Aroma masakan terhirup oleh Indra penciuman Gibran yang saat itu telah rapi dengan seragam kantornya.
Lelaki itu menaruh tas kantornya di atas kursi meja makan sebelum dia beranjak menuju dapur.
"Hm harum banget baunya, masak apa?" Tanya Gibran pada sang istri.
Gaby yang saat itu sedang memasak nasi goreng untuk sarapan terus melanjutkan aktifitasnya seolah tak perduli dengan kehadiran Gibran, bahkan dia juga tak menjawab pertanyaan Gibran.
Gibran mengulum senyum. Dia melangkah semakin dekat ke arah Gaby dan langsung memeluk tubuh mungil istrinya yang masih saja ngambek itu.
Setelah insiden malam pertama mereka yang gagal gegara Gibran yang sudah lebih dulu keluar sebelum pertempuran dimulai, hingga dia berpikir apakah dirinya harus meminum obat kuat, membuat Gaby kehilangan selera untuk kembali melanjutkan permainan mereka.
Lagipula, bagaimana mau dilanjut jika milik Gibran sudah loyo setelah dia mencapai ejakulasi lebih dulu di atas perut
Sejak hari di mana Gaby dan Gibran menjalani kehidupan rumah tangga pada umumnya, saling mensupport dan saling mengasihi dengan tulus seutuhnya, kini di dalam rumah mewah bergaya minimalis itu hanya terdengar canda tawa penuh kata-kata mesra setiap harinya.Waktu lima bulan berjalan seolah begitu cepat menghantarkan Gaby pada fase terindah dalam hidupnya.Tak ada lagi kesedihan apalagi tangisan yang menghiasi wajah cantiknya yang bahkan terlihat lebih chubby. Ya, berat badan Gaby naik sejak dirinya mulai menjalani rutinitas sebagai seorang istri sejati.Dia selalu bangun lebih awal di pagi hari untuk membuat sarapan meski lebih sering rasa masakannya tidak enak, namun Gaby tak pernah menyerah.Gibran tak pernah mengeluh ini itu saat menyantap masakan sang istri padahal Gaby tahu betul masakannya tidak enak, hebatnya Gibran dia bahkan selalu memuji kalau masakan Gabylah yang terbaik."Nggak
Batal ke kantor pagi ini setelah Gaby mengajaknya bercinta di sofa ruang tamu, berkali-kali hingga menjelang siang, Gibran memutuskan untuk menemani sang istri ke salon.Sayangnya, keberangkatan mereka siang itu tertunda karena mereka kedatangan tamu.Dari mobilnya sih, itu seperti mobil Natasha. Terka Gaby saat melihat sebuah Lexus merah yang terparkir di halaman rumahnya.Benar saja dugaan Gaby, seorang wanita dengan pakaiannya yang terlihat ketat membalut tubuh sintalnya keluar dari kendaraan mewah tersebut. Saat itu Gaby sedang menunggu Gibran yang sedang mengambil ponsel miliknya yang tertinggal di kamar.Kening Gaby berkerut samar ketika dilihatnya Natasha berjalan tergesa ke arahnya, wanita itu memakai kacamata glossy hitam dan langsung berhambur memeluk Gaby yang hendak menyambut kedatangannya.Gaby semakin dibuat bingung tatkala mendengar isakan tangis yang keluar dari mulut Natas
Setelah memastikan sendiri bahwa apa yang telah mereka dengar di rumah sakit tadi seperti apa yang mereka duga, malam itu sepulang dari rumah sakit, Sean melajukan kendaraan roda empatnya dengan kecepatan penuh, Gibran harus segera mengetahui hal ini dan segera mengamankan Gaby, sebab Sean yakin kaburnya Mirella pasti dikarenakan sebuah alasan."Kamu nggak usah mikir yang nggak-nggak. Jangan takut, ada Kakak di sini, oke?" Ucap Sean seraya mengelus punggung tangan Gaby yang terus diam sejak mengetahui berita kaburnya Mirella.Sean yakin betul Gaby pasti ketakutan. Tatapan Gaby tak bisa membohonginya.Sesampainya di kediaman sang adik ipar, Sean langsung menyampaikan berita buruk itu kepada Gibran yang sontak langsung syok.Tanpa menunggu, Gibran pun menelepon polisi untuk menanyakan perkembangan kasus Mirella."Pihak kepolisian kini sedang dalam proses pencarian atas diri narapidana bernama Mirella Pak. Pak Gibran jangan khawatir, kami akan bekerja
