Mohon maaf maaf, ada beebrapa nama yang harus saya ganti demi kebaikan bersama sepeti X bar dengan kedai susu, pelacur dengan wanita dan nama2 yang lain tidak pantas dan bertentangan dengan syairat islam. Semoga kita tetap dalam hidayah Allah SWT untuk tidak mensyiarkan hal2 buruk seperti porno aksi, minuman haram dan adegan haram.
Jeriko menutup rapat rapat gordeyn Jendela. Rasa muaknya menguap setiap melihat kemesraan putri kesayangannya dengan Joe. Kalau saja ini bukan karena Pevita, tentu sudah tidak mungkin Joe akan dikasih kesempatan untuk bisa menikmati segarnya angin malam di tempat ini. "Tapi kalau menurutku, kakak tepat memilih Joe menjadi asisten kakak. Kita semua tau bagaimana kehebatan dia tadi mengalahkan tiga orang pengawal kakak sekaligus dalam waktu singkat. Dan Joe sudah mengirim Elianor pulang dengan pasukannya dengan wajah malu. Aku bisa merasakan itu, kak," seru Riadi, yang baru saja datang tau tau ikut bersuara. Jelas sekali wajah Omar nampak kesal mendapatkan Riadi begitu membela Joe. "Itu hanya kebetulan. Aku yakin kalau Joe diajak tanding ulang, dia tidak akan bisa mengalahkan Franko," sinis Omar menyahuti. "Haha!" Riadi pun terkekeh mendengar ocehan adiknya. "Kaunya saja yang tidak bisa melihat mana petarung hebat mana pecundang! Aku yakin walaupun Joe menghadapi sepuluh orang
"Franko hentikan!" Padahal suara Pevita sudah begitu menggema, namun tetap saja Franko terus memukul Joe tanpa ampun. "Rasakan ini sialan!" BUK! BAAK! BUKK! BRUAK! Dan akhirnya, balok kayu seukuran tangan menghantam kepala Franko. Sungguh, darah yang menetes membuat Franko semakin gelap mata. Dia mengerang. "Keparat! Apa yang kau lakukan padaku!" Franko menatap murka Pevita dengan rona wajah dan sorot mata membara, sehingga membuat Pevita gemetar. Balok kayu yang tadi dia gunakan untuk memukul Franko pun terlepas dari tangannya. Emosi sudah meledak ledak, Franko menopang dirinya berdiri. "Kamu sudah membuat kesalahan besar!" "Jang-." Spontan Pevita menutupi wajahnya dengan tangan begitu tau Franko akan memukulnya. Hanya saja sebelum itu terjadi, suara letupan senjata api terdengar. DDUAAAR! Franko jatuh seketika tepat setelah peluru menembus tengkorak kepalanya. Dia mati bersimbah darah. Pevita nanar mendapatkan mayat Franko tergeletak dekat dengannya. Jeriko
Matahari sudah kembali menyinari bumi. Siang ini Joe dan Pevita akan meninggalkan kediaman Jeriko untuk kembali ke apartemen.Sebuah heli sudah disiapkan untuk mengantar mereka berdua. Hari ini merupakan hari yang baru untuk Joe."Apa yang membuatmu tersenyum?" Pada saat mengatakan ini, Pevita sudah berada di heli dan siap lepas landas. Dia duduk berhadapan dengan Joe."Tidak ada. Aku hanya ingin tersenyum saja. Apa tidak boleh," sahut Joe."Tidak mungkin. Karena tidak ada seseorang yang tersenyum tanpa alasan.""Haruskah selalu ada alasan dalam setiap hal?""Tentu harus.""Aku rasa tidak seperti itu. Tidak semua yang kita utarakan melalui lisan atau hanya sebuah ukiran senyum harus mengandung satu alasan.""Iya kamu benar. Seperti aku yang tidak tahu kenapa bisa jatuh padamu." Kata kata ini keluar begitu saja dari mulut Pevita tanpa dia sadari sambil memandangi wajah Joe dengan s
"Apa kau sudah melupakan kesepakatan kita, Joe!"Sungguh, nada suara Aland Miller sangat tidak enak didengar. Joe mengerti, itu pasti lantaran dua hari ini dia tidak mengabari perkembangan yang terjadi."Aku menunggumu, Joe. Aku harap kau sudah membawa kabar baik untukku."Beat!"Hei Joe, apa kau jelas mendengar suaraku?""Bisa kita bertemu hari ini, tuan Miller?"***Malamnya, Joe pergi ke Exclusif Club yang biasa didatangi para pengusaha dan penjabat. Dia kesana untuk menemui Aland Miller. Ini undangan khusus. Aland berpesan kalau Joe harus menghubunginya begitu dia sudah berada di depan pintu masuk. Karena menurutnya, Joe yang hanya pria rendahan tanpa memiliki aset apa apa mustahil bisa masuk ke dalam tempat ini.Dia berbicara seperti itu lantaran tahu kapasitas Joe dan aturan Club ini. Dengan hanya bermodalan tampang saja seperti Joe sudah tentu akan tertolak mentah mentah begitu kakinya berus
