Adam terlihat bingung dengan keinginan Tila yang akan membawanya ke suatu tempat. Adam tidak bisa menebak ke mana istrinya itu akan membawanya pergi. Pasalnya, matanya tertutup dengan kain."Kita mau ke mana, Sayang?" Adam bertanya. "Ada pokoknya, Mas. Ini kejutan untuk mas," jawab Tila. "Apa, Sayang? Mas jadi penasaran.""Tunggu sebentar, Mas. Sebentar lagi kita sampai."Adam akhirnya diam setelah mendengar jawaban Tila. Pria itu penasaran akan tujuan ke mana Tila membawanya pergi. Tidak membutuhkan waktu yang lama, mobil yang mereka tumpangi akhirnya berhenti membuat Adam berniat untuk melepaskan penutup mata. Namun, hal tersebut segera dicegah Tila. "Jangan dibuka dulu, Mas. Kita belum sampai sepenuhnya," tahan Tila. Adam akhirnya dengan pasrah mengikuti Tila turun dari mobil. Pria itu dituntun Tila dengan hati-hati agar tidak tersandung. Tak lama Setelah itu mereka berhenti membuat Adam bertanya-tanya apakah di sini tempat tujuan mereka. "Tunggu, nanti mas buka matanya pe
Sudah dua Minggu berlalu semenjak hari ulang tahun Adam. Kehidupan mereka masih berjalan normal seperti biasa. Hanya saja dua minggu ini Tila dan Adam disibukkan dengan berbagai persiapan membeli furniture untuk rumah baru mereka yang akan ditempati dua minggu mendatang.Seperti saat ini contohnya. Keduanya sedang memilih tempat tidur untuk mereka. Pilihan keduanya jatuh pada tempat tidur ukuran king size yang cukup untuk menampung empat orang. Hal tersebut dilakukan karena bisa saja anak-anak mereka nanti akan tidur dengan mereka sesekali.Adam kemudian melangkah menuju sebuah meja rias dengan ukiran unik dan yang pasti terdapat hiasan lampu di sekeliling sisi kaca. Meja rias berwarna mocca sangat cocok dengan cat dinding kamar mereka. "Sayang, suka ini?" Adam menunjuk ke arah meja rias yang sudah ia perhatikan sejak tadi. Tila mengikuti arah telunjuk Adam. Wanita itu sedikit tertarik dengan meja rias yang ditunjuk suaminya. Tila kemudian menatap Adam dan bertanya."Memangnya perl
Keadaan Tila sudah cukup membaik membuat Adam bisa meninggalkan istrinya di rumah dan ia bisa bekerja di kantor. Setelah mengantarkan Adam di depan pintu, Tila buru-buru kembali ke kamar dan memuntahkan apa yang bisa ia keluarkan dari mulutnya yang sudah ia tahan sejak tadi. Tila tidak ingin Adam bolos kerja hanya untuk menemaninya yang sedang tidak enak badan. Rasa mual masih terasa dan terkadang Tila harus menahannya saat berada di hadapan Adam. Tila menunduk di depan wastafel dengan tubuh lemas karena berhasil mengeluarkan isi perutnya yang ia makan tadi malam.Merasa mual itu tidak datang lagi, Tila melangkah keluar dari kamar dan merebahkan tubuhnya di atas tempat. Selang beberapa menit kemudian Tila bangkit dari tempat tidur kemudian melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Tujuannya adalah untuk mandi dan berganti pakaian. Tila tidak bisa untuk diam terus dengan rasa tidak enak di badan. Wanita itu berniat untuk pergi ke dokter dan memeriksa kondisinya.Usai mandi dan bergant
Adam terduduk lemas di depan pintu ruang rawat di mana Eddel sedang ditangani. Pria itu baru saja mendapatkan informasi dari orang rumah mamanya jika Eddel jatuh dari tangga dan penyebabnya adalah karena didorong oleh Tila. Adam tidak percaya jika istrinya bisa melakukan hal itu. Tapi, mamanya justru mengatakan jika Tila adalah penyebabnya. "Adam, Mama bersumpah, kalau memang istri kamu yang melakukannya. Dia diserang oleh Eddel sampai akhirnya istri kamu kalap mata dan mendorong Eddel sampai jatuh di tangga," kata Winar berharap Adam percaya. "Tila datang ke rumah karena mama telepon. Mama minta dia untuk mengobrol karena Mama pikir kalau hubungan kami bisa dekat seperti menantu dan mertua pada umumnya." Winar mengusap kasar wajahnya. "Mama enggak berharap kalau Eddel akan menyerang Tila dan Mama juga enggak tahu apa penyebabnya." Winar menghela napas berat. "Mama sudah berusaha untuk melerai dan menjauhkan Eddel dari jangkauan Tila, tapi Tila justru yang udah dikuasai amarah
