"Tuan Putri, sudah waktunya bangun. Tuan putri." Pagi hari sekitar pukul 06.00 pagi, Bibi Tian mulai membangunkan Qiao Zhi Jing. Hari ini Qiao Zhi Jing harus mengikuti kelas khusus yang dijadwalkan oleh Bai Wuxin."Emmhhh ... jangan ganggu aku. Aku tidak akan datang. Masih terlalu pagi. Jangan membangunkanku," jawab Qiao Zhi Jing dengan rasa malas seraya menarik selimutnya guna menutupi wajahnya. "Tuan putri, Anda harus bangun sekarang juga. Jika tidak, Pangeran akan ... ."Reflek kedua netra Qiao Zhi Jing terbuka lebar sebab teringatkan ancaman dari Bai Wuxin. Permainan dimulai. Bai Wuxin sengaja mengerjai Qiao Zhi Jing dengan memasukkannya ke akademi kerajaan yang terletak di istana. Setiap hari, Qiao Zhi Jing wajib hadir di kelas, serta diawasi oleh Hua Rong yang juga sengaja mendaftar ke kelas yang sama demi mengawasi tingkah laku Qiao Zhi Jing di istana.Awalnya Qiao Zhi Jing mulai bisa menerima kehidupannya saat ini. Ia akan menganggapnya sebagai liburan. Namun, setelah tahu b
“Nona, untuk apa Anda menanyakannya? Jika Anda sudah lupa, sebaiknya lupakan saja, Nona. Saya memiliki kesan buruk tentang danau itu,” ujarnya dengan wajah memelas. “Tidak, aku hanya ingin tahu saja. Siapa tahu jika aku mendatangi tempat yang pernah kudatangi, mungkin akan ada percikan-percikan ingatan yang muncul.” Qiao Zhi Jing mencari-cari alasan demi membujuk Ban Xia. Bodohnya Ban Xia mulai goyah. Ia merasa bahwa ucapan Qiao Zhi Jing sedikit masuk akal. Siapa yang tahu jika seseorang yang melupakan banyak hal akan kembali mengingatnya ketika datang ke tempat-tempat yang pernah didatangi sebelumnya. “Bagaimana menurutmu?” Qiao Zhi Jing menaik-naikkan kedua alisnya. Terbaca jelas dari wajah Ban Xia walau tanpa dikatakan secara langsung. Ban Xia tampaknya setuju dengan usul Qiao Zhi Jing. “Emm … Sepertinya masuk akal. Mungkin bisa dicoba,” jawabnya usai menimbang-nimbang begitu lama. “Bagus! Kalau begitu, berhubung kita sudah di luar, ayo! Antar aku menuju danau itu.” Qiao
“Jangan tertawa! Kau kira ini lucu apa?” protes Qiao Zhi Jing dengan nada bicara ketus seperti biasanya. Sayang sekali, Bai Wuxin sedikit pun tak mengindahkan perkataan Qiao Zhi Jing. “Hahahaha.” Bai Wuxin terus-menerus tertawa terbahak-bahak. Tak mempedulikan semua orang yang terdiam menatapnya dengan tatapan heran. Tentu saja semua orang yang mengenal kepribadian Bai Wuxin akan merasa janggal tatkala melihat seorang Pangeran berwibawa seperti Bai Wuxin yang biasanya sedikit bicara dan berwajah dingin ternyata bisa tertawa hingga seperti itu. Kira-kira, ini pertama kalinya mereka melihat seorang Bai Wuxin tertawa demikian. “Menyebalkan! Aisssh!” Qiao Zhi Jing tampak kesal dengan gelak tawa Bai Wuxin yang terdengar nyaring saat menertawakan kesialan yang menimpa dirinya. Karena sudah terlalu lelah dan lapar, Qiao Zhi Jing sudah tak bersemangat untuk bertengkar dengan Bai Wuxin. Qiao Zhi Jing mendorong tubuh Bai Wuxin yang menghalangi jalannya, lalu masuk ke dalam dengan santai
"Apa? kau ingin aku mengkhianatinya? jangan harap," timpal Qiao Li Ying. Dia sangat terkejut mendengar usul dari pria misterius itu.Pria misterius, lebih tepatnya orang yang telah mengancam Qiao Li Ying untuk bertemu dengannya. Dia tak lain adalah Bai Ruyu, kakak pertama Bai Wuxin."Hekh!" Seringaian terlukis di wajah rupawannya. Menilai dari sikap yang ditunjukkan, Bai Ruyu tampak meremehkan ucapan Qiao Li Ying. Benar, dia memang meremehkan ucapan Qiao Li Ying yang terdengar tidak tulus sedikit pun."Kau tertawa?" Qiao Li Ying tidak terima tatkala dirinya diremehkan secara terang-terangan."Tidak, aku bukan menertawakanmu. Aku hanya tertegun. Aku mengagumimu. Bakat aktingmu sangat alami. Aku bahkan sempat pernah tertipu aktingmu itu. Tapi setelah mengetahui kebenarannya, Qiao Li Ying ... sepertinya kau sangat mendalami aktingmu itu," tutur Bai Ruyu."Apa maksdumu?" Kedua tangan Qiao Li Ying dilipatkan. Dagunya mendongak ke arah Bai Ruyu, tanda dirinya sengaja menantang Bai Ruyu."Ti
