah berapa kali aku bilang aku gak mau menikah denganmu paham!" tukasnya lagi."Hari ini kamu ada interview 'kan, daripada kamu telat mending kamu naik sekarang," ujar Bagas dengan penuh kelembutan.Naya berpikir darimana dirinya tahu kalau Naya hari ini ada interview. Dan, betul juga kalau dia tidak tepat waktu datang untuk interview bisa pupus sudah harapannya untuk menjadi wanita yang memiliki karir, mau tidak mau dirinya menerima tumpangan dari Bagas." Ya udah deh, gak ada pilihan lain, tapi ini bukan jawaban kalau aku mau menikah sama kamu" Ia membuka pintu mobil bagian belak
Naya berjalan keluar dari kantor itu dia masih bingung apa dirinya harus bekerja sebagai suster, sedangkan dirinya adalah sarjana ya ampun apa kata Nyonya alexa nanti. Ya, walaupun gajinya juga cukup besar untuk seorang yang belum memiliki pengalaman kerja sama sekali seperti dirinya ini. Naya memutuskan untuk pulang, dari kejauhan tampak Bagas sedang menunggu Naya."Udah selesai?" tanya Bagas."Udah kau pergi saja aku gak usah dianter,""Aku gak mau kamu capek ya, ayo masuk!" jawab Bagas.Dengan terpaksa Naya menuruti perkataan Bagas. Kepalanya terasa mau pecah dengan semua ini. Bagas yang memperhatikan Naya sangat gusar mencoba bertanya apa yang terjadi." Calon istriku kenapa?" Naya mencoba tidak mendengarkan Bagas."Nay? Sayang?" tanya Bagas lagi."Tau ah kamu bikin pusing aja, aku ngelamar kerja cuma bua
Naya duduk kembali bersama Om Toto serta kedua orangtuanya, Nyonya Alexa dan Tuan Broto. Ia masih tak terima dengan nasib yang digariskan oleh ibu dan ayah. Ya, di usia yang masih terbilang cukup muda untuk menghabiskan masa mudanya seperti gadis kebanyakan. Namun, mengapa orang tuanya selalu memandang dirinya adalah sesosok yang lemah yang tak bisa bekerja, yang hanya membutuhkan orang lain untuk menjamin kehidupannya."Om, Naya mau tahu siapa yang bakal menikah dengan Naya apakah Naya bisa bertemu dengannya dulu." Naya mendekati Om Toto, membocorkan pria paruh baya diungkap dengan serius.
Ting! Naya membunyikan bel rumah besar bewarna putih tulang itu, ini sudah bel yang ketiga kalinya, ok kita coba sekali lagi.Krek! Seseorang membukakan pintu sebelum Naya menekan bel ke-tiganya. Pria itu mengenakan sweater abu-abu dengan rambut acak-acakan sembari menguap satu tangannya lagi menggaruk kepalanya yang gatal."Harum?" ujar si pria sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Naya yang lain tak bukan adalah Reno."Em, bukan saya Naya, suster pilihan bapak Rey," balas Naya dengan kikuk."Ok, ok silakan masuk."Nah pekerjaan kamu adalah mengurus segala keperluan nyonya Biya, membantu beliau ke kamar mandi, memasak makanan untuk beliau, dan ya pastinya kamu paham tugas seorang pengasuh untuk lansia."Reno mengitari ruangan itu sambil menerangkan segala tugas yang harus dipikul oleh Naya sebagai suster baru. Huh, kepala Naya dib