Kini mereka berada dikediaman Albi, Syika lah yang mengajaknya kerumah ini. Rumahnya lebih besar dari rumah orang tua Albi, namun sama-sama mewah. Zeta beserta Syika berkutat didapur sedangkan Nathan menonton TV. Dapurnya lengkap, yah karena banyak pembantu disini namun Zeta ingin membuat kue tanpa bantuan siapapun.
Untung saja bahan-bahanya tersedia, Syika sendiri ia suruh untuk mengaduk adonannya. Sedangkan Zeta tengah mengolesi loyang dengan margarin. Dengan celemek yang terpasang apik tubuhnya, Zeta berjalan kesana kemari mengambil sesuatu.
"Udah?" tanya Zeta kepada Syika.
"Sudah mama," balas Syika lalu menyerahkan wadah yang berisi adonan kue kepada Zeta.
Zeta menerimanya dan memasukkannya kedalam loyang, ia hanya membuat kue berukuran sedang saja takutnya gagal. Sesuai request twins, ia membuat kue rasa Coklat dan semoga saja Albi menyukainya. Zeta menggendong Syika menu
Setelah mengobati luka Albi, kini Zeta diajak jalan-jalan oleh lelaki itu. Mereka berjalan dipinggir danau yang sangat indah, twins? Tak ikut bersama mereka dikarenakan ada cakra. Suasana sore ini sangat cocok jika melakukan jalan-jalan, ini sebagai bentuk permintaan maaf Albi karena telah membuat Zeta menangis.Mereka berjalan beriringan, sesekali mereka melihat ke pinggir danau yang kini terdapat matahari yang mulai tenggelam. Langitnya berwarna oranye, tak terlalu panas dan itu membuat rambut Zeta ikut berwarna oranye."Kau belum makan?" tanya Albi, mengapa ia menjadi perhatian seperti ini?.Sedangkan Zeta menggeleng, "Apakah kau mau mengajakku makan?" tanyanya antusias."Aku hanya tanya saja," jawab Albi tak acuh.Zeta menundukkan kepalanya lesu, dirinya pikir Albi akan mengajaknya makan pasti seru. Aish, mengapa ia menjadi berharap makan dengan
Malam hari ini Zeta dan Vio berada didalam kamarnya, sebenarnya ia ingin berlama-lama dengan Zio namun sepertinya kembarannya itu marah kepadanya dikarenakan ia tak menjawab pertanyaan Zio soal Arsya. Zeta melamun membuat Vio heran, tadi Vio pergi ke restaurantnya dan tak tau apa saja kegiatan Zeta."Zeta?"Panggilan yang Vio lontarkan membuyarkan lamunan Zeta. Perempuan itu langsung melihat kearah Vio dengan alis berkerut, dirinya hampir lupa jika tengah berbicara dengan Vio."Kamu kenapa?" tanya Vio heran."Aku bingung," balas Zeta lesu.Sampai akhirnya Zeta bercerita tentang Albi dan Zio yang tak akur dan juga Zio yang menyuruhnya untuk menj
Zeta berada di pinggir jalan, ia menunggu taksi sembari melihat kesegala arah. Jalanan lumayan ramai hingga menimbulkan suara bising. Akhrinya Sera memutuskan untuk duduk di pinggir trotoar bermain HP. Dirinya tadi keluar dari apartemen dengan Vio namun dia lebih dahulu mendapatkan taksi. Tak mungkin ia satu taksi dengan Vio, tujuan mereka beda arah."Kemana sih taksinya?" Zeta berdecak sebal, salah satu hal yang membuat dirinya terlambat kerja yah seperti ini.Namun pandangannya melihat kearah depan dimana disana terdapat seorang wanita yang menyeberang dengan tatapan kosong. Matanya membola sempurna, dari arah berlawanan terdapat mobil yang melaju kencang.BrukZeta memejamkan matanya saat bunyi keras itu masuk kedalam indra pendengarnya. Perlahan-lahan matanya terbuka mendapati mobil yang sudah menabrak tiang listrik. Sedangkan perempuan yang menyebrang tadi nampak diam di tengah
Zeta berjalan tergesa-gesa menuju lift, setelah kejadian tadi dirinya langsung pergi menuju kantor Albi. Untuk Hilda, perempuan itu sudah dijemput oleh supirnya membuat Zeta bernafas lega. Dan juga Zeta kesini diantar oleh Hilda, selama dimobil tadi mereka bercerita. Ternyata Hilda orang baik, dirinya pikir Hilda orang jahat karena telah menelantarkan twins.Bukankah kita tak boleh menilai orang di covernya saja?. Mungkin Hilda mempunyai alasan tersendiri mengapa dia meninggalkan twins yang masih bayi dan akhirnya dirawat oleh Albi seorang diri. Kini Zeta sudah berada didepan ruangan Albi, langsung saja ia masuk. Dirinya melihat Albi yang duduk disofa, dimeja juga ada kapas yang berwarna merah."Apa lukamu sudah sembuh?" tanya Zeta, ia melihat luka Albi yang kini sudah tertutup oleh hansaplast. Sedangkan Albi hanya menanggapinya dengan deheman saja, kini lelaki itu sibuk melihat kearah hpnya.Zeta duduk
