Semua orang yang berada di depan ruangan bersalin terlihat sangat khawatir,kerana suster belum memberikan informasi tentang kelahiran bayi Humairah. Di saat saat mereka lagi sibuk dengan pikiran mereka masing-masing tiba tiba saja terdengar suara teriakan disusul dengan suara tangisan bayi. "Argkhhh....."Humairah berteriak pada saat dia berjuang untuk melahirkan sang putra. "Oeee....." "Oeee...." "Alhamdulillah.... akhirnya Humairah sudah melahirkan.."mereka semua mengucapkan syukur Alhamdulillah karena mereka mendengarkan suara tangisan bayinya Humairah. Dokter Leonardo kebetulan melihat Abah Malik dan yang lainnya berdiri tidak jauh dari pintu ruangan bersalin,dia langsung menghampiri mereka semua. "Assalamualaikum... Malik...siapa yang melahirkan,dan kenapa semua pada kumpul di depan sini." "Humairah...putri saya Leon yang melahirkan dan Alhamdulillah bayi sudah lahir...." "Selamat Malik.... selamat Pak Yuda...atas kelahiran cucu kalian." "Sama sama Leon.. "Sama sama dok
Humairah sedang berada di suatu tempat yang sangat tenang di depannya terdapat hamparan rumput hijau,dia sedang duduk di salah satu kursi kosong yang ada di situ. Humairah melihat Mas Brian datang mendekati dirinya dan langsung memberikan pelukan hangat. "Assalamualaikum Bunda...." "Waallaikum salam Mas...gimana kabar kamu Mas,aku kangen sekali kenapa Mas tidak datang mengunjunginya kami."Humairah melontarkan nada protes kepada Mas Brian. "Mas... baik baik saja, maaf..bukan mas tidak mau datang mengunjungi kalian,tapi tempat kita sudah berbeda Bunda...."Mas Brian berusaha menjelaskan kalau mereka tidak bisa saling mengunjungi karena mereka berada di alam yang berbeda. Para dokter sudah berusaha dengan sekuat tenaga tapi takdir berkata lain.Alat yang mendeteksi detak jantung Humairah berbunyi sangat panjang. Tiittttttt.... Itu menandakan kalau Humairah sudah pergi meninggalkan dunia fanah ini. Bang Rendi langsung mendorong para perawat yang sedang berdiri di samping brangkarnya
Bang Rendi langsung bangkit keluar dari ruang tempat perawatan bayi, tapi sebelum keluar dia berpesan kepada perawat yang sedang berada di di ruang tempat Humairah berbaring."Jangan ada yang coba coba melepaskan semua peralatan medis yang melekat di tubuhnya Humairah sampai saya kembali,kalau yang melakukannya saya akan pastikan ini adalah hari terakhir kalian menghirup udara bebas.... Abah... ummi...titip Humairah sebentar tolong awasi jangan sampai mereka melepaskan semua peralatan yang ada di tubuhnya Humairah."Bang Rendi mengancam perawat jangan sampai mereka melepaskan semua peralatan medis yang melekat pada tubuhnya Humairah sebelum dia kembali."Iya Nak.....kami akan tetap berada di sini."Bang Rendi segera keluar,dia berlari menuju tempat perawatan bayi,dia langsung mengambil bayi mungil yang berjenis kelamin laki-laki itu dari tangannya Papi Yuda dengan tanpa mengeluarkan suara sepatah kata pun, dia melakukannya pelan,dan hati hati jangan sampai terjatuh.Bang Rendi berjala
Humairah sudah mulai sadar walaupun dia masih lemah dan belum bersuara karena masih di bawah pengaruh obat. Bang Rendi dengan menggendong tubuh sangat bayi keluar menghampiri para perawat yang sedang berdiri di samping pintu tempat Humairah terbaring,ada juga dokter Leonardo di sana. "Dok...tolong periksa kondisi Humairah,dia sudah sadarkan diri."Bang Rendi sambil berlalu menuju tempat perawatan bayi, Bang Rendi harus mengembalikan bayinya Humairah di tempatnya semula. Mendengar perkataan Bang Rendi barusan semua orang yang berada di situ merasa kaget dan heran, bahkan mereka berpikir kalau Bang Rendi sudah tidak waras karena di tinggal pergi oleh Humairah untuk selama lamanya. Dokter Leonardo dan para perawat yang tadi berada di ruangan Humairah dengan setengah berlari masuk kedalam, mereka memastikan perkataan Bang Rendi apakah itu benar atau hanya halusinasinya saja. Hal pertama yang dilakukan oleh dokter Leonardo adalah memastikan layar monitor yang mendeteksi detak jantungny