"Kamu kapan balik ke Bandung?" Tanya Gaby ditelepon malam itu.Sudah hampir empat hari ini dirinya dan Gibran tidak bertemu karena Gibran yang disibukkan dengan urusan pekerjaannya di Jakarta.Gibran menginap di apartemen Edward setelah mendapat perintah dari Sean untuk tidak mendatangi kediamannya lebih dulu.Besok adalah hari ulang tahun Gibran, dan Gaby berencana untuk memberitahukan pada sang suami bahwa dirinya kini tengah berbadan dua.Sejauh ini, setelah hampir dua Minggu dirinya tinggal menetap di kediaman ibu dan bapak mertuanya di Bandung, Gaby memang masih merahasiakan perihal kehamilannya tersebut dari semua orang."Kalau semua sudah beres di sini, lusa aku ke Bandung," jawab Gibran dari seberang."Aku suntuk banget di sini. Mau keluar aja nggak boleh sama Mamah," keluh Gaby seraya menjatuhkan tubuh ke tempat tidur.Sejak Gibran memberitahukan
Flashback On...Gaby bersorak girang saat dirinya akhirnya bisa keluar dari istana milik Ayah mertuanya.Tentunya berkat bantuan Luna, setelah drama panjang yang harus Gaby lewati untuk membujuk Luna agar bersedia menemaninya keluar.Luna sudah tahu tentang semua kejadian yang menimpa Gaby akibat Mirella. Dan Luna pun sudah tahu tentang apa yang pernah dilakukan Mirella semasa wanita itu tinggal di Shanghai.Awalnya Luna berpikir maju mundur untuk menuruti ajakan Gaby, namun saat Gaby mengatakan bahwa dirinya sedang hamil dan ingin sekali jalan-jalan, Luna jadi kasihan."Gue lagi ngidam Lun, pengen banget makan Asinan khas Bandung yang di jalan merdeka itu," bujuk Gaby saat itu."Yaudah gue pesenin ya, kalo nggak tinggal suruh supir buat beli," balas Luna memberi saran."Ishh, Lo mah gitu! Gue mau makan ditempatnya langsung. Nggak
Warning : Terdapat adegan kekerasan, harap bijak dalam membaca!*****Gibran sampai di kediamannya dan tak mendapati Gaby di sana.Saat lelaki itu mengkonfirmasikan hal itu pada sang Ibu, Yura justru mengatakan bahwa dirinya juga kecolongan karena ternyata Gaby pergi bersama Luna tanpa ada sesiapapun yang mengetahuinya."Ibu sudah berulang kali menghubungi Luna tapi tak ada jawaban, Gibran," ucap Yura panik.Gibran dan Sean saling berpandangan. Hingga lelaki itu pun mengingat bahwa belum lama Gaby sempat membalas pesannya, jadi masih ada kemungkinan Gaby masih berada di area Bandung.Setelah menghubungi pihak kepolisian dan melacak kepergian Gaby dan Luna hari itu, akhirnya setelah seharian penuh melalui proses pencarian yang panjang, dan menampung semua kesaksian dari Luna dan seorang Cleaning Service di mall yang ditemukan dalam keadaan
Seorang supir truk lintas propinsi yang baru saja melewati jalan raya hutan belantara di tenggara pulau Jawa tampak memparkirkan kendaraannya di sebuah rumah makan."Celana lu kancingin dulu tuh," ucap si kenek truk.Sang supir pun langsung menarik retsleting celananya yang lupa dia betulkan setelah di tengah perjalanan tadi dirinya dan rekan satu perjalanannya baru saja mendapat durian runtuh.Hidup sebagai seorang supir truk lintas propinsi membuat mereka harus rela hidup berjauhan dengan istri di kampung. Menjadi hal yang sangat membahagiakan tatkala mereka diberi kesempatan menuntaskan hasrat terpendam mereka secara gratis pada seorang wanita yang rela menukar tubuhnya dengan makanan yang tak seberapa."Kenapa tadi nggak lu ajak nikah aja sekalian tuh cewek. Lumayankan buat simpenan kalau lu lagi singgah di pulau Jawa," ujar si kenek lagi yang masih terus terbayang-bayang setelah berhasil merasakan nik
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya kendaraan Gibran pun berhenti di sebuah tempat yang jauh dari hiruk pikuk manusia.Sebuah tempat yang sepi, gelap dan dingin.Dulu sekali, Gibran pernah menyambangi lokasi ini bersama kawan-kawan satu kantornya untuk sekedar refreshing di tengah nuansa alam liar dengan berkemah dan mendaki.Jika dulu dirinya mendaki dengan peralatan lengkap, bedanya, kini dia mendaki tanpa membawa apapun selain senter di tangan dan pakaian yang melekat di tubuhnya.Lelaki itu terus menggenggam tangan Mirella di sepanjang jalan setapak nan licin yang mereka lalui."Mau apa kita ke sini, Ib? Aku takut," ucap Mirella di tengah perjalanan saat Medan yang harus mereka daki kian curam."Aku sudah bilangkan, kamu harus bersembunyi. Aku tidak mau polisi-polisi itu menangkapmu," ujar Gibran yang susah payah melangkah.Rintik gerimis yang masih setia mengguyur membuat tubuh keduanya sama-sama lepek."