Cahaya mentari pagi menerobos masuk melalui celah ventilasi dan menembus gorden tipis kamar pribadi di hotel milik Ale. Saat ini, posisi tidur Gea berada di zona bahaya, tangannya masuk kedalam celana Ale saat itu.
Jarum jam terus saja berputar, Ale sudah tak tahan lagi dengan posisi alat tempurnya yang tegak, siap siaga akan kerang masuk ke dalam lubang. Sudah beberapa kali juga ia membangunkan Gea, tetapi tetap saja gadis kecilnya tidak bangun juga. Tangannya terus saja memegangi adik kecil milik Ale sembari di cubit-cubit di bagian kepalanya.
"Astaga, semakin mengeras. Kenapa juga bisa begitu, sih? Sadar diri kalau nih anak masih bocil!" kesal Ale dalam hati.
Kembali Ale terus berusaha membangunkan Gea. Namun, Gea masih saja enggan untuk bangun. Bahkan seorang malah menggesek-gesekkan pipinya di lengan Ale. Perlahan, Gea membuka matanya, melihat sekeliling kamar yang indah, rapi nan bersih.
"Hey, lihat! Pemeran utama kita telah datang!" sorak Aurel menepuk tangannya ke meja.Semua murid menatap ke arah Gea dengan tatapan penuh tanda tanya. Semua telah terhasut oleh isu Aurel yang mengatakan jika Gea memiliki sugar daddy, dan merebut tunangan dari kakaknya."Aurel!" teriak Leni."Jika kamu tidak tau apa-apa, mendingan kamu diem aja. Bacot, lu!" sulut Azka membela Gea."Eh, asal kalian berdua tau aja nih. Sahabat lu ini pelakor!" Aurel tetap saja memfitnah Gea."Pelakor kayak dia seharusnya di depak dari sekolah. Buat malu aja ih, jijik banget. Udah berapa kali lu di booking sama tuh Sugar Daddy lu?" hina Aurel."Apaan, sih? Eh, lampir, lu kan yang menjadi peliharaan sugar daddy? Ngaku aja deh, lu!" Azka sudah emosi dengan pernyataan Aurel yang terus memojokkan Gea sebagai pelakor.Aurel mengepalkan tangannya, ia hendak mengelak apa yang dikatakan Azka kepadanya. Namun memang benar jika i
Dalam mobil, Gea masih saja memanyunkan bibirnya. Ale menebak jika Gea saat ini tengah marah kepadanya. Ia menanyakan apa yang membuat Gea marah kepadanya."Kenapa sejak keluar sekolah, kamu terus memanyunkan bibirmu itu?" tanya Ale."Mereka semua menganggap diriku simpanan om-om dan menjadi pelakor dari kakakku sendiri, bagaimana aku tidak kesal?" ungkap Gea."Hey, bukankah kamu wanita yang tegar? Kenapa harus bersedih jika kamu tidak melakukan semua itu?""Memangnya, Kak Ale yakin mau menikahi aku?" dengan tatapan yang penuh harap, Gea berharap tidak mendengar jawaban yang membuatnya sakit hati."Kan aku sudah bilang, aku akan menikahi dirimu. Aku juga janji akan menjagamu sampai nanti," jelas Ale. "Kenapa? Apakah kamu berubah pikiran?"Gea menggelengkan kepala, kemudian bertanya kembali, "Kapan itu? Kapan kau akan menikahi diriku?
"Kak, bangun dong. Sore ini gelap banget. Sepertinya mau hujan deh," Gea mencoba membangunkan Ale."Sebentar lagi," alasan Ale."Aku yang capek dengan posisi seperti ini!" kesal Gea.Sejak siang hingga sore, Ale dan Gea tidur berpelukan di sofa tengah. Mereka semakin mesra ketika keluarga sudah mengetahui hubungan kedekatan mereka."Lalu posisi bagaimana yang bisa membuatmu nyaman? Seperti ini?" goda Ale tiba-tiba terbangun dan berada di atas tubuh Gea."Ya bukan seperti ini juga kali, ah!" Gea mulai kesal.Hujan tiba-tiba turun dengan deras. Bukan hanya hujan saja, angin disertai petir yang terus menyambar sampai membuat listrik padam. Suasana mendukung untuk mereka pacaran di ruang tengah.Apalagi, Vella baru saja mengirim pesan jika ia akan pulang terlambat akibat hujan deras di jalan.