Setelah menjemput twins Albi mengajak mereka makan siang, tentunya bersama dengan Zeta sekretarisnya. Mobil yang Albi kendarai berhenti tepat di depan sebauh restaurant, dari depan restaurantnya bagus dan juga ada beberapa lampu yang menghiasinya.Zeta turun lalu melepaskan sabuk pengaman Syika, begitu juga Albi yang melepaskan sabuk pengaman yang Nathan kenakan. Lalu mereka masuk dengan Syika yang berada digendongan Zeta. Sesampainya didalam Zeta tersenyum ramah kepada pelayan yang mengantarkan mereka kekursi yang masih kotor."Mau pesan apa?" tanya Zeta kepada twins yang asik bermain dengan mainannya. Kini mereka sudah duduk dikursi, dengan posisi berhadapan dengan twins."Bagimana kalau mie goleng?" usul Zeta."Mie goreng?" beo Albi.Syika mengangguk, "Mie yang belada didalam kemasan dan juga lasanya sangat enak. Ada kliuk-kliuknya," ujarnya. 
Derap langkah kaki terdengar ditelinga beberapa orang yang berada di ruangan itu. Disana Zio berjalan dengan gagahnya menuju meja dimana terdapat beberapa orang berdiri. Zio duduk di meja paling ujung dan seketika orang yang berada disana kembali duduk.Kali ini Zio akan meeting dengan kliennya, sekitar ada 5 orang laki-laki dan perempuan disini. Mejanya tak terlalu besar dan jarak mereka hanya satu lengan saja. Masing-masing dari mereka membawa laptop, dan juga diada beberapa berkas yang bertumpik apik sana."Bisa kita mulai meetingnya?" ucap salah satu diantara mereka. Zio mengangguk sekilas tanpa ekspresi membuat beberapa orang menelan ludah kasar, berhadapan dengan Zio harus berhati-hati. Jika tidak katakan selamat tinggal kepada perusahaan mereka.Beberapa orang mulai berbicara bergantian. 1 jam kemudian meeting selesai, Zio bersalaman dengan mereka dan pamit untuk pergi terlebih dahulu. Kini Zio d
Zeta dan Zio berada di sebuah pantai yang sangat indah, hanya ada beberapa pengunjung disini karena letaknya sangat jauh dan juga berada di tengah hutan. Udara disini sangat enak, air lautnya berwarna biru kehijauan-hijauan. Mungkin batu karangnya bisa terlihat jika kita mendekat.Saat ini Zeta duduk di tebing melihat keindahan laut dari atas. Cuaca tak terlalu panas jadi sangat cocok untuk berada disini. Mereka duduk bersebelahan, menikmati semilir angin yang sedikit membuat rambut Zeta berantakan."Dari mana kau tau tempat ini?" tanya Zeta heran, pasalnya Zio orangnya sibuk dan jarang untuk berlibur dipantai seperti ini."Aku suka kesini jika rindu dengan mama dan papa," jawab Zio sendu. Walapun dia tak tau bagaimana wajah kedua orang tuanya, namun Zio suka berada disini dan membayangkan jika ia dan kedua orang tuanya tengah bermain di pantai ini."Mama sama papa udah bahagi
Kini Zeta berada di hotel, tempat Bea menginap. Tadi setelah dari restaurant ia menyuruh Zio mengantarkan dirinya dan Bea kesini. Sekarang Bea dan Zeta duduk bersender dikasur. Disana juga ada Bia, kembaran Bea. Sedangkan kedua temannya yang lain tak ikut kesini, mereka mendapat pekerjaan diluar negeri.Zeta sedih bercampur senang, sedih karena tak bisa mengantar Ais dan Lisa ke bandara. Namun disisi lain ia senang karena mereka berdua mendapatkan pekerjaan dinegara yang paling mereka impikan. Beberapa menit yang lalu Zeta menceritakan tentang Zio kepada Bia dan Bea. Yang paling semangat mendengarkan ialah Bea."Bia! Tadi dia lap bibir aku," ucap Bea dengan ekspresi yang terkesan lebay."Jangan lebay!" Bia menoyor jidat kembarannya. Dirinya muak mendengar cerita dari Bea, menurutnya kembarannya seperti orang gila. Namun dirinya merasa malu, mengapa Bea tak ada jaim-jaimnya jadi perempuan.&