Brangkar Humairah sudah di dorong menuju paviliun Kenanga untuk tempat dia memulihkan kondisi tubuhnya. Abah Malik, Ummi Salamah, Papi Yuda, Mommy Meta, Pak Hermawan, Tante Inda, Om Afandi, Tante Vivi serta Almeera dan Al Jazair ikut mengantar Humairah sampai di tempat yang telah di siapkan oleh pihak rumah, mereka semua ikut masuk kedalam paviliun Kenanga, sebuah tempat khusus untuk keluarga pemilik rumah sakit.. Hanya Bang Rendi yang tidak ikut bersama mereka, Bang Rendi bukannya tidak mau ikut masuk,tapi dia terlebih dahulu mendatangi tempat perawatan bayi,dia masih ingin bersama dengan bayi mungil itu,ada perasaan lain yang merayapi seluruh relung hatinya setelah Bang Rendi menggendongnya tadi. Mungkin ini yang dirasakan oleh seorang ayah setelah bertemu dengan sang buah hati,ada rasa senang, bahagia dan takut kehilangan, semua itu di tengah di rasakan oleh Bang Rendi sekarang ini.Dengan perlahan Bang Rendi mengulurkan salah satu jari tangannya menyentuh tangan mungil yang meng
Semua orang yang tadinya menunggui Humairah di depan ruangan bersalin kini semua sudah pindah kedalaman sebuah ruangan khusus untuk Humairah memulihkan kesehatannya untuk beberapa hari kedepan. Semua orang yang ada di situ sangat takjub setelah melihat semua isi ruangan tempat Humairah istirahat, semua peralatan yang ada di dalamnya berskala internasional bukan seperti ruangan rumah sakit pada umumnya tapi seperti hotel bintang lima, di dalam ruangan itu di bagi menjadi tiga tempat yang pertama untuk tempat Humairah, yang kedua untuk si bayi dan yang ketiga ini sangat luas ada sofa dan juga tiga kasur yang berukuran besar sepertinya ruangan yang ini khusus untuk tempat istirahat keluarga yang datang menemani pasien. Humairah belum juga bangun karena masih di bawah pengaruh obat.Papi Yuda izin keluar sebentar ada yang harus dia urus. "Maaf... saya izin keluar sebentar ada yang harus saya segera urus."pamit Papi Yuda kepada semua orang yang berada di dalam ruangan tempat Humairah ber
Bang Rendi belum beranjak dari dalam toilet,dia masih ingin mendengarkan apa saja yang mereka bahas."Mana...coba lihat siapa nama si pria itu.""Ini kartu namanya... kamu baca saja sendiri...""Rendi Hermawan.... direktur utama Hermawan Group..... waow benar benar seorang pria tajir... beruntungnya ibu Humairah itu, setelah kepergian suaminya... masih ada pria lain yang sangat mencintai...." "Memang wajarlah... walaupun ibu Humairah itu sudah memiliki beberapa orang anak,tapi kelihatannya dia masih seperti berumur dua puluhan, wajahnya itu baby face sekali, tadi pada saat saya menusukkan jarum infus di salah satu tangannya, saya menyentuh kulitnya itu halus sekali seperti kulit bayi...,ya wajarlah orang kaya mah bebas saja mau memanjakan diri dengan perawatan tubuh yang sangat mahal,bagi mereka uang itu sangat gampang tidak seperti kita ini kalau tidak kerja ya tidak makan...he..he...""Yah... begitu lah hidupnya orang berduit... kalau tidak salah saya pernah baca di internet kalau
Al Jazair melihat Bang Rendi sedang duduk istirahat di samping Om Afandi,dia langsung duduk di kursi kosong samping Bang Rendi dan menarik ujung baju kaosnya Bang Rendi. "Om...mas lapar..."rengek Al Jazair. "Kriukkk... kriukkk..." Suara perut Al Jazair yang sudah kelaparan. "Ya.. Allah...maafkan Om ya... sampai lupa kalau ini sudah siang dan kalian berdua belum makan, tunggu Om pesan delivery saja ya...."Bang Rendi langsung mengutak-atik handphonenya mencari restoran yang menyiapkan makanan siap saji, Bang Rendi menelusuri satu persatu restoran ada di aplikasi handphonenya. Rupanya Abah Malik melihat semua gerak gerik Al Jazair itu. "Nak Rendi... tidak usah pesan, nanti Abah saja yang pesankan dari restorannya Humairah, sekalian untuk kita semua." "Baiklah... Abah... Rendi ikut saja." "Abah keluar dulu sebentar ya mau pesan makanan untuk kita semua."pamit Abah Malik kepada semua orang yang berada di dalam ruangan tempat Humairah istirahat. "Silahkan Pak...." Abah Malik kelua