Rin lalu duduk dengan tenang mendengarkan kisah yang akan disampaikan oleh teman barunya—Tatarimokke. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk menjalin pertemanan dengan siluman anak kecil yang tampak begitu kesepian.Lagipula menurutnya, Mokke bukanlah makhluk yang dapat mengancam jiwanya, jadi bagi Rin tak masalah jika berteman akrab atau menceritakan sedikit kisah hidupnya kepada sang roh siluman pengantar jiwa.Meski sekarang, Tatarimokke lah yang akan menceritakan kisah nenek moyang Rin yang tak gadis itu ketahui dengan baik sejak dulu."Tahukah kau?" Mokke memulai ceritanya. Suasana di antara mereka seketika hening, Rin fokus mendengarka sementara Tatarimokke mengingat-ingat apa yang ia ketahui tentang kehidupan keluarga Akibara."Dahulu, sekitar 500 tahun yang telah lewat, seorang gadis bermarga Akibara mendapat kutukan dari penguasa Dunia Kematian—Yamasuke," ucap Mokke yang memiliki poni yang tebal. "Gadis itu bernama Akibara Kimiko, dan dialah nenek moyang keluargamu, Rin."Gadis y
Rin telah memutuskan untuk tinggal di desa yang diberitahukan oleh Tatarimokke selama beberapa hari ke depan, sebab ia tidak bisa kembali dan mendatangi sang guru—Isamu ke tempat asalnya.Padahal sang guru sudah memberikan Rin tempat tinggal, melatih dan memberi Rin makan layaknya anak kandungnya sendiri, tetapi Rin malah kabur ke tempat lain dan membuat pria tua itu sendirian di pondok kecilnya.Maafkan aku, Isamu-sama, batin Rin lirih.Lagipula menurutnya, desa yang ia tempati itu begitu nyaman dengan suasananya yang menenangkan. Orang-orang yang tinggal di sana selalu bersikap ramah terhadapnya dan hal itu membuat Rin senang tinggal di desa kecil itu. Ia merasa seperti ... benar-benar dibutuhkan oleh orang-orang desa.Jadi, tak ada salahnya Rin tinggal di sana sampai ia punya cara untuk kembali menemui Isamu. Entah kapan, tetapi Rin akan tetap menunggu saja.Hari itu adalah pagi yang cukup terik. Tidak terlalu panas, tetapi langit pun tak menunjukkan akan hujan. Angkasa tetap cerah
"Kaede! Tenangkan dirimu!" Asano berteriak kepada putri keduanya. Tanpa mengetahui bahwa seorang gadis muda tengah menatap ke arahnya dengan tatapan bingung.Rin tampak bertanya-tanya. Apa yang terjadi di sini?"Tidak, Ibu! Aku tidak mau berhenti!""Cukup, Kaede!"Kali ini, neneknya lah yang angkat bicara, wanita tua itu membentak anak perempuannya yang mana merupakan ibunya Rin. Rin tidak tahu apa yang membuat sang nenek yang biasanya selalu tenang dalam kondisi apa pun, menjadi sedikit emosional pada hari itu. Neneknya yang ia ketahui tak pernah meninggikan suaranya, mendadak berteriak dengan ekspresi geram.Itu adalah kali pertama di mana Rin melihat kemurkaan di wajah sang nenek.Gadis itu lalu lalu memutar kepalanya sedikit, dan mendapati sang ayah sedang memijat pelipisnya dengan gelisah. Seolah sedang panik memik
"Aku rindu Zura," bisik gadis Akibara suatu hari. "Sedang apa ya dia sekarang?"Sang gadis lantas merebahkan dirinya di atas rerumputan hijau. Mengabaikan rambut panjangnya yang terkena noda cokelat dari tanah basah. Aroma setelah hujan mengguyur bumi adalah kesukaannya, Rin tak mungkin melewatkan kesempatan berharga seperti ini.Ditatapinya awan gelap yang berarak-arakan, tanda hujan akan kembali turun membasahi bumi. Zura dulu berkata, mendungnya cuaca tidak menandakan hujan akan langsung turun di daerah itu. Rin kemudian memiringkan tubuhnya, tangannya ia dekap di dada.Sudah berapa hari yang telah ia lewati? Apakah sudah 100 hari? Akankah nasibnya kelak berakhir buruk sama seperti sebelumnya? Rin tak ingin menebak-nebak.Sang gadis menghela napas berat. Ironis. Rin kini merindukan rumah dan keluarga yang telah mencampakkannya."Anakku, sed
