Joe yang dibawa jauh ke halaman belakang, setidaknya ada beberapa pertanyaan di benakanya untuk apa Pevita sampai begitu serius mengajaknya ke tempat tersembunyi seperti ini? Berlebihan sekali. Kenapa tidak berbicara di ruang tamu saja?"Aku khawatir ada yang mendengar pembicaraan kita," ujarnya, mungkin dia sadar kalau Joe sudah menaruh heran terhadapnya. "Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?" "Joe, apa kamu mempercayaiku?" Pevita bertanya balik. "Tergantung. Apa kamu bisa dipercaya?""Joe, aku serius. Aku baru saja bertemu dengan Rose. Tentu kamu tau siapa Rose, bukan?"Mendengar ini, rona wajah Joe berubah kencang. Yang tadinya Joe tidak begitu serius menanggapi Pevita sekarang berubah jadi dia yang tertarik untuk perbincangan ini. "Perempuan itu saksi kunci tentang kematian Naura dan kebusukan dokter Hadi. Di mana kamu bertemu dengannya?" Joe begitu antusias mengatakan ini. "Sudah aku bilang, aku akan menyampaikan hal serius." "Baiklah, sekarang aku mendengarkanmu." Joe me
Seharusnya ini hari bahagia untuk semua orang, tapi hati Jilly begitu berat melewatinya. Perasannya masih berselimut gelisah lantaran Vino sampai siang ini belum juga ada kabar. Padahal janjinya, dia akan mengabari sebelum jam sebelas siang mengenai keberangkatannya ke negeri Menara. Dan sekarang sudah jam satu. Bola mata Jilly tidak lepas dari terus memperhatikan layar ponsel. Dan saat yang bersamaan, keluarga Miller secara lengkap sedang menghadiri undangan seseorang di sebuah Castile di negeri Menara. Sungguh, ini undangan luar biasa mengingat tidak sembarang orang bisa masuk ke tempat paling elit di negeri Menara. Lebih tepatnya, kalau memang tidak ada hubungannya dengan pemerintahan tidak akan mungkin menginjakan kaki di Castile mewah nan megah yang merupakan kebanggaan negeri Menara. Erika Salian Heung yang bertugas sebagai duta besar di sini yang mengundang Aland Miller untuk datang. Tidak lain, lantaran Jeriko yang mengurusnya. Karena saat ini Aland Miller sudah menjadi bag
Mereka semua terkejut dengan kedatangan Prof Ferguso yang sangat terkenal. Sebelumnya mereka hanya bisa melihat laki paruh baya dengan tubuh yang masih energik, wajah penuh senyum dan pembawaan yang tenang namun memiliki kekuasaan dan juga aset mendunia hanya dari layar kaca. Dan Prof Ferguso bukan orang yang mudah ditemui dengan sembarang. Suatu keberuntungan keluarga Miller bisa bertatap muka langsung dengannya. Ini merupakan sebuah penghormatan besar bagi keluarga Miller yang tentunya akan membuat iri semua orang. "Apa ada masalah?" Prof Ferguso memastikan sekali lagi sambil menatap ramah wajah-wajah keluarga Miller. "Tidak ada Prof," sahut Aland, kemudian dia mengalihkan dengan pembicaraan yang lain. "Suatu kehormatan bagi kami bisa bertemu anda di sini, Prof.""Jangan berlebihan," sahutnya dengan rendah hati. Dan seorang pengawal datang menghampiri untuk membakar cerutu prof Ferguso. "Silakan duduk," titahnya. Semua anggota keluarga Miller pun duduk dengan tenang. Bahkan Jill
"Hei dik, kemarilah."Felicia memanggil Salika tepat begitu si putri bungsu ini beranjak dari ruang tamu. "Ada apa kak?" tanyanya penasaran. "Ikutlah denganku," ajaknya. Felicia menarik lengan Salika dan membawanya ke kamar. Setibanya, Felicia mengunci rapat pintu dan semakin membuat suasana ini terasa begitu horor di mata Salika. "Kak, ada apa? Kenapa sepertinya serius sekali?" tanyanya dengan sangat penasaran. "Karena memang ini sangat penting," sahutnya, bersamaan dengan pantatnya yang sudah menapak di ranjang. Dia duduk berhadapan dengan Salika. Dahi Salika pun mengerut tajam, saking bingungnya. "Kak, sebenarnya ada apa? Cepat katakan padaku," desaknya. "Tentang masa depanmu," ujarnya, yang membuat Salika semakin bingung. "Kakak dengar kalau mama menginginkan Jilly menceraikan Vino.""Ya, baru saja mama mengatakan itu. Lalu?" "Oh shit! Kamu masih tidak mengerti?" Salika menatap bingung wajah Felicia dengan diam seribu bahasa. "Apa kamu tidak dengar kalau prof Ferguso akan
