Hana berdiri mematung di depan pagar rumahnya yang sudah karatan. Beberapa bagian besinya nampak kopong dan patah. Gadis itu ragu untuk masuk ke dalam rumah sekarang, alasannya karena sebuah surat yang kini ada digenggaman tangannya . Surat peringatan dari sekolah karena sudah empat bulan Hana belum membayar uang spp sekolah .
"Permisi, apa benar ini rumah pak Gunawan?" Sebuah tangan menepuk pundak Hana
Hana berbalik "benar pak, bapak siapa ya?" Hana bergidik ngeri melihat laki-laki ini . Tampangnya sangar dengan kacamata hitam dan jaket kulit mengkilatnya, bukan hanya satu tetapi ada lima orang lelaki berpenampilan serupa
Tanpa menjawab pertanyaan Hana , laki-laki itu langsung membuka paksa pagar rumah Hana diikuti gerombolan dibelakangnya
Kejadiannya berlangsung cepat ,gerombolan lelaki itu memasuki rumah Hana dan keluar mengangkuti barang-barang perabotan dari dalam rumah
"Jangan pak, jangan ambil barang-barang kami " pinta ibundanya kepada salah satu lelaki disana
Tetapi lelaki itu mengacuhkannya ,
"Pak, hanya ini barang-barang kami, apa salah kami ? " Ibundanya bertanya kembali, wanita paruh baya itu berusaha menahan sebuah tivi satu-satunya dengan kedua tangannya
"Cih,minggir sana. Bilang sama suamimu jangan sok-sokan main judi di tempat kami jika tidak punya uang"
Seorang lelaki yang lain memegangi pundak ibunda Hana,
"Maaf bu, kami hanya menjalankan tugas dari bos, kalau ibu mau protes langsung datangi saja bos kami "
"Baiklah ambil saja tidak apa-apa " jawab ibunda Hana sambil menghapus air matanya dengan kedua tangannya, ia berusaha tegar di depan anak-anaknya
"Dimana alamat bos kalian? Aku akan menghampirinya dan menamparnya dengan tanganku ?" Tiba-tiba Hana masuk kedalam rumah dengan sangat emosional
"Kak Hana pulang..... " Teriak adik Hana yang paling kecil
"Hana, kamu jangan bercanda. Sudah tidak apa-apa , barang-barang ini nanti ibu belikan lagi "
"Memangnya kapan kita bisa punya uang lagi bu?" Dengus Sita
Ibundanya tidak bisa menjawab, anak keduanya itu berkata benar. Saat ini ia bahkan tidak punya uang sama sekali di dalam dompetnya . Upah jasa mencucinya belum dibayarkan majikannya
"Aku ikut kalian ke tempat bos kalian" tantang Hana penuh tekad
"Kamu serius gadis kecil, bos kami tidak mengenal ampun sedikitpun "
"Aku serius " jawab Hana
"Baiklah ayo ikut kami "
"Hana...... Jangan nak, "
"Ibu tenang saja, aku akan berusaha semaksimal ku untuk mempertahankan milik kita, doakan Hana ya bu"
Hana dan gerombolan para pria itu pun pergi menuju kediaman sang bos mereka. Hana duduk di jok mobil paling belakang berhimpitan dengan barang-barang miliknya sendiri. Ia berusaha menahan kedua tangannya yang gemetaran.
"Hei nak , kamu kenapa? Apa mau paman turunkan di sini?" Tanya seorang pria yang duduk di jok depan
"Tidak, kenapa aku harus turun diaini, antarkan saja aku kepada bos kalian" ucap Hana
"Kau berani sekali gadis kecil , siapa namamu nak?" Tanya pria itu lagi , ia melepaskan kacamatanya memandangi wajah Hana lebih seksama
Hana diam tak menjawab
"Tak mau menjawab? Apa paman terlihat menakutkan?" Tanya lembut pria itu
Hana mengangkat pandangannya ke arah pria itu tanpa bersuara
"Dengar gadis kecil, paman akan memberi saran padamu , meskipun hidupmu akan keras kedepannya, kau harus bertahan dan melawan . Tidak harus dengan tengamu tapi lawanlah mereka dengan isi otakmu" jawab paman itu tersenyum
🥀🥀🥀🥀
Mereka akhirnya sampai tujuan. Sebuah ruko tua tiga lantai yang terletak di pinggir kota . Dua ruko yang lain tampak kosong tak terawat dengan kaca jendela yang pecah sebagian .