"Gea, yakin kita mau satu kamar? Kamu tidak takut kemarin malam itu akan terjadi lagi?" bisik Ale.Gea berjalan mendekatinya, kemudian menggenggam tangan pria-nya begitu erat. Seakan ia meyakinkan jika tidak akan terjadi apa-apa malam nanti."Aku percaya kepadamu," ucap Gea."Jika kamu orang yang seperti itu, karin malam pasti sudah terjadi. Aku mau mandi dulu, setelah ini kita jalan-jalan sebentar, yuk!"Ale hanya mengangguk. Gea mempercayainya dan ia akan menjaga kepercayaan tersebut.Gea sendiri paham, menahan nafsu itu memang berat. Dirinya sana bisa terpesona dengan pandangan Ale. Selesai mandi, mereka keluar siang hari itu.Gea terlihat sangat senang bermain ombak, mereka sangat menikmati waktu berdua. Banyak yang mereka lakukan berdua, seperti mereka makan siang, berfoto agar memiliki kenangan, bercanda ria, dan bahkan mereka beberapa kali berpelukan dan bermesraan di pantai.Tiba di penghujung hari
Sampai di mana Gea me jumpai hari kelulusan. Ia mendapat nilai yang sangat memuaskan. Wisuda kali ini juga dihadiri oleh neneknya dengan raut wajah yang sangat angkuh.Entah niat jahat apa lagi akan dilakukan oleh Neneknya. Tiba-tiba saja beliau begitu baik kepada Gea dan Vella. Bicara soal Vella saja Neneknya juga santai, anaknya kini juga sudah lahir. Jenis kelamin anak itu perempuan yang di beri namanya Regina Dirga, sesuai dengan nama belakang Aldi sangat ayah.Tepat dihari itu, waktu sudah merenggutnya hidup tanpa ditemani Ale. Sudah hampir 1 tahun lebih 3 bulan, Gea terus saja menoleh ke kanan-kiri, berharap jika pria-nya akan datang menemuinya.Sejak kepergian Ale, mereka sama sekali tidak ada komunikasi dan tak pernah menanyakan kabar. Bahkan Ibunya Ale juga susah untuk menghubungi Ale yang masih di luar pulau.Nenek mendekati Gea seraya berbisik, "Gea, sampai sekarang saya sudah bersabar dengan kalian. Saya juga mau menerima anak Vella de
Akhirnya sampai juga Gea di lokasi yang dituju. Gea masih mencari informasi dimana Ale dirawat. Sayangnya Gea tidak mahir berbahasa Inggris."Sial, mana aku tidak bisa bahasa Inggris pula. Bahasa Indonesia aja masih plekak-plekuk. Gimana mau nanya orang lain di sini?"Tiba-tiba ada pesan di alat pelacak yang Rendra berikan kepadanya. Ia mendapat informasi dimana Ale di rawat."Hehe, untung ada Papa. Memang papaku ini orang yang hebat dah!"Gea terus mencari ruangan tersebut, hingga akhirnya Gea berhasil menemukan ruangan itu. Benar saja, penjagaannya sangat ketat. Beberapa orang ada di sana dengan stelan warna hitam."Dasar orang kaya. Ribet amat sih pakai di jagain. Mana penjaganya kek pelayat semua lagi," gumam Gea."Tapi gimana mau masuk ke sono, ye? Aku bisa sih bela diri, tapi kalau penjaganya aja model begitu ... ah, pikir belakang, yang terpenting sekarang, bagaimana caranya aku masuk dulu."Gea mengamati
Kali ini, Ale benar-benar bisa memakan habis tubuh mungil Gea. Kecupan manisnya membuat Gea semakin memanas. Meski tubuhnya belum sembuh total, tapi ia tidak menghiraukannya. Ia hanya ingin menghabiskan malam bersama dengan kekasihnya saja.Dan juga, walapun tubuh kecilnya kalah dengan tubuh Ale, Gea semakin bisa mengimbangi permainan Ale. Mereka makin memanas, ciuman Ale sudah menurun ke leher, perlahan Ale mulai membuka dress sexy yang melekat dalam tubuh Gea dengan kasar.Di ciumnya perut Gea dnegan lembut, perlahan tangan Ale mulai melepaskan penutup gunung yang hampir siap meletus karena lembahnya mulai merembes. "Gea, kumohon berikan kepadaku, ya?" bisik Ale dengan lembut seperti dewa cinta.Dengan nafas yang susah memburu, Gea mengangguk tanda setuju menyerahkan apa yang dimilikinya untuk kekasihnya. Gea tahu jika itu adalah harta berharganya. Namun, demi Ale, ia mampu memberikannya dengan suka rela. Sebab, Gea yakin jika Ale mam
Di pagi berikutnya, mereka akhirnya terbangun dengan waktu yang sudah menunjukkan siang hari.Gea terbangun, perlahan ia membuka matanya dan menguap, mendengar sapaan hangat dari kekasihnya yang juga baru saja terbangun."Siang, sayang. Kamu sudah bangun?" tanya Ale mendekap hangat tubuh mungil kekasihnya."Siang juga, tukang tidur!" ledek Gea.Tak peduli apa yang Gea katakan. Ale hanya ingin memeluk kekasihnya dengan erat dan tak ingin berpisah lagi. Bahkan, ia berharap tak ada lagi perpisahan diantara mereka."Sudah siang, ayo sebaiknya kita bergegas," ucap Gea menepuk lembut kepala Ale."Sebentar lagi, jika kita sudah pulang. Kita tidak bisa seperti ini, sayang." tolak Ale manja.Dengan mempererat pelukannya, Ale bahkan teringin melakukannya lagi dengan Gea. Ia bahkan sampai berbisik jika dirinya sudah tidak tahan."Serius mau lagi?" goda Gea."Cukup!""Ini