"Apa ini?" Tanya Alan menatap Joe bingung."Tuan buka saja," sahut Joe.Karena begitu penasaran, Aland pun cepat membuka amplop itu lalu membacanya. Satu per satu, hingga berangsur angsur otot otot di wajahnya saling bertautan. Aland tersenyum lebar."Benarkah? Proposalku di setujui?" Ungkapnya bahagia sekaligus memastikan pada Joe."Apa kalimat yang tertulis di berkas itu kurang jelas?" Sahut Joe santai.Langsung saja Aland keranjingan senang. Nampak sekali kalau dia begitu happy."Ayo. Minum," ajaknya. Namun Joe menolak. "Maaf, aku tidak minum alkohol.""Come on. Aku yang traktir. Anggap saja ini merayakan keberhasilanmu," paksanya, sambil menyodorkan segelas Wine ke hadapan Joe."Tidak tuan. Terima kasih." Joe tetap menolak dengan tegas."Kau memang belum berubah. Masih saja keras kepala. Tapi, keras kepalamu yang sekarang aku suka! Haha." Aland pun tergelak puas. Kemudian dia
Dalam perjalanan menuju rumah, Aland Miller tersenyum lebar. Dia puas. Joe bekerja sangat baik untuknya.Haha. Sayangnya laki laki itu terlalu bodoh untuk aku manfaatkan! Seulas senyum penuh kelicikan mengurai di wajah Aland Miller.Begitu sampai di rumah, kebetulan semua orang masih berkumpul di ruang tamu. Aland pun bergabung dengan istri dan tiga putri kesayangannya."Nampaknya papa sedang bahagia sekali. Ada apa pa?" Jilly yang mendapatkan papanya pulang dengan sejuta senyum sangat penasaran ingin tau apa yang sudah papanya alami."Kamu pasti tidak akan percaya dengan apa yang papa katakan," sahut Aland.Tentu saja membuat se isi rumah semakin tertarik dengan apa yang akan disampaikan laki laki terbaik di keluarga Miller."Ada apa pa? Jangan buat mama tambah penasaran," seru Rosita. Saat yang bersamaan, semua mata terhunus serius menatap satu wajah."Cepat katakan pa. Jangan buat kami semua penasaran,
"Tentu saja. Karena papa akan membangun perusahaan di negeri Menara bekerja sama dengan perusahaan tuan Jeriko. Karena itu papa meminta dukungan tuan Jeriko. Karena papa tau, koneksi tuan Jeriko begitu luas. Makanya papa sangat begitu antusias untuk bisa bekerja sama dengannya," terang Alan begitu menggebu gebu."Mama bangga sama papa," ungkap Rosita. Senyum manja ada maunya sudah terukir di wajah."Wait wait. Tapi ... bagaimana papa bisa mendapatkan kerja sama dengan tuan Jeriko? Bukannya kata papa-."Sambar Aland cepat, "tentu saja papa sudah memanfaatkan seseorang untuk membantu papa.""Benarkah?" Sahut Felicia dan Jilly bersamaan. Sementara Aland melirik Rosita dengan senyum licik."Tentunya orang itu pasti hebat. Siapa dia papa? Apa dia karyawan papa atau-.""Joe," sambar Aland cepat. Spontan wajah wajah mereka pun menatap Aland kaget sejadi jadinya. "J-Joe?" Ucap Jilly menatap tak percaya.&nb
"Anak?" Joe langsung saja melepaskan dirinya dari sandaran Pevita.Wajah cemberut sekaligus bingung begitu nampak dari ekpresi datar yang Pevita hunuskan. Namun kemudian, dia tersenyum."Kamu sudah salah sangka. Aku memang menginginkan anak. Tapi bukan ... lahir dari rahimku. Tentu saja itu tidak mungkin karena kita belum menikah dan kamu tidak pernah menyentuhku." Nampak rasa sedikit kekecewaan di wajah Pevita pada saat mengatakan ini. Secara tidak langsung, Pevita mengungkapkan isi hatinya. Dia begitu menginginkan menikah dengan Joe dan memiliki anak dari rahimnya sendiri.Di titik ini Joe berkerut dahi, bingung. "Lalu, apa maksudmu?""Aku ingin seperti nyonya Kim."Joe semakin tidak mengerti. Dia menatap Pevita serius sambil menunggu apa yang akan dikatakan gadis cantik itu kemudian."Oh ya aku lupa kalau aku belum mengatakan padamu tentang anak angkat nyonya Kim.""Anak angkat?" Sahut Joe