Hana melihat sekeliling sebelum memasuki ruko itu. Saat masuk kedalam , keadaan di dalam ruangan tidak menyeramkan seperti di luar. Sebuah sofa hitam yang panjang dan meja yang penuh dengan puntung rokok bertebaran disana. Dinding ruangan bercat emas dan guci-guci yang besarnya, sebesar orang dewasa ada di setiap sudut ruangan .
Seorang wanita dengan gincu tebal dan pakaian yang hampir terbuka turun dari anak tangga
"Dimana bos?"
"Lagi ada tamu" jawab wanita itu. Ia memperhatikan Hana dari ujung kepala sampai ujung kaki
"Siapa gadis ini?" Tanya wanita itu tersenyum
"Katanya dia mau bicara sama bos"
Wanita itu tertawa , tawanya memenuhi seisi ruangan sebelum akhirnya mengiyakan
"Baiklah, ayo ikut aku gadis kecil"
"ketuklah pintunya, bos ada di dalam" wanita itu menyuruh HanaHana tampak gugup, meski begitu tangannya akhirnya berani mengetuk pintuTok tok tok tok , terdengar pelan"Lakukan lagi, ketukanmu tak terdengar di telinga bos kami, kau tahu bahkan dokter mengambil sebagian daun telinga kanannya" ucap wanita itu penuh senyumHana menelan ludahnya,Tok tok tok tok , hana mengulanginya kali ini ketukan tangannya lebih bertenaga"Siapa?" Teriak seseorang dari dalam"Ada tamu bos, seorang gadis memakai seragam SMA , mau bertemu bos katanya " jawab wanita itu masih dengan tersenyumEntah kenapa bagi Hana , senyuman wanita itu justru terlihat menakutkan"Gimana bos, boleh masuk sekarang?" Tanya wanita itu lagi"Baiklah,bawa gadis itu masuk kemari"Pintu pun dibuka pelan-pelan , wanita bergincu yang entah siapa namanya itu masuk duluan, di ikuti Hana dibela
Hari semakin gelap, Hana melihat waktu di layar ponselnya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam. Tidak , ia tidak akan mundur, ia sudah kadung menerima perjanjian dengan pria tua itu tadi siang. Ia harus menyelamatkan perabotan rumah milik keluarganya dan lagi pria tua itu juga menjanjikan akan melunasi spp sekolahnya yang menunggak jika misi yang diberikannya berhasil dilaksanakanTapi bagaimana caranya? Aku sendiri bahkan belum pernah punya pacar , gumam Hana. Ia melihat pantulan dirinya yang masih memakai seragam sekolah pada kaca di luar barHana memperhatikan setiap orang yang akan memasuki bar itu . Ketika akhirnya Leon keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam bar, Hana langsung mengikutinya namun seorang security menahan Hana"Hey nak, anak sekolah dilarang masuk kesini""Kenapa?" Tanya Hana polos"Perpustakaan lebih tepat untuk gadis seusiamu, okey . Kembalilah jika kau sudah punya ktp?" security itu mendorong pelan
Begitu memasuki bar , Hana tampak melongo tak percaya. Dunia baru yang sedang dijejaki kakinya sekarang membuatnya sakit kepala . Ada banyak laki-laki dan perempuan berbaur di lantai dansa, menggoyang-goyangkan tubuh mereka sesuka hati mengiringi dentuman musik yang diputar seorang dj diatas panggung.Seorang waiter pria memakai kemeja hitam dan dasi kupu-kupu berwarna hitam di bagian kerahnya menghampiri Hana dan Cindy, satu tangannya memegang nampan berisi beberapa gelas yang diisi wine"Minuman selamat datang untuk dua gadis yang cantik" sambut pria itu.Hana menolak lembut " enggak makasih, kami mau lihat-lihat dulu"Cindy terlihat ingin protes namun lengannya sudah keburu ditarik Hana pergi menjauh dari sana"Lepasin aku Han, aku datang kesini mau senang-senang""Tapi enggak minum juga ndy""Trus ngapain? Ngaji disini?" Seloroh Cindy kesal"Udah deh kita masing-masing aja, aku
"nak,kamu dimana sekarang? Kamu baik-baik saja kan? Kamu enggak diapa-apain kan, ibu jemput kamu ya sekarang?" Suara cemas ibunya memberondong Hana seperti senapan"Hana baik-baik aja ko bu. Tadi bos kawanan preman itu berjanji akan mengembalikan barang-barang kita"Hana melirik ke arah Leon di tempat tidurnya. Tangan kanan leon bergerak menjambak rambutnya sendiri"Bu, Hana tutup dulu ya telponnya. Ibu enggak usah khawatir. Malam ini Hana ijin menginap di rumah Cindy ya bu" ucapnya sambil menggigit kuku telunjuknya"Kamu berkata jujur kan Hana?" Tanya ibunya"Hana enggak bohong ko. Tanya Cindy saja kalau tidak percaya"Panggilan dimatikan Hana secara sepihak .Maaf ya bu, Hana terpaksa melakukan ini. Gumam HanaSelanjutnya Hana mengirim sebuah pesan suara kepada Cindy"Ndy, kalau ibuku tanya, tolong bilang aku lagi nginep di rumah kamu ya malam ini! Please....please....
