"Ini." Ceasar menunjukan Queen's Mary yang kilauannya menyilaukan bola mata nyonya Kim. "Cantik sekali. Ini ... ""Queen's Mary shield 234 limited edition yang langsung dipahat oleh perancangnya, Mary Jones Diana," sambar Ceasar melengkapi perkataan nyonya Kim yang dia potong. Sontak nyonya Kim terpukau dengan penjelasan Ceasar. Sungguh rasa curiganya hilang seketika yang awalnya dia meragukan kalau Ceasar memanglah pemilik toko King's Mars Jewellery karena dia bisa menjelaskan berlian ini dengan begitu sempurna. Dan sekarang kalung berlian mewah itu sudah berada di tangan nyonya Kim. "Baru saja asisten anda, Rosemery menjual ini pada kami. Dan kami lupa untuk memberikan gift cantik sebagai merchandise," ujar Ceasar. Dia sengaja memancing dengan pernyataan terbuka agar pembicaraan ini terus berlanjut. Entah kaget atau bagaimana, yang pasti nyonya Kim seperti tersentak mendengarnya. "Benarkah? Rosemery sudah menjual ini di toko anda? Mungkin anda salah orang."Langsung saja Ceasa
Sambil menunggu seseorang yang disuruh nyonya Kim mengambil Naura, Ceasar memperhatikan wajah Rose yang begitu tegang menderita. Nampak sekali kalau wanita itu begitu ketakutan. Hanya mencuri dan juga bukan milik nyonya Kim tentu tidak akan sampai dibunuh juga kan? Lantas kenapa perempuan ini kelihatannya sangat ketakutan sekali? Ceasar merasa kalau ada yang ingin disampaikan perempuan itu dari sorot matanya yang seperti memberi pesan isyarat. Tidak lama kemudian, pengawal nyonya Kim yang disuruh tadi sudah kembali dengan membawa gadis kecil mungil cantik di tangannya. Sungguh, pandangan pertama membuat Ceasar nanar sejadi-jadinya begitu mendapatkan gadis kecil yang wajahnya sangat mirip di poto. Benar dugaanku, kalau Naura adalah Kiara, batin Ceasar tanpa merubah ekpresi wajahnya. "Cantik sekali. Berapa usianya?" tanya Ceasar pura-pura polos. "Tiga tahun," jawab nyonya Kim sambil menerima Naura dari tangan pengawalnya. Sekali lagi, Ceasar benar-benar memastikan kalau gadis itu
"Sedang apa dia di sana?" Sementara dari tadi Joe memperhatikan Ceasar yang tingkahnya begitu aneh. Padahal tidak ada siapa-siapa di sana, tapi kenapa dia berbicara sendiri? Sungguh membingungkan. Seketika Joe teringat akan kejadian tadi di parkiran toko berlian King's Mars, Ceasar yang nampak kebingungan mencari parkir padahal masih banyak area yang kosong. Sampai Joe geleng-geleng kepala melihatnya. "Apa yang kau lakukan di sini? Kenapa kau tidak menyusuliku ke dalam?" Joe bertanya ini dengan sedikit geram. Karena dipikirnya Ceasar sengaja melakukan ini. "Maaf master Joe, dari tadi aku tidak mendapatkan lahan parkir. Semuanya di sini penuh," sahutnya. Nampak wajah Ceasar seperti kebingungan. "Sering kali kau becanda di waktu yang tidak tepat," gerutu Joe. "Tidak lihatlah master kalau semua area parkir di sini penuh?" bantah Ceasar, sambil menunjuk sekitaran. Uniknya, setiap area yang Ceasar tunjuk semua itu tidak terisi. Hanya saja Joe malas menanggapi candaannya yang terkesan
"Psikosis," terang dokter Rafly. Joe berkerut dahi. Dia nampak heran dan aneh mendengar nama penyakit itu. "Bisa terangkan padaku apa penyakit Psikosis yang dokter maksudkan?"Dokter Rafly menyangkutkan jas dokternya ke gantungan, kemudian dia duduk berhadapan dengan Joe. "Penyakit itu memang langka. Biasanya dialami oleh orang-orang yang trauma berat. Orang yang menderita ini tidak akan bisa membedakan mana khayalan mana kenyataan. Tapi, bisa juga lantaran pengaruh alkohol atau obat-obatan tertentu yang langsung merangsang ke syaraf otak. Apa agent Ceasar sebelumnya mengkonsumsi obat-obatan atau sesuatu?"Joe sudah sedikit paham. Hanya saja dia bingung apa penyebabnya. Padahal selama ini Ceasar baik-baik saja dan sama sekali tidak pernah menyentuh barang-barang haram itu. "Aku rasa tidak dok. Aku kenal betul siapa Ceasar. Dia sama denganku, tidak suka dengan alkohol dan drugs.""Sungguh aneh. Tapi kenapa di aliran darahnya aku menemukan ada zat kimia yang berfungsi merusak sel otak