Masih di padang bunga yang indah, seorang gadis berpakaian miko dan seorang anak laki-laki dengan model rambutnya yang seperti mangkuk, terlihat sedang duduk di hamparan bunga lavender. Keduanya terlihat tak berbicara satu sama lain. Tak ada yang memulai pembicaraan di antara mereka. Sang gadis sibuk menyelami pikirannya yang mengawang tinggi di udara, sedangkan si anak sibuk dengan rangkaian bunga di kedua tangannya. Sebelumnya, mereka berdua berbicara mengenai cara agar Rin bisa menjadi kuat. Akan tetapi, sang gadis Akibara terlalu sibuk dengan pikirannya. Gadis itu masih meragu, tak tahu apakah keputusannya sudah bulat atau tidak. Ia ingin memutuskan secepatnya, tetapi hatinya masih belum menerima kenyataan tersebut. "Tak ada jalan lain selain meminta bantuan kepada iblis?" Tanya Rin yang masih dihinggapi perasaan dilema. Gadis itu menatap Mokke dengan pandangan cemas, sesekali kedua
"Hahh ... tempat ini membosankan sekali," gumam Kyeo. Sang iblis kelelawar yang sedang berbaring di lantai itu tampak merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Wajah tampannya menunjukkan kejenuhan yang nyata. "Ck, aku ingin keluar! Kapan aku bisa keluar dari tempat ini? Sialan!" Kyeo terus menggerutu dalam kesendirian, mengeluh dengan kebosanan yang setiap detik selalu melanda dirinya di tempat gelap itu. Rambut putih sang iblis yang tergerai bebas di sekitar tubuhnya tampak sedikit kusam. Kyeo terlalu malas mengeluarkan kekuatannya, meski hanya setitik kecil untuk sekadar membersihkan diri. Sang iblis lalu bangkit perlahan, dan seketika mengernyit risih ketika rambut panjangnya tertindih siku tangannya sendiri. Kyeo merasa rambut putihnya itu begitu mengganggu kegiatannya berbaring dengan nyaman di atas lantai, dan sang iblis sungguh tidak suka segala kesulitan. Dengan kesal, Kyeo pun mengangkat tan
"IZINKAN SAYA BERGURU DENGAN ANDA!" teriak Rin dengan lantang, hingga membuat burung-burung hutan yang hinggap tak jauh dari posisi mereka berdiri langsung terbang menjauh dari tempatnya semula.Sang gadis Akibara bersimpuh, duduk bersujud di depan penyihir yang sejak dua hari yang lalu telah dicari-cari olehnya.Itu nyata, Rin memang sudah mencari Enzu kemana-mana. Keberadaan gunung Yaburi tersebut seolah tak tampak di indra penglihatan sang gadis Akibara, tetapi beruntunglah ia karena sudah menemukan penyihir wanita dengan gaya berpakaiannya yang tak cocok dengan usianya kini.Penyihir di depan sang gadis Akibara ini lebih cocok menjadi neneknya, ketimbang guru yang akan mengajari Rin menjadi seseorang yang kuat.Bukan bermaksud meremehkan, hanya saja wanita yang berpakaian serba ungu itu tak terlihat bahwa ia mampu mengangkat batang kayu ataupun menyelami sungai dengan kedalaman terdalam sekalipun.Sang penyihir sudah terlalu tua,
Setelah dirasa persiapannya matang untuk membebaskan sesosok iblis yang terkenal kejam, Rin pun menyiapkan dirinya untuk pergi ke dunia asalnya, menemui sang iblis dan mengeluarkannya dari kurungan—tempat di mana Kyeo disegel selama ratusan tahun ini. Sang gadis Akibara berkonsentrasi sebelum berpindah ke tempat yang ia inginkan. Akan tetapi, sebaiknya ia berpamitan dulu dengan sang guru. Rin yang semula telah siap melakukan teleportasi, seketika menunda keberangkatannya. Ia harus meminta restu kepada lelaki tua yang sudah ia anggap ayahnya sendiri, agar setiap yang akan ia lakukan berjalan dengan lancar. Tentu saja, gadis itu meminta restu kepada Isamu setelah selesai berdoa kepada sang dewa. Rin sudah tak sabar lagi ingin segera pergi ke dunia asalnya. "Isamu-sama, Isamu-sama!" Rin berteriak di sekitar kediaman sang guru, mencari-cari keberadaan lelaki tua yang sudah mengajarinya banyak hal, lelaki