Enak saja kalian ingin menikmati kesenangan tanpaku. Dari dulu aku sudah terlalu banyak mengalah untuk kalian. Mama selalu membeda-bedakan aku dengan Jilly. Selalu saja dia yang menjadi prioritas mama. Aku tidak akan membiarkan kali ini Jilly mengalahkanku dan menikmati kesenangan itu. Felicia akan melakukan apapun demi mendapatkan perhatian dari pemuda tampan nan kaya yang pesonanya sudah menggerayangi pemikiran keluarga Miller, yang padahal melihat wajahnya saja belum pernah. Bagaimana kalau ternyata pemuda itu buruk rupa? Atau dia tidak setampan yang dikatakan? Nampaknya semua itu tidak penting. Bagi keluarga Miller harta dan kekayaan lah yang menjadi prioritas. Felicia tidak rela kalau laki-laki hebat itu sampai jatuh ke tangan Jilly atau Salika. Aku harus bisa merebutnya. Aku juga bagian dari keluarga Miller, bukan. Masalah suamiku biar nanti aku yang urus, pikirnya. Senyum licik itu mengurai polos tanpa dosa seolah menggambarkan kebahagian yang terpendam. Sementara Rosita
Joe yang masih berselimut rasa penasaran, tidak ingin segera pergi dari rumah ini. Perbincangan dengan Rose membuatnya semakin yakin kalau wanita itu lagi menyembunyikan sesuatu. Sepengalaman Joe yang selalu mengandalkan insting dan juga pemerhati yang tinggi dia tidak pernah salah mengira. Kemarin, Rosemery bisa dengan tenang menjawab semua pertanyaan Joe tanpa ada sikap yang mencurigakan. Bahkan dia bisa meyakinkan Joe dan Pevita dengan bukti yang ada. Namun Joe masih belum puas untuk menerima itu dengan lapang dada. "Aku yakin pasti ada sesuatu yang dia sembunyikan. Pandai sekali dia berlakon kemarin," sanggah Joe, yang masih penasaran dengan Rose. Pevita yang bingung sendiri pun, tidak bisa memberikan tanggapan pasti untuk dugaan Joe. "Tapi bagaimana dengan apa yang dia perlihatkan pada kita? Semuanya jelas dan memang dia tidak pernah bekerja dengan nyonya Kim. Apa mungkin dia Rose yang berbeda?" Joe pun membuang pandangannya sambil bertopang dagu dengan berdiri. "Sayangnya, a
Tidak lama setelahnya, Sandy kembali dengan membawa data diri Rosemery yang baru saja dia ambil di lemari penyimpanan file. Dia memberikan pada Joe. "Itu riwayat diri pegawaiku. Semuanya lengkap dari mana dia bekerja awal," terangnya. Joe yang sudah menerima berkas itu pun langsung membuka dan mempelajarinya. Terlihat kalau Rosemery sudah mulai bekerja sebagai asisten di keluarga berpunya sejak sepuluh tahun yang lalu. Bola mata Joe bergerak cepat memperhatikan dengan teliti satu per satu nama keluarga yang pernah Rosemery datangi. Sayangnya, apa yang Joe cari tidak ada di sana. Dia tidak menemukan nama nyonya Kim ada di daftar list riwayat Rosemery bekerja. Joe nampak lemas. Dan kemudian, berkas pun diambil alih Pevita. "Mungkin tuan menemukan sesuatu?" tanya Sandy yang nampak penasaran dengan ekrpesi Joe yang datar. "Tidak ada," sahut Joe. "Boleh saya tau, sebenarnya tuan sedang mencari apa?" Namun, belum sempat Joe menjawabnya Pevita sudah lebih dulu memotong pembicaraan Sand
"Jadi bagaimana selanjutnya, tuan? Aku khawtir kalau dia akan mengetahui semuanya," kata seseorang berbicara pada Sandy. Mendengar ini, Joe semakin penasaran dengan siapa yang berada di dalam sana. Suaranya tidak begitu jelas. Tapi dari khasnya, jelas kalau dia seorang wanita. "Kita tunggu saja perintah nyonya Haruka. Setelah itu baru kita ambil langkah," jawab Sandy. Sampai di sini Joe masih belum mengerti dengan pembicaraan ini. Apa yang mereka bahas? Apa yang mereka rencanakan? Namun sekilas Joe teringat akan nama yang baru saja disebut yang sama persis pernah dia lihat di berkas riwayat Rose bekerja. Sepertinya aku mengenal nama itu. Nyonya Haruka. Aku melihatnya tadi di berkas milik Rosemery, batin Joe. Joe yang masih tidak mengerti dengan pembicaraan ini ingin sekali masuk dan mengambil ponsel Pevita yang tertinggal di dalam. Dengan begitu dia bisa melihat siapa wanita yang sedang berbicara dengan Sandy. Dan itu memang akan Joe lakukan. Dia mengetuk pintu ruangan Sandy