Tuan Li menarik nafas panjang sebelum menjawab. “Kau masih ingat apa yang dulu pernah kuceritakan padamu? Tentang betapa beraninya ia melontarkan makian pedas pada kakekmu? Nah, sebagai kaisar yang berharga diri tinggi, kakekmu tentunya tidak bisa mengampuni perbuatannya. Ia lantas menjatuhkan hukuman atas kelancangan Sui Feng itu.”
“Jadi, tangan kanannya itu terputus?” Yu Shi mencoba menebak pemikiran kakeknya dalam menjatuhkan hukuman. “Tepatnya, buku jarinya hancur berantakan.” Tuan Li mengamati Yu Shi yang mengernyit pertanda muak. “Masih mending kakekmu tidak memenggalnya. Aku nyaris khawatir ia akan menghukum mati Sui Feng.” “Tapi, setahu saya Tuan Chen sangat gemar menulis. Dengan kakek menghancurkan jari tangannya, ia tak bisa menulis lagi. Hukuman itu sama kejam dengan mencabut nyawanya!...” “Oh ya... betul juga pemikiranmu. Pantas saja ia ingin menghancurkan keduKetika Putri Liang Ying Lan dan Ma Yong Quan melarikan diri dan keluarga istana lainnya ditawan, prajurit Chang sibuk mengobrak-abrik Istana Liang. Mereka membuat suasana di sana begitu riuh pula tak aman. Sebagian prajurit menggeledah dan mengacak-acak istana, sebagian lagi mengumpulkan para menteri dan bangsawan penting lainnya lalu menyiksa mereka agar membocorkan di mana letak stempel kekaisaran sebenarnya. “Harus kami katakan berapa kali, Tuan kami benar-benar tak tahu” Seorang menteri tua berkata lirih, suaranya melemah akibat ia tidak kuat lagi menahan pukulan-pukulan para prajurit Chang. Tidak puas akan jawaban tersebut, prajurit Chang kembali memukulnya. “Kau berbohong! Kalian juga sama! Cepat katakan di mana letak stempel itu kalau ingin nyawa kalian selamat!” Namun walau sudah disiksa seberat apapun para pejabat istana tetap bungkam. Sampai ketika seorang prajurit menyeret seora
Semula rencana mereka berjalan lancar. Mereka tahu, walaupun mereka telah berhasil mengusir pasukan Chang dari istana, namun itu tidak sama dengan menghilangkan kekuatan tempur mereka. Chang pasti akan mengutus pasukannya kembali menyerang Liang. Karenanya mereka tentu harus menyiapkan formasi pasukan untuk menghadapi gempuran Chang. Dan rencana mereka nyaris rusak akibat kembalinya Ying Lan dan Yong Quan. Sudah barang tentu Ying Lan sangat tidak menyetujui kembalinya yu Shi pada jabatannya semula. Sang putri menggerung keras, “Kau gila ya, Feng Lan?! Mengangkat Darah Sesat ini sebagai panglima?!” “Dan asal kakak tahu, sewaktu kakak melarikan diri bersama Ma Yong Quan entah ke mana, pemuda yang kakak panggil Darah Sesat inilah yang mengusir pasukan Chang dari istana!” Feng Lan balas berseru. “Bagaimanapun aku tak setuju kau mengangkatnya kembali sebagai panglima!” “K
Keoptimisan melahirkan kemampuan brilliant. Walaupun pasukannya kalah jumlah juga kalah dalam soal kualitas, namun Yu Shi berhasil membuat mereka mampu menekan Chang sedikit demi sedikit. Caranya adalah dengan memasang jebakan serta memaksa pasukan Chang melewati daerah-daerah berbahaya. Pasukan Liang akan membunyikan tambur dan genderang dan menyerbu Chang dengan ganas, tetapi saat melihat pasukan Chang mulai terpancing emosi, mereka akan segera mundur, membiarkan pasukan Chang yang tidak puas membiarkan musuhnya kabur begitu saja berlari masuk ke dalam jebakan yang mereka buat. Kalaupun tidak memancing mereka ke dalam jebakan, Yu Shi membuat mereka memasuki area seperti hutan rimba yang mudah membuat mereka tersasar sementara pasukan Liang yang telah bersembunyi di area yang tidak diketahui pasukan Chang mengamati musuhnya kebingungan dari jauh. “Liang benar-benar dikarunia area pertempuran yang sempurna, ada banyak jalur rumit yang bisa
Ditemani Rong Xun dan para Tetua An Dao Dui, Yu Shi pergi menuju alamat yang ia dapatkan dari kitab kakeknya. Letaknya di Song, dan merupakan kediaman seorang tabib serta herbalist terkemuka bernama Liu Zhenghua. Dan setelah mereka sampai di sana, mereka justru memandangi dengan bingung kediaman yang lebih pantas disebut puing-puing reruntuhan itu. Kediaman itu memang besar dan megah, tapi terlalu rusak hingga mengesankan bisa ambruk kapan saja. “Katamu, ini kediaman tabib terkenal pada masa pemerintahan kakekmu?” tanya Rong Xun, arah pandangannya berpindah dari satu retakan tembok ke retakan tembok yang lain. Yu Shi mengeluarkan buku kakeknya dari sakunya, membalik ke halaman yang ia cari. “Memang benar di sini. Tabib kenamaan dari Song, Liu Zheng Hua,” berulang kali ia memandangi tulisan yang tertera. “Apa mungkin ia sudah pindah tempat, karena dalam kurun waktu begitu lama apapun juga bisa