Keesokan paginyaLeon terbangun dari tidurnya, ia merasakan sesuatu yang aneh tubuhnya lebih fit dari biasanya . Ia menggeliat sebentar sebelum akhirnya ia menyadari tubuhnya yang hanya memakai sehelai celana dalam berbalut selimut. Leon bergegas bangun dari tempat tidur dan alangkah terkejutnya ia saat melihat seorang gadis tertidur di sofanyaIa mendekat ke arah gadis itu , tangannya ingin menepuk membangunkannya namun terdengar suara bell dari luar pintu apartemennyaSiapa gadis ini,kenapa dia tertidur di sofaku? Dia terlihat masih dibawah umur dan sangat tidak pantas dengan pakaian yang dikenakannya sekarang . Siapa dia? Apa aku yang membawanya kemari? Bathin Leon penuh tanya ia tak mengingat apapun kejadian semalam"Sepertinya aku pernah melihatnya tapi dimana?" Leon mencoba mengingat .Bel pintu apartemen sudah berhenti, Leon mendengar langkah sepatu high hell ya
Tanpa membuang waktu lagi Sarah pergi meninggalkan apartemen kekasihnya. Ia merasakan amarah dan bingung bercampur aduk. Ia ingin sepenuhnya mempercayai pembelaan Leon namun gadis muda itu tidak mungkin berbohong kanApakah leon sudah bosan denganku? Ataukah ini karma karena dulu aku pernah mengkhianatinya ? Desah Sarah🥀🥀🥀🥀Hana mengintip dari balik pintu ketika Leon memohon pada Sarah, namun Sarah yang sudah dikuasai emosi menampar Leon berkali-kali. Ia meluapkan seluruh kekecewaannya pada kekasihnya itu.Ah, andai ibuku juga punya kekuatan seperti nona Sarah untuk melawan ayahku, desah Hana dari balik pintu kamar LeonPertunjukan berakhir, pertengkaran mereka usai tanpa terselesaikan . Leon memegangi wajahnya yang kini memerah karena tamparan bertubi-tubi dari Sarah . Lalu berjalan ke arah kamar dimana Hana mengintipnya sejak tadi. Leon memi
Hana memutuskan langsung pergi ke sekolah tanpa pulang ke rumahnya dulu.Di kelasTeng teng teng teng bel istrirahat berbunyiSejak tadi suhu tubuh Hana menjadi panas , ia merasa seluruh tulang-tulangnya retak , bagian dada dan ujung pangkal pahanya terasa menegang sejak tadi"Kamu kenapa Hana? Wajahmu pucat banget " Tanya Bella teman sebangkunya khawatirHana menggeleng "aku enggak apa-apa ko" ia menyandarkan kepalanya ke dinding"Kamu sakit Han, aku antar ke uks ya, mumpung lagi jam istirahat"Hana menggeleng tidak mau, ia bersikeras dirinya baik-baik saja"Yaudah aku mintain obat aja ya, kamu tunggu disini "Hana mengangguk tersenyum "makasih Bel" ucapnyaSetelah Bella mendapatkan paracetamol di
Di tempat lain di waktu yang samaLeon sedang berdiskusi di dalam ruangan kantornya. Disana ada Malik seorang sutradara, Rina penulis naskah tetap di rumah produksi drama miliknya dan seorang pria muda berkacamata yang tampak bersemangat bernama Rio .Leon membaca lembaran-lembaran naskah yang diberikan Rio, ia hanya melihat dengan tatapan dingin malasnya lalu menolaknya mentah-mentah"Tapi pak anda belum membaca keseluruhan naskahnya,silahkan dibaca lagi pak Leon" tutur Rio tak terima naskah yang sudah dibuat susah payah dilemparkan begitu saja"Kau memerintahku?" Tanya LeonRina menatap Rio,meminta adik lelakinya itu untuk meminta maaf kepada bosnya namun Rio mengacuhkan tatapan kakaknya itu justru ia bertanya kembali kepada pria berwajah dingin yang ada diseberang mejanya itu"Naskah saya bagus , penuh nilai edukasi dan