“Bukankah itu dia … Qiao Zhi Jing?” bisiknya di telinga gadis yang duduk di sampingnya. Seorang gadis muda berumur 16 tahun yang tengah duduk di salah satu kursi kelas Akademi Kerajaan. Bai Qian Qian, sang putri bungsu Kaisar Bai. Anak dari Permaisuri Li Man, adik terakhir Pangeran Bai Ruyu. Sedangkan seorang lagi yang tengah dia ajak bicara adalah kakaknya yang bernama Bai Shuyue. Adik pertama Bai Ruyu. “Tidak, sekarang dia bukan hanya Qiao Zhi Jing. Tapi istri Kakak kedua,” timpal Bai Shuyue sembari tetap fokus menyalin kitab di atas kanvas. “Hanya melihat wajahnya saja sudah membuatku sangat membencinya,” celetuk Bai Qian Qian dengan sifat ketusnya. Dari sorot matanya, tergambar jelas rasa tidak sukanya tatkala menatap wajah Qiao Zhi Jing. “Lalu kenapa jika kau tidak menyukainya? Kau ingin membunuhnya? Adik, aku sarankan agar kau menjaga sikapmu. Dia bukanlah orang yang bisa kau sentuh dengan mudah.” Memberi nasihat. “Kakak, sebenarnya kau berada di pihak mana sih? Kenapa
“Kalian tunggu saja!” Bai Ruyu menatap satu persatu targetnya. Dia terpaksa harus menyudahi pertengkaran, lantas berlalu pergi meninggalkan kelas begitu saja. “Bagaimana kondisimu?” tanya pria yang membantu Duan Jia Lun. Ia membantu Duan Jia Lun bangkit. “Tidak masalah. Hanya luka kecil,” balas Duan Jia Lun meringankan kondisinya.Hua Rong, dia menyamar menjadi salah satu siswa akademi, sesuai dengan perintah Bai Wuxin. Memberikan identitas istimewa demi melindungi Qiao Zhi Jing dari orang-orang yang ingin melukainya. “Saudara, terimakasih. Oh, aku baru melihatmu di kelas ini. Apa kau murid baru? Siapa namamu? Dan dari keluarga mana?” Duan Jia Lun langsung mencecar Hua Rong dengan banyak pertanyaan. “Namaku Shangguan Qiwu.” Hua Rong memeritahu nama samaran yang telah disiapkan oleh Bai Wuxin. “Shangguan? Shangguan … wah! Aku tahu! Shangguan, marga yang sama seperti mendiang permaisuri terdahulu. Jadi, kau berasal dari Keluarga permaisur?” tebaknya. “Benar,” jawabnya singk
"Qiao Zhi Jing?" gumam Bai Wuxin kala mendapati sosok Qiao Zhi Jing yang datang menerobos masuk ke dalam kamarnya. Tak hanya Bai Wuxin saja, termasuk Hua Rog yang ada di sana pun turut memasang ekspresi tak biasa."Kenapa? kalian kaget kalau ini aku?" sindirnya."Apa mungkin ... kau mendengar semua yang baru saja kami katakan?" Bai Wuxin menyelidiki Qiao Zhi Jing guna memastikan."Memangnya kenapa jika aku mendengarnya? kenapa? yang benar saja! jika aku tidak mendengarnya, aku yakin kalian akan selamanya menyembunyikan hal ini." Qiao Zhi Jing menyeringai diiringi tawa kecil, saking merasa konyolnya kala menghadapi situasinya saat ini.Fakta yang penting dan sengaja disembunyikan, pad akhirnya akan tetap terbongkar juga. Kebohongan memang tidak akan bertahan lama. Walaupun dirinya hanya memerankan karakter Qiao Zhi Jing, namun entah mengapa dirinya merasa terkhianati. Sakit yang dia rasakan teramat nyata. Hatinya terasa sakit dan sesak kala menyadari fakta bahwa dirinya ditipu dengan mu
Semalaman, Qiao Zhi Jing tidak bisa tidur karena hatinya yang gelisah dan tidak terima. Amarahnya belum terlampiaskan sebelum dia memberi pelajaran terhadap kedua pria yang mempermainkannya. “Nona, Anda mau pergi ke mana tengah malam begini?” tanya Ban Xia dengan raut wajah menahan kantuk kala menyadari Qiao Zhi Jing yang telah beranjak dari ranjang tidurnya. “Apa Anda ingin kabur lagi?” tuduhnya. Sepontan Qiao Zhi Jing menghentikan langkahnya di depan pintu kamarnya tatkala aksinya terpergok oleh Ban Xia. Netranya membola karena terkejut, lalu dia berbalik. “Aisshh … tenang saja. Aku sudah lama melupakan rencana konyol itu. Sebentar saja. Aku hanya ingin bertemu Pangeran,” ungkapnya apa adanya. “Nona, bukannya tadi Anda sudah menemuinya? Apa Anda begitu tidak inginnya berpisah dengan Pangeran, sampai-sampai … .”“Shuttt! Terserah kau berpikir apa. Aisshh … .” Qiao Zhi Jing tak ingin meladeni Ban Xia yang selalu salah memahami niatnya. Ia pun akhirnya keluar dari kamarnya.