Liu Na Xuan - cucu tunggal tabib terkemuka Liu Zheng Hua - benar-benar seorang wanita dengan bakat herbologi yang luar biasa. Hanya diperlukan waktu sebentar baginya untuk menciptakan racun wabah yang amat mematikan. Yu Shi sampai menahan nafas karena begitu terpukau akan kepandaian Na Xuan. Sekaligus merinding. Begitu mudahnya ia menciptakan wabah yang dapat merenggut ratusan, bahkan ribuan nyawa orang dalam sekejap. Bagaikan dewa pencabut nyawa. Benar-benar mengerikan... Untung saja ia berada di pihak kita. “Wabah ini bernama Tidur Pulas Bagaikan Mati.” Na Xuan mulai menjelaskan, sembari menunjukkan pada mereka semua seekor serangga besar yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. “Nyamuk inilah yang menjadi penyebarnya...” “Itu nyamuk?” Rong Xun tidak dapat menyembunyikan kebingungannya. Na Xuan mengangguk. “Nyamuk ini sangat langka, untunglah. Dan lebih untung lagi bagi kita orang-orang Daratan Tengah, nyamu
Wajah kaisar Chang berubah cerah. Ia mulai tertawa terbahak-bahak. “Bagus sekali Lu Hai benar-benar bagus hasil kerjamu!” Ia menarik mereka berdua mendekat ke arahnya tepat saat Yu Shi dan seluruh pasukannya datang menyerbu istana, dan kini tengah berdiri di hadapan mereka. “Yu Shi!!!” Melihat kedatangan puteranya, Madame Zhao berseru terharu bercampur bahagia. Naluri keibuannya dapat segera mengenali puteranya walaupun waktu telah memisahkan mereka selama tiga belas tahun lebih lamanya. Begitu terharunya, Madame Zhao pun meneteskan air mata. Nyaris saja ia berlari menghambur ke arah puteranya, namun kaisar Chang bergerak lebih cepat. Kaisar tua itu menarik Madame Zhao ke arahnya, lantas menyorongkan pedangnya ke leher wanita malang itu sembari berteriak, “Buang senjatamu dan menyerahlah, kalau tidak, kubunuh wanita ini!” “Ibunda!!!” Yu Shi menjerit frustrasi. Langkahnya terhenti. Ia hanya dapat mema
Yu Shi mengamati Lu Hai, dengan putera-puterinya yang masih kecil meringkuk ketakutan dalam pelukan sang ayah yang sibuk menghibur mereka. Kilasan-kilasan memori berputaran di benaknya, semua kilasan yang memperlihatkan penghinaan dan kekejaman yang dilakukan kaisar Chang dan Lu Hai kepada ia dan keluarganya juga termasuk terhadap Feng Lan. Pandangannya berganti ke arah ibundanya yang tewas berlumuran darah. Ia menggenggam pedang kebesarannya erat-erat, tangannya bergetar hebat akan perasaan amarah yang tengah menguasainya. Saat ini, ia sangat menyetujui kata-kata Tuan Li yang membenarkan tindakan kakeknya bertindak kejam terhadap musuhnya. Ia pun juga akan bertindak sama. Lu Hai dan seluruh keluarganya orang-orang yang telah banyak membuat ia dan keluarganya menderita ini tidak akan ia ampuni, tidak peduli putera-puteri Lu Hai masih sangat kecil dan bahkan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan segala sepak terjang ayahnya.
Tetapi seperti yang telah mereka duga, pihak istana sama sekali tidak merestui pernikahan mereka. Salah seorang bibi kerabat Feng Lan menukas, “Kau bukan hanya melangkahi kakakmu sendiri, tapi juga memilih seorang Darah Sesat sebagai suamimu. Demi Tuhan, masih banyak pria lain yang jauh lebih baik daripada dia!” Menyusul komentar-komentar lain yang sejenis dan tak kalah panas, yang memaksa Feng Lan berseru keras, “Pokoknya inilah keputusanku! Tak seorangpun bisa mengubahnya!” Semua orang sampai terdiam karena seruannya yang begitu keras membahana. Saat itulah, Tuan Li ikut angkat bicara, “Daripada meributkan masalah pernikahan, lebih baik sekarang kita membahas masalah lain yang lebih penting. Yakni mengenai takhta kekaisaran yang masih kosong.” Kata-katanya segera mendapatkan perhatian penuh. Feng Lan dan Yu Shi yang mengetahui maksud Tuan Li yang sebenarnya membiarkannya melanjutkan, “Kekaisa