Tila menatap kosong dinding polos di hadapannya. Wajahnya terlihat kuyu dan kusam sejak tadi malam ia bermalam di balik jeruji. Andai saja ia tahu jika akan ada kejadian di mana dirinya akan terlibat dengan Eddel dan Winar, mungkin saja Tila akan menolak ajakan Winar. Andai saja ia langsung menuju kantor Adam, mungkin sejak tadi malam sampai pagi ini, ia masih berada dalam pelukan suaminya. Andai saja ia tidak memiliki hati yang baik, mungkin saja ia bisa mengabaikan undangan Winar. Selalu andai saja dan andai saja yang terus berputar di dalam otak Tila. Wanita cantik itu menghela napas berat dengan kepala bersandar pada dinding tembok. Saat ini Tila berada di balik jeruji besi dengan ukuran dua kali tiga. Tila ditahan tanpa diberi kesempatan untuk bebas. Padahal ia sudah menjawab semua pertanyaan polisi saat di introgasi dari kemarin siang sampai malam.Makanan yang dikirimkan bapaknya tidak ia sentuh sama sekali. Tila bukan menolak untuk makan, hanya saja perutnya bergejo
Setelah mengurus semua berkas kasus perkara yang dibantu oleh beberapa pengacara termasuk Wijaya sendiri, Tila akhirnya bisa keluar dari kantor polisi dengan jaminan dirinya saat ini masih berstatus sebagai saksi. Adam tidak ingin membuat istrinya tertekan berada di dalam sel, segera membawanya keluar. Dengan tubuh terbalut setelan jas mahal, Adam tanpa malu membopong istrinya keluar dari kantor polisi diikuti oleh tiga orang pengawalnya. Sengaja Adam membawa pengawal agar bisa menjaganya dan Tila jika ada sesuatu yang terjadi. Mobil sudah disiapkan dan Adam segera masuk dengan Tila masih berada dalam dekapannya. Adam berencana untuk membawa istrinya ke rumah sakit dan memeriksa kondisi Tila secara keseluruhan. Adam tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Tila dan calon anak mereka. "Langsung ke rumah sakit," ucap Adam pada sopir yang baru tiba. Pria itu kemudian menatap istrinya yang masih terlihat lemah. "Sayang, kalau mau makan sesuatu bilang sama mas. Nanti kita mamp
Hari ini lagi-lagi Adam harus menitipkan Tila pada kedua mertuanya. Pria itu akan ke kantor polisi untuk menemui pengacaranya sekaligus Sam dan Lula yang sudah menunggunya di sana.Tila belum diperbolehkan pulang oleh dokter. Istrinya itu akan pulang dalam waktu dua, tiga hari mendatang. Adam lega karena kedua mertuanya mau ia repotkan dalam menjaga Tila.Adam kemudian masuk ke sebuah ruangan dimana sudah ada beberapa orang yang menunggunya."Kami mohon maaf sekali atas keteledoran pihak kami dalam mengamankan saudari Irena."Pak Irwan selaku Kapolda menatap Adam yang duduk di hadapannya. Ini karena kecerobohan mereka sehingga membuat tahanan atas nama saudari Irena bisa kabur dari sel tahanan.Pak Irwan sendiri menduga jika saat melarikan diri Irena dibantu oleh seseorang sehingga mempermudah wanita itu untuk bisa kabur."Kami juga sudah melakukan penyelidikan dan pencarian terhadap tersangka. Kami menemukan beberapa tempat yang didatangi oleh saudari Irena sebelum menghilang.""Sala
Sudah seminggu sejak Tila keluar dari rumah sakit. Adam senang karena istrinya tidak dirawat di rumah sakit terlalu lama. Terlebih lagi kondisi Tila sudah cukup membaik dan hanya mual yang ia rasa. Namun, rasa mual sudah berkurang semenjak Tila mengkonsumsi vitamin yang diresepkan oleh dokter."Sayang," panggil Adam.Pria itu baru saja masuk ke dalam rumah kedua orangtua Tila yang akan mereka tempati sebelum kepindahan ke rumah baru yang masih dalam tahap finishing akhir. Maklum saja, ada beberapa bagian yang di renovasi ulang sesuai dengan keinginan Adam. Jadi, proses kepindahan mereka sedikit tertunda. Adam menatap sekeliling rumah yang tampak sepi dan membuat Adam cemas apalagi saat ini Irena belum ditemukan oleh pihak kepolisian. "Papa!" Adam menghentikan langkahnya saat mendengar suara seruan Angel dari pintu depan. Adam berbalik hanya untuk melihat Angel dan Tila yang sepertinya baru saja tiba di rumah."Dari mana, Sayang?" Adam mengangkat tubuh Angel ke dalam pelukannya s