"Dia sedang memesan kue untuk diberikan pada Ainsley. Apa itu Ainsley yang sama? Maksudku apa itu kau?" Edison menatap pada Ainsley, menunggu Ainsey menjawab.
Ainsley terdiam cukup lama. Pikirannya melayang-layang di udara. Pikirannya seketika dipebuhi oleh satu orang, yaitu Dixon.
Ya, mendengar ciri-ciri yang sibetkan oleh Edison, Ainsley langsung terpikirkan satu nama. Dan tidak mungkin ada Ainsley lain. Pasti Ainsley Luvena Ashton.
'Dia memesan kue, untukku, dalam rangka apa?' Dalam hati Ainsley bertanya-tanya.
"Kak Ainsley, mengapa kau diam saja?" desak Edison.
"Aku tidak tahu, Ed, kenapa kau tidak tanya saja padanya langsung tadi?" tanya Ainsley.
"Sudah kutanya. Tapi dia bilang dia tidak harus memberitahuku karena ini bukan urusanku," jelas Edison.
"Kalau memang kau Ainsley yang dia maksud, lebih baik kau jauhi saja dia, Kak," kata Edison lagi.
"Kenapa memangnya?" tanya Ainsley mengerutkan kening.
"Iya, karena tampangnya sep
"Semoga kau mendengar pesan yang aku titipkan pada orang tuamu, jangan buka kotaknya sebelum membaca tulisan ini," gumam Ainlsey membaca kartu ucapan tersebut."Jangan buka kotaknya sebelum melewati pukul dua blasas malam kalau tidak nanti bisa-bisa kotak ini meledak," lanjutnya."Ish, apa-apaan dia, sok misterius!" cibir Ainsley pelan. Lalu Ainsley mengok jam di dindingnya yang telah menunjukkan pukul 00:11."Sudah pukul dua belas malam? Sekarang kau bolah buka kotaknya." Aisley melanjutkan membaca tulisan itu dan selesai sampai disana.Ainsley mengedikkan bahu pelan, namun ia menurut saja dengan apa yang ada di dalam tulisan itu.Ainsley membuka kotak tersebut dan ia menemukan ada kotak kecil di dalam kotak tersebut. Tak lupa sebauh kartu ucapan disematkan disana juga."Aku berikan benda berharga milikku ini untukmu. Tapi jangan pernah kau buka jika kau masih tidak mau menerimaku. Simpan saja sampai kau mau membuka hati untukku." Ainsley mengeru
"Maaf, aku tidak mendengarnya. Coba kau katakan sekali lagi.""Kau mendengarnya, Dixon. Aku tidak akan mengulanginya lagi," kata Ainsley ketus."Hahaha ... ya, aku mendengarnya. Hanya saja aku tidak percaya aku akan—maksudku aku tidak percaya kau akan mengundangku di hari spesialmu itu," tutur Dixon."Hanya untuk balas budi saja," kata Ainsley datar."Benar begitukah?" Dixon menautkan alis."Memangnya apa lagi? Jangan terlalu memandang tinggi dirimu, Dixon!""Ya ya, aku memang tidak tinggi," balas Dixon sambil mengedikkan bahu."Lagi pula bukan hanya kau saja yang di undang. Emily, Luke, mereka juga akan diundang," kata Ainsley mempertegas bahwa itu bhkan undangan spesial."Hmm, sepertinya aku memang telah memandang tinggi diriku sendiri," celetuk Dixon."Ehem, besok kita akan uji coba produk kita, bukan?" tanya Ainsley."Ya, kau boleh membawa kenalanmu jika kau mau," balas Dixon."Tidak. Sebaiknya harus benar-benar o
Freddy membuka pintu dan langsung melihat keberadaan Dixon yang cukup mengagetkannya."Apa boleh Ainsley pergi bersamaku, Paman?" tanya Dixon to the point."Dixon, kau mengagetkan paman.""Ah, maafkan aku, Paman. Aku tidak bermaksud mengagetkanmu. Tadi aku mau mengetuk pintu dan ternyata pintunya sudah terbuka," jelas Dixon.Freddy mengangguk-angguk paham. Kemudian Freddy beralih menatap pitrinya."Ainsley, apa kau mau berangkat bersama Dixon?" tanya Freddy."Dad, aku—""Kalau kau keberatan maka jangan paksakan," kata Dixon menyela.Ainsley menghela napas pelan. "Aku akan berangkat bersamamu," kata Ainsley cepat. Brianna tak kuasa untuk menyembunyikan senyumannya. Ia tersenyum bungah."Freddy, ayo kita berangkat sekarang," kata Brianna tak sabar."Iya. Dixon, kau hati-hati memyetir.""Baik, Paman." Dixon mengangguk."Ayo kita juga berangkat," ajak Dixon. Ainsley hanya menganggukkan kepalanya kecil.Dixon m
"Ainsley, apa kau mau jalan-jalan juga?" tanya Dixon.Ainsley menggeleng. "Tidak. Aku tidak berminat," kata Ainsley lalu mengambil duduk di kursi panjang yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Dixon menyusul dan duduk di sebelah Ainsley."Mau cokelat?" tanya Dixon menawari coklat yang diayunkan di depan Ainsley."Tidak, terima kasih.""Kau sengaja menolak semua yang aku tawarkan, hm?" tanya Dixon.Ainsley mengangkat bahu acuh.Dixon membuka bungkusan cokelat itu lalu dengan sengaja ia menyuapkan cokelat itu pada Ainsley."Emm ... emm ... Dixon, apa yang kau—""Buka saja mulutmu, atau cokelat ini akan mengotori permukaan bibirmu," kata Dixon memaksa.Dengan kesal dan terpaksa, Ainsley membuka mulutnya dan cokelat itu masuk ke dalam mulutnya."Kata orang makan cokelat bisa membuat kita tenang. Apa kau lebih tenang sekarang?" tanya Dixon."Aku akan jauh lebih tenang jika kau pergi dari sini," kata Ainsley ketus. Namun Dix
"Sebaiknya anda turun, Tuan," kata salah seorang yang turun dari mobil yang menghadang."Freddy, kau tahu siapa dia?" tanya Brianna menyelidik."Aku tidak tahu. Kau disini saja, biar aku yang turun," kata Freddy terdengar seperti perintah.Brianna menghela napas berat. "Hindari hal-hal yang berbahaya, Freddy. Bicarakan saja baik-baik apapun yang terjadi," pinta Brianna."Aku mengerti."Freddy pun turun dari mobil.Brianna terlihat sedikit cemas. Sudah lama sekali mereka tidak mengalami masalah yang mengharuskan mereka untuk berkelahi, terutama setelah kelahiran Ainsley. Itu berarti sudah sekitar dua puluh tahun. Tetapi sekarang terjadi lagi.Brianna pikir zaman sekarang dunia bisnis sudah bersih, tidak ada penyerangan seperti ini, namun kapanpun zamannya perselisihan tidak bisa dihindari.Brianna terus memperhatikan suaminya dari dalam mobil. Tak hanya itu saja, Brianna pun memperhatiakn orang-orang yang mengjadang mereka. Brianna menj
"Apa masih sakit?" tanya Ainsley sambil nyengir, seolah ia ikut merasakan sakit yang di alami Dixon.Dixon menggeleng. "Tidak." Balas Dixon singkat.Ainsley mengadikkan bahu acuh. "Ya sudah, syukirlah," kata Ainsley kemudian berdiri.Dixon menangkap pergelangan tangan Ainsley kemudian mendongak untuk menatap Ainsley karena posisinya duduk."Kau mau kemana?" tanya Dixon."Aku mau mengambil ponselku. Aku ingin menghubungi Luke agar dia mengantarmu pulang," jelas Ainsley."Tidak perlu, Ainsley. Aku bisa pulang sendiri. Ini hanya luka kecil, aku masih binya menyetir," balas Dixon."Jangan membuat Luke mencemaskan hal kecil seperti ini atau Luke akan menertawakanku. Kau tidak sedang menganggapku lemah, kan?" lanjut Dixon. Ainsley menggeleng."Bagaimana perasaanmu, Dixon?" kata Brianna yang tiba-tiba muncul entah dari mana.Ainsley langsung buru-buru menarik tangannya agar terlepas dari cekalan tangan Dixon."Pe-perasaan perasaan
Proyek kerjasama yang diambil alih oleh Ainsley dan Dixon berjalan dengan lancar. Semuanya telah berjalan sesuai rencana. Uji coba sudah dilakukan. Promosi sudah dilakukan beberapa waktu lalu. Demo pun sudah terlaksana. Dan hari ini adalah hari dimana produk mereka launching.Launching produk yang di ciptakan oleh kerjasama antara perusahaan Emperor dan Rising Star digelar sangar meriah. Semua orang antusias apalagi setelah melihat promoai mereka yang sangat menarik, demo mereka yang sangat meyakinkan, dan tampilan toko online yang sangat memudahkan.Ah ya, toko online itu sengaja diciptakan oleh Freddy untuk kepentingan penjualan produk baru mereka. Ainsley dan Dixon memikirkan tentang penjualan melalui website tetapi menurut Freddy akan lebih fleksibel jika langsung menggunakan platform.Selain bergerak pada bidang baru, yaitu platform penjualan online, platform itu juga akan ia jadikan sebagai tempat penjualan produk-produk Emperor selanjutnya. Produk proyek Ain
Dixon mengantar Ainsley pulang ke rumahnya. Akhir-akhir ini, selain Ainsley yang sudah tidak begitu cerewet, Dixon juga tidak begitu menjahili Ainsley atau memaksa Ainsley ini itu. Mungkin mereka sedang disibukkan dengan proyek mereka. Lagi pula Dixon tidak ingin jadi pemaksa. Apalagi setelah tahu Ainsley sering pergi bersama Luke, Dixon membiarkan saja dan berusaha mendukung asalkan Ainsley bahagia."Maafkan aku. Aku tidak ada makaud untuk melarangmu pergi bersama Luke. Aku hanya merasa hari ini sangat melelahkan. Aku sendiri pun merasakannya," celetuk Dixon sambil menyetir ketika masih di dalam perjalanan."Tidak, kau tidak bersalah jadi jangan minya maaf. Sebenarnya aku memang lelah," balas Ainsley jujur."Ainsley.""Dixon."Panggil mereka bersamaan. Mereka saling pandang kemudian tertawa bersama."Apa?" tanya Dixon."Tidak, aku hanya ingin memberikan selamat untuk kerja keras kita. Semoga hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan. In