Titik map pada ponsel Ceasar berakhir di sebuah tempat hiburan, club malam atau mungkin bisa dibilang hanya bar ringan. "Benarkah?" Sampai Joe memastikan kembali kalau map ini tidak salah. "Sepertinya tidak," gumam Joe, lalu dia pun keluar dari mobil. "Hei you!" Seorang penjaga menahannya. "Mau kemana?" tanyanya sambil menatap Joe dengan wajah menegangkan. "Bukankah ini tempat umum? Jadi aku rasa aku bebas untuk ke luar masuk di sini, bukan?" sahut Joe santai. Penjaga itu pun tergelak. Tentu saja bukan karena dia bersikap ramah pada Joe, namun sebaliknya kalau dia lagi mengejek Joe. "Lihat!" Penjaga bar itu menunjuk pada sisi kiri Joe. Dari situ Joe mengetahui kalau tempat ini khusus untuk pengunjung yang memiliki member. Oh shit! Benarkah? Tempat sejelek ini pun memiliki peraturan yang ketat? dumel Joe dalam hati. "Hei Jordy, ada apa?" Yang berkata ini merupakan rekan kerja si penjaga itu, yang baru saja datang dari dalam. "Bukan masalah besar. Kau urus lah tamunya tuan J
"Dasar pria, tadi menolak sekarang malah dia yang lebih agresif," oceh wanita seksi itu begitu Joe melepaskan bibirnya. "Kalau mau lebih, kamu boleh bawa aku ke hotel," godanya. Bodoh! Apa dia tidak tau kalau sebenarnya aku hanya menjadikan dia untuk pengalihan perhatian dari pandangan James tadi. Kalau aku tidak menciumnya, James sudah pasti dapat mengenaliku, batin Joe. Dan kemudian, Joe memberikan dua lembar uang pecahan seratu dollar pada wanita itu. Tentu saja dia menerimanya dengan wajah berbinar. "Benarkah? Hanya ciuumaan saja mendapatkan dua ratus dollar? Tentunya aku akan mendapatkan uang banyak kalau sampai-." Ocehannya terhenti begitu melihat Joe beranjak. "Hei kamu mau kemana? Apa kita tidak melanjutkannya lagi?" Sementara Joe hanya tertarik menitikan pandangannya pada Pevita yang dibawa pria asing itu. James sudah kembali entah kemana. Yang pasti James sudah tidak ada lagi di sini. Seperti firasat atau insting yang kuat, entah bagaimana caranya tiba-tiba saja wajah
Dua pria turun dari mobil lalu dengan cepat keduanya menghampiri sedan hitam yang menghalangi jalan mereka. Salah satunya mengetok kaca mobil Joe dengan sangat keras. "Hei bodoh! Minggirkan mobilmu! Kau mau cari masalah dengan kami, hah!" Kaca mobil pun terbuka. Dengan santai Joe menyahuti, "boleh aku bertanya sesuatu?"Sungguh, lelucon yang Joe hadirkan membuat keduanya saling pandang menatap aneh. "Buang-buang waktu! Minggirkan mobilmu atau aku pecahkan kepalamu?" Sambil mengatakan ini, pria itu mencondongkan wajahnya agak mendekati wajah Joe. Ancaman itu justru membuat Joe terkekeh. "Santai saja, jangan terburu-buru seperti itu. Ada yang ingin berbicara padamu." Joe memberikan ponselnya kepada pria itu. "Kau benar-benar memuakan!" Nyaris saja pria itu menghajar Joe saking jengkelnya menghadapi Joe yang dianggap sudah mempermainkannya. Tapi tangan Joe cukup cekatan untuk menyentuh mode pengeras suara, sehingga terdengarlah suara seseorang di seberang telpon dengan sangat jelas.
"Maafkan aku selama ini aku begitu bodoh!" Pevita begitu menyesali perbuatannya. Tak kuasa menahan air mata yang membendung, dia menangis di pelukan Joe. "Aku terlalu naif untuk mempercayai James. Kamu benar, ternyata James itu laki-laki bajingan!" Sebenarnya, James hanyalah pengalihan Pevita saja karena frustasi atas sikap Joe yang terus menggantungkan persaaannya. Kalau saja Joe bisa lebih aware atas perasaan Pevita, mungkin kejadian ini tidak akan terjadi. Puncaknya setelah dari rumah nyonya Kim, di mana Pevita yang sudah dibuat terbang sampai ke atas awan lantaran ucapan Joe yang menginginkan anak, ternyata itu hanya omong kosong belaka. Joe pun sadar akan hal itu. Setidaknya dia juga menyesali perbuatannya yang dianggap sudah mempermainkan hati seorang wanita. Tapi, Joe memang belum bisa menegaskan dirinya kalau dia juga mencintai Pevita. Mungkin setelah kejadian ini, entah lah. "Bagaimana bisa kamu mendapatiku di sini?" tanya Pevita, yang secara bersamaan mengangkat wajahny