"Maafkan aku, Yu Shi. Sungguh tak kusangka hanya segini rendah mutu dari teater terbaik di negeri Chang. Kalau tahu begini, aku tak akan membawamu menonton di sini." Berulang kali Feng Lan menuturkan perkataan itu. Ia memang tampak sangat menyesal.
"Bukan salah Anda, Putri. Justru dengan menonton pertunjukan tadi, saya pun menjadi mengerti satu lagi pemikiran bangsa lain mengenai kakek saya..." Yu Shi berujar, suaranya agak tersendat. "Rupanya mereka sangat membenci kakek saya. Dalam bayangan mereka, kakek adalah seorang penguasa buruk rupa pula pikiran, yang hanya ingin menjajah serta menyengsarakan seluruh dunia..."
"Mereka hanya berusaha hiperbolis agar karya seni mereka menarik perhatian orang. Rakyat Chang juga bodoh, mau-mau saja dibodohi dengan karya murahan itu. Mereka tidak tahu Kaisar Han Ming Shi yang sesungguhnya berparas sangat tampan, bahkan jauh lebih tampan dari aktor teater tertampan yang dapat mereka cari... Mer
Istana Yuan terletak di kota Mei Xiang, kota yang paling indah di seantero Chang bahkan seluruh dunia. Kota itu terkenal akan pemandangan pegunungannya yang indah memukau. Dataran rendah Mei Xiang dikitari oleh lembah dan pegunungan, di mana lembah dan pegunungan tersebut dipisahkan oleh jurang yang luas dan dalam seakan tak berdasar, dan banyak menguarkan kabut putih tebal, yang selanjutnya memberikan tampilan sensasi seolah mereka tengah berada di alam khayangan, dan saat mereka menengok ke bawah jurang, mereka seakan tengah menengok dunia manusia. Keindahan kota Mei Xiang yang seakan mengandung aura mistikal itulah yang mendorong Kaisar Han Ming Shi untuk memilihnya, dan selanjutnya membangun Istana Yuan. Ia berniat mempersembahkan istana itu untuk permaisurinya, Ming Yan Xu. Istana Yuan sendiri dirancang dengan perencanaan yang sangat detail sehingga memerlukan waktu cukup lama untuk menyelesaikannya. Ironisnya, istana itu baru selesai dibangun ketika sa
Darah Yu Shi seolah tersirap saat menatap serdadu yang tengah menghunus pedang tepat ke arahnya itu. Si serdadu sendiri menyeringai meremehkan, “Jadi, rupanya kaulah mantan pangeran Han yang tengah dicari-cari di seluruh dunia itu? Sungguh suatu kehormatan besar dapat bertemu denganmu di sini untuk memenggal kepalamu!” Mata Yu Shi yang membelalak lebar kini sibuk mengamati si serdadu. Lelaki gagah yang kelihatannya berusia awal empat puluhan ini tampak lain dengan serdadu lainnya, dengan pakaian militernya yang mewah bersulam lukisan naga disertai dengan mahkota kecil yang menghiasi kepalanya. Ia berujar dingin, “Juga sungguh suatu kehormatan bagi saya dapat bertemu dengan Yang Mulia Putera Mahkota dari negeri Chang.” Bola mata Feng Lan yang telah melebar karena ketakutan kini membelalak semakin lebar, sementara si pria terbahak keras. “Hahaha! Rupanya kau benar-benar keturunan bangsawan seja
“Putri Feng Lan, kau adalah milikku! Karenanya tidak sepantasnya kau membelanya!” Yu Shi tak pelak sangat terkejut melihat Feng Lan telah berada dalam genggaman Lu Hai. Bola matanya melebar menyaksikan sang putera mahkota Chang mendekap gadis yang dicintainya itu dengan amat mesra, bahkan wajah mereka sudah sangat berdekatan dan sebentar lagi bibir mereka akan saling bersentuhan... Tiba-tiba ia dapat melihat kembali mimpi buruknya saat terkurung dalam Kuil Kesucian Jiwa terputar kembali di hadapannya. Apakah ini juga hukum karma yang menimpaku... Hukum karma karena kakek telah memanfaatkan gadis yang sangat disayangi musuhnya untuk menjebaknya... Dan sekarang Langit sedang membalaskannya kepadaku... Ya Langit, itu semua salah kakek, bukan salahku... Tapi mengapa Kau tega membalaskan semua kesalahannya padaku... Apa salahku pada Mu? “Lepaskan ak
Dan tiba-tiba saja ia mendengar kata-kata itu bergaung di telinganya. Setiap pasukan, setiap individu, betapapun kuatnya dia, pasti memiliki kelemahan... Kau harus mencari kelemahan itu! Sembari berjuang keras menandingi serangan Lu Hai, Yu Shi mengamati sang lawan, berusaha menangkap kelemahannya. Dilihatnya sang Putera Mahkota Chang sangat terampil dalam memainkan pedang, pula memiliki tenaga fisik yang amat dashyat... Namun tampaknya ia tak tahu bagaimana cara mengendalikan chi. Ia lantas teringat akan Tuan Sun He Xian yang dulu pernah mengajarinya ilmu tentang aliran energi-chi. Sang Guru Besar menyebutkan bahwa tubuh manusia, bahkan seluruh alam semesta, dibentuk oleh sekumpulan partikel tak kasat mata yang disebut chi - energi. Partikel energi ini beraktivitas secara normal, akan tetapi bila kita tahu cara untuk mengendalikannya, kita akan dapat memompanya bahkan melebihi batas di luar dug
Terpaksa Yu Shi mengikuti saran Song Qiu. Iapun cepat-cepat berlari menembus pagar tanaman, keluar dari Istana Yuan. Mereka berdua dapat melarikan diri tanpa halangan karena Song Qiu serta para Tetua An Dao Dui lainnya melaksanakan tugas mereka dengan sangat baik. Dan setelah kurang lebih setengah jam perjalanan, sampailah mereka di halaman losmen tempat mereka menginap. Feng Lan menghembuskan nafas lega, sementara Yu Shi sibuk memikirkan kata-kata Song Qiu. “Yu Shi... nampaknya kau masih meresahkan sesuatu...” Feng Lan cepat tanggap akan gurat kekhawatiran yang ditampilkan mimik wajah Yu Shi. “Kata Song Qiu, Kakak Xun adalah seorang pengkhianat... Ini sungguh tak bisa kupercaya. Aku dan Kakak Xun bagaikan saudara sekandung, kita telah melewati masa susah dan senang bersama-sama, dan senantiasa saling membantu jika yang lain tertimpa kesusahan... Tapi mana mungkin Song Qiu berbohong, kan?...” Te
Satu senti lagi dan pedang akan menebas leher Cao Xun, ketika Song Qiu muncul dan mencegah Raja Ular Emas mengeksekusi pemuda itu. “Bagus sekali, Tuan Cao! Walaupun kau dulu mengkhianati Tuan Han, namun dosamu kini lunas terbayar dengan ikrarmu tadi.” “Kau!...” Raja Ular Emas menggerung marah, betapapun ia sadar ia tak mampu menang melawan Song Qiu. Dalam waktu beberapa menit ia berhasil memaksa musuhnya terpaksa melarikan diri, disertai jeritan, “Ingat! Ini belum selesai!” Pandangan Song Qiu beralih kepada Cao Xun yang kini menundukkan kepala dalam-dalam. “Bagus sekali. Ternyata dugaanku sangat tepat, kau merupakan seorang yang meiliki nilai heroisme sangat tinggi, berani menebus dosamu sendiri. Aku salut.” Cao Xun sendiri masih menundukkan kepalanya, bergumam gamang yang ditujukan kepada Yu Shi. “Maafkan aku Yu Shi, dan juga kawan-kawan sekalian, atas segala kesalahan yang k
Baik Tuan Li maupun Puteri Lin Shi menyarankan hal yang sama kepada Yu Shi, agar ia segera keluar dari Chang. Tuan Li menyarankannya untuk pergi ke Pheu-Kam, sebab ia memiliki seorang kerabat dekat yang tinggal di sana. Tuan Li sendiripun kini telah berada di rumah kerabatnya, melarikan diri dari kejaran Kaisar Liang. Dan kali ini juga, Feng Lan ingin mengikuti Yu Shi ke Pheu-Kam. Sang Putri berujar mantap, “Aku akan mengikutimu ke manapun kau pergi.” “Putri... Bukan maksudku tidak ingin membawamu ikut serta, tetapi tidak semestinya Putri mengikutiku. Karena tempatmu yang seharusnya adalah di Liang. Di Istana.” Feng Lan mendesah. “Bila aku kembali ke sana, maka itu artinya aku menyetujui dijodohkan dengan Lu Hai. Dan kau tahu sendiri aku tak mencintainya. Aku...” Ia tidak melanjutkan kalimatnya, namun Yu Shi dapat menebak apa yang ingin gadis itu ucapkan. “Bagaimanapun, kau adalah seorang put
Melihat muridnya memandangnya dengan penasaran, Tuan Li berujar serius, “Jujur saja, mulanya aku juga sangat tidak menyetujui segala sepak terjang kakekmu, terutama karena ia dengan teganya membantai serta menyiksa tawanan-tawanan kalah perangnya. Bahkan kaisar Liang pun masih tidak setega dia - bila sikonnya kau adalah salah satu pangeran tawanannya dan dialah sang kaisar penentu hidup matimu, dia pasti akan menjatuhimu hukuman mati, dia tak akan mempedulikan kalau kau saat itu baru berusia sembilan tahun... Dia bahkan pernah menghukum mati pangeran negeri Song yang baru berusia sebelas bulan.” “Tidak mungkin!” Yu Shi berseru otomatis. “Ya... aku sudah menduga kau akan sangat terkejut. Dan masih banyak lagi perbuatan mengerikan yang akan membuat merinding seluruh manusia yang masih memiliki hati nurani, beberapa di antaranya telah kauketahui.” Tuan Li mengamati Yu Shi dengan saksama. “Nah, sekarang aku tanya, bayangkan